Chat gue ke Kak Bryan tidak dibalas sama sekali sejak kemarin, bahkan di lihat pun sepertinya tidak. Harusnya emang gue nggak mengharapkan apa pun sama orang kaku kayak dia.
"Kenapa lo, pagi-pagi udah suntuk aja mukanya." Rhea yang menyadari muka muram gue menatap heran, karena memang tidak biasanya gue seperti ini.
"Lagi sebel sama orang," sahut gue acuh tak acuh sambil kembali membuka ponsel berharap ada balasan dari Kak Bryan.
"Bentar deh, lo kan kemarin seharian nggak sama gue maupun Mei. Jadi lo sama siapa kemarin? Dan bisa-bisanya dia bikin seorang Lyra galau di pagi hari cuma karena dia nggak ada respon."
Rhea menebak dengan tepat hal yang membuat gue muram pagi ini. Gue yakin, sebenarnya sudah ada satu nama dalam pikirannya karena dia paling ahli membaca situasi di sekitarnya. Hanya saja kali ini dia ingin gue sendiri yang menceritakan semuanya.
"Kemarin kan Kak Bryan tuh ke rumah dan gue baru sadar kalau Kak Bryan itu orang yang dompetnya gue bawa. Nah, Kak Eza kasih nomornya ke gue, abis itu janjian buat ketemu. Berhubung kemarin gue kuliah cuma satu makul doang, gue ajak ketemu. Tapi tuh malah gue di jemput di rumah dan dia anter gue ke kampus. Pulangnya juga diajak jalan malahan. Padahal tujuan awal cuma mau balikin dompet doang, tapi ya mana bisa sih gue menolak diajak jalan sama cowok ganteng dan dibayarin pula." Gue menjelaskan secara garis besar soal kemarin pada Rhea, sedangkan Rhea hanya mendengarkan dengan santai.
"Terus kenapa lo marah deh, kan udah kelar tuh urusan lo sama Kak Bryan." Rhea menatap gue heran. Tapi benar juga apa yang diucapkan Rhea, kenapa gue harus marah.
Mendengar respon Rhea seperti itu, gue jadi berpikir, memang aneh kalau gue marah pada Kak Bryan hanya karena dia tidak merespon chat gue. Lagi pula siapa gue sih? Cuma orang yang kebetulan menemukan dompetnya dan kebetulan pula adik dari rekannya.
"Jangan bilang lo mulai suka sama Kak Bryan?" Rhea menduga-duga dan kalau dipikir-pikir apa mungkin dugaan Rhea benar, gue mulai suka Kak Bryan.
"Pasti ada hal lain yang nggak lo ceritain ke gue, alasan yang bikin lo galau cuma karna Kak Bryan nggak bales chat lo."
Gue memang sengaja tidak menceritakan bagian kami yang pergi ke pasar malam dan juga bagian gue yang bertemu dengan sepupu Kak Bryan yang ternyata Zayn. Untuk sekarang cukup gue yang tahu soal itu.
Saat sedang asik mengobrol, tiba-tiba seseorang yang tidak terduga datang dan mengagetkan gue dan Rhea.
"Loh, Kak Bryan kok kesini?" Rhea lebih dulu menyadari kehadiran Kak Bryan langsung menyapanya.
"Kak Eza baru aja berangkat bareng Mei."
"Saya bukan mau ketemu Eza, saya mau ambil proposal," kata Kak Bryan sangar formal.
"Proposalnya masih diruang kerja Kak Eza kayaknya." Gue menjawab ragu ucapan Kak Bryan.
"Biar saya ambil sendiri, boleh kan saya masuk?"
Begitu gue dan Rhea mengijinkan, Kak Bryan langsung berjalan cepat menuju ruang kerja Kak Eza. Lelaki itu sama sekali tidak mempedulikan gue yang berdiri di hadapannya.
"Tuh orangnya dateng, tanyain langsung kenapa nggak bales chat lo dari kemarin." Rhea berucap pelan di telinga gue karena takut Kak Bryan mendengarnya.
"Yang bener aja, tadi aja dateng langsung nanya proposal. Lirik gue aja nggak," Gue menatap tajam Rhea setelah dia memberi usulan yang tidak mungkin gue lakukan.
"Lagi pula cuma kayak gitu, mungkin nggak penting buat dia."
Tak lama kemudian KaknBryan sudah membawa proposal yang dikerjakan Rhea semalam. Tanpa basa basi Kak Bryan langsung bergegas pemit untuk segera menemui Kak Eza. Begitupun gue dan Rhea, kami berdua bergegas untuk mengunci semua pintu dan berangkat ke kampus.
~
Sesampainya di kampus, gue dan Rhea langsung menuju kelas masing-masing. Gue sedikit terburu-buru menuju kelas karena hari ini jatah kelompok gue untuk presentasi materi Kewirausahaan.
Perkuliahan di kelas gue terasa sangat lambat dan gue bosan. Teman-teman gue pun tidak bersemangat sama sekali. Kalau saja mereka semangat bertanya, pasti gue tak akan bosan seperti ini, karena presentasi kelompok pasti akan lebih lama.
Setengah jam berlalu akhirnya perkuliahan yang super membosankan ini berakhir. Gue buru-buru keluar kelas untuk menemui Rhea dan mengajak anak itu untuk pulang. Tapi sepertinya gue kalah cepat dengan Kara, karena ketika gue menghampiri kelas Rhea, anak itu sudah tidak ada.
Tak lama kemudian muncul pop up chat di ponsel gue. Rupanya Rhea menghubungi gue lewat chat.
...iMessage...
...14.40 PM...
Rhea😼
Ra, sorry..
Gue udah balik sama Aga, lo nanti balik sendirian ya.
^^^Me^^^
^^^Gue ditinggal nih?^^^
^^^Emang lo sama Kara mau kemana sih^^^
Rhea😼
Gue sama Aga mau bahas proposal lagi
Ini kita sekarang lagi di sekertariat Rumah Belajar.
Gue langsung memasukan ponsel ke dalam tas tanpa membalas chat terakhir dari Rhea. Karena gue berniat menyusul mereka sekarang.
Tidak sampai satu jam, gue sudah berada di depan sebuah bangunan mininmalis yang di fungsikan untuk anak-anak berkumpul dan belajar banyak hal.
"Lo ngapain ke sini, Ra?" Rhea yang melihat gue menatap kaget karena gue sudah berada di depannya saat ini.
"Gue bosen, dirumah juga sendirian doang. Mau jalan, lo sama Mei sibuk banget.
"Yang bener? Bukan karena mau ketemu Kak Bryan?" Rhea menggoda gue soal Kak Bryan. Ternyata orang itu juga ada disini. Bila tahu seperti itu, lebih baik tadi gue nggak kesini.
"Tahu gitu tadi gue nggak nyusul kesini." Gue mengeluh pada Rhea setelah menyadari kalau disini terlalu ramai.
"Kan makanya gue kaget pas lo tiba-tiba udah di depan aja." Rhea menjelaskan.
"Terus gimana dong?" Gue mulai bingung harus melakukan apa.
"Kayaknya, mending lo taruh tas lo dulu." Rhea memberi saran pada gue.
Gue membereskan buku-buku yang terlanjur dikeluarkan dari dalam tas dan memasukannya kembali.
"Nih, tas lo gue taruh sini dan lo disini aja, gue mau rapat dulu sama kakak lo" ujar Rhea menyuruh gue berdiam diri di ruangan ini.
"Ini gue lagi bosen malah lo kurung di ruangan. Kenapa sih gue nggak boleh gabung, biasanya juga gue ikut."
"Masalahnya ini Ketua Komunitas Goresan Pena juga ikut rapat, jadinya ngga bisa sembarang orang ikut," jelas Rhea panjang lebar.
"Ya udah deh, gue tidur aja deh sambil nunggu lo." Gue memutuskan untuk menunggu Rhea sambil tiduran, karena diruangan ini ternyata ada kasur.
Dua jam gue menunggu di ruangan ini, akhirnya rapat mereka selesai dan gue bisa pulang. Tapi ternyata Rhea masih ditahan sama Kak Eza. Entah apa yang akan mereka bicarakan.
"Kamu pulang sama saya aja, Rhea masih lama."
Tiba-tiba Kak Bryan menyapa gue setelah sejak tadi bertemu beberapa kali hanya diam.
"Nggak apa-apa emang Kak, tapi sebenernya gue bawa mobil sendiri," ucap gue sedikit ragu memberitahu Kak Bryan.
"Mobilnya tinggal sini aja, kamu saya antar," ujar Kak Bryan sedikit memerintah.
"Tapi ntar kalau Kak Eza nanya gimana? Bisa kena amuk gue kak, mobil ditinggal sembarangan."
"Disini aman kok, besok pagi bisa diambil." Kak Bryan berucap dengan meyakinkan agar gue percaya dan menurutinya.
Akhirnya gue mengiyakan saran Kak Bryan dan gue pulang bersamanya. Mungkin ini kesempatan ya, biar gue bisa nanya soal chat itu seperti yang Rhea katakan tadi pagi.
...~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments