Kami akhirnya berkumpul kembali, mengobrol, bercanda dan bahkan berdebat. Itu sebenarnya hanya gue dan Mei sih, karena Lyra jadi penengah kami.
Kami membicarakan banyak hal, dari hal yang penting sampai yang tidak penting, tapi gue lebih banyak menggoda Mei karena akhir-akhir ini dia semakin dekat dengan Zayn.
"Eh, itu bukannya Zayn. Kayaknya mau ketemu Mei nggak sih?"
Gue dan Mei menengok ke arah yang di maksud Lyra, benar saja disana ada Zayn dan seseorang lagi yang sangat familiar. Sebentar, sepertinya gue kenal.
"Lah itu Kak Eza ngapain sama Zayn?"
"Tanya aja sendiri kalau orangnya disini, gue mau ke perpus. Tugas gue belum kelar."
Gue hanya bisa mengernyitkan dahi, melihat Lyra yang buru-buru membereskan barangnya dan pergi begitu saja tanpa menyapa Kak Eza.
Kak Eza langsung duduk diantara kami, setelah Mei menginjinkan. Sepertinya ada hal penting yang ingin dia sampaikan pada Mei. Ternyata, Kak Eza meminta Mei dan teman-temannya untuk mengisi acara launching proyek Rumah Belajar Aksara dan Komunitas Goresan Pena.
"Kalian latihan kapan? Saya mau lihat kalian latihan."
"Sore ini kami ada latihan, tapi kalau mau sekarang juga bisa Pak, saya akan hubungin teman-teman saya yang lain," sahut Zayn.
Gue lihat Zayn langsung mengeluarkan ponsel dan menghubungi teman-temannya. Tidak sampai setengah jam semua anggota band berkumpul dan siap untuk berlatih.
"Mei, kan lo mau latihan. Gue balik duluan ya. Nanti biar Kara yang jemput lo," pamit gue dan bersiap pergi dari kantin. Tapi baru juga melangkahkan kaki, Kak Eza menahan gue.
"Kamu ikut saya lihat Mei latihan."
Gue hanya bisa pasrah menuruti kemauan Kak Eza. Dengan sangat terpaksa gue berjalan pelan di belakang Kak Eza. Rasanya gue ingin kabur, tapi kalau gue nekat kabur bisa-bisa rapat nanti gue diamuk sama Kak Eza.
Sudah hampir satu jam gue berdiri di ruang latihan Band bersama Kak Eza. Gue sudah bosan, ingin rasanya segera pergi dari tempat ini. Seenggaknya gue bisa istirahat sebentar sebelum kuliah lagi setelah ini, tapi Kak Eza masih fokus dengan lagu yang dinyanyikan Mei.
"Kak, itu Mei udah beres latihannya, udahan yuk. Gue capek dan gue masih ada kuliah juga abis ini."
Gue merajuk pada Kak Eza, berharap dia mau kembali atau mengijinkan gue untuk pergi lebih lebih dulu.
Kak Eza tetaplah Kak Eza, cowok galak nan menyebalkan. Bisa-bisanya dia mengabaikan gue dan malah mengambil gitar untuk dimainkan. Padahal Zayn dan yang lain sengaja istirahat agar bisa mengobrol dengan dia, selain karna Mei yang minta sih.
"Ternyata menarik juga bisa nyoba gitarnya anak band."
"Bodo amat Kak, gue nggak peduli. Gue harus balik sekarang, sebelum gue disuruh nutup pintu dari luar," bisik gue sepelan mungkin agar tidak ada yang mendengar.
Gue menggigit bibir, melihat Kak Eza yang semakin nyaman memainkan gitar. Gue sebenarnya sedikit takut karena dalam waktu lima belas menit dari sekarang perkuliahan akan segera dimulai. Tapi gue masih terjebak disini bersama Kak Eza. Kalau gue nggak segera kembali sekarang, bisa di pastikan gue akan terlambat.
~
"Rhea, silahkan tutup pintu dari luar."
Dengan lesu gue berjalan ke arah pintu dan mengikuti perintah dari dosen untuk menutup pintu dari luar.
Padahal selama ini gue nggak pernah dihukum sama dosen. Bisa-bisanya hari ini gue disuruh keluar kelas dan nggak boleh ikut perkuliahan.
Pokoknya, semua hal yang terjadi hari ini salahnya Kak Eza dan dia harus tanggung jawab.
"Ngeselin iih, awas aja kalau nggak mau tanggung jawab."
"Harus tanggung jawab gimana sih, biar lo nggak marah-marah lagi?" Sahut suara yang fimiliar.
Gue membelalakan mata, bagaimana bisa Kak Eza disini. Bukankah seharusnya dia ada di Rumah Belajar untuk menemui Kak Bryan. Tapi kenapa malah disini.
"Rhea, biasa aja lihatnya. Rasanya saya kayak lagi diintai buat dijadiin mangsa."
Gue tersadar setelah Kak Eza berucap seperti itu. Huh, memalukan!
"Kok lo disini Kak? Bukannya tadi bilangnya mau ketemu Kak Bryan?"
"Tuh, orangnya udah pergi sama Lyra. Gue kesini mau nunggu lo beres sebenernya, mau ajakin lo makan. Karena tadi lo belum sempet makan siang kan?"
Gue lekas mengangguk, mengiyakan ucapan Kak Eza. Gue memang tidak sempat makan siang karena diseret Kak Eza untuk ikut melihat latihannya Zayn dan teman-temannya.
"Ini lo udah beres? Kok cepet amat." Kak Eza baru saja menyadari kalau gue tidak mengikuti perkuliahan yang sedang berlangsung saat ini.
"Kan gara-gara lo, Kak! Gue telat masuk dan disuruh nutup pintu dari luar alias diusir dari kelas."
Kak Eza mengulum senyum mendengar retetan kalimat berisi keluhan yang gue serukan.
"Mau gue bantu biar bisa ikut kelas hari ini?" ujar Kak Eza setelah berhasil menguasai dirinya dan menormalkan eskpresinya.
"Buat apa? Yang ada ntar gue di julidin anak sekelas, Kak."
"Ya udah yuk, mending makan sama gue. Sebagai permintaan maaf gue."
Kak Eza mengenggam jemari gue dan menarik pelan agar gue berjalan mengikutinya.
"Mau kemana, Kak? Ntar kalau gue di cari dosen tadi gimana?"
Gue menatap segala arah dengan gelisah. Karena mau bagaimanapun gue tetaplah seorang mahasiswa yang patuh pada dosennya, walaupun tadi diusir dari kelas.
"Makan. Lo dari tadi belum makan, Rhea. Urusan dosen, pikirin belakangan aja," jelas Kak Eza mengelus tangan gue pelan, berusaha menenangkan gue yang gelisah.
Masih dengan sisa rasa gelisah, gue mengikuti Kak Eza menuju kantin. Kami berdua memesan katsu dan air mineral.
Kami makan dalam diam, benar-benar hening karena gue tidak berminat memulai percakapan. Begitu juga dengan Kak Eza, dia justru fokus dengan ponselnya.
"Udah beres? Gue antar lo pulang setelah ini."
"Nggak usah Kak, nanti gue bareng sama Mei dan Kara aja."
"Kan kata lo Kara jemput Mei, tadi gue lihat mereka baru aja keluar dari gedung UKM."
"Ya udah deh, tapi sebentar Kak. Gue mau ke perpus bentar, mau pinjem buku mumpung inget."
Gue bergegas menuju perpus dengan berlari kecil, karena tidak ingin membuat Kak Eza terlalu lama menunggu. Walau semenyebalkan apapun Kak Eza hari ini, gue harus berterimakasih padanya.
"Lo tunggu sini aja, gue ambil mobil dulu."
Gue lekas mengangguk dan dengan santai menunggu Kak Eza mengambil mobilnya di parkiran.
"Sorry, tadi anter Mei dulu. Gue kira lo masih ada kelas."
Tiba-tiba Kara muncul di depan gue dengan napas yang tidak beraturan, sepertinya dia habis berlari tadi.
"Tunggu dulu, tadi Kak Eza nawarin mau anter gue. Sekarang lagi ambil mobil."
"Terus kenapa?" sahut Aga terdengar tidak suka karena gue menyebut Kak Eza.
"Gue mau pamitan, nanti dia nyariin gue," tukas gue.
Tak lama kemudian, terlihat mobil Kak Eza mendekat. Gue langsung berjalan ke arahnya dan mengetuk jendela untuk berbicara padanya.
"Kenapa?"
"Kak, gue nggak jadi bareng lo ya. Aga udah jemput nih, baru banget datang."
"Ya udah sana, gue malah jadi bisa langsung ke kantor," sahut Kak Eza acuh tak acuh dan langsung pergi begitu saja.
"Huh, menyebalkan. Tahu gitu mending tadi langsung gue tinggalin deh."
Gue menggerutu ketika berjalan ke arah Aga. Tidak habis pikir, ada juga ternyata orang seperti itu disini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments