Setelah selesai mengurus masalah jadwal kuliah, aku dan Rhea bergegas menuju kantin. Sebenarnya aku malas untuk ke kantin dan lebih senang untuk langsung pulang saja. Tapi karena hari ini UKM band akan mengadakan pertemuan, jadi mau tak mau aku harus tetap berada di kampus untuk sementara waktu.
Sejak tadi, aku hanya mendiamkan Rhea. Karena dia pun tidak berniat mengobrol denganku. Jadi aku lebih memilih menulis beberapa hal penting dalam notes yang aku bawa sampai Lyra datang menemui kami.
Tapi tetap saja tidak ada obrolan diantara kami bertiga. Hanya aku dan Rhea sempat sedikit berdebat tadi dan Lyra yang berusaha menjadi penengah kami. Walaupun aku rasa yang dilakukan Lyra tidak berguna sama sekali. Karena aku dan Rhea tetap kembali berdebat.
"Lo lama banget sih? Gue kayak anak ilang disini nungguin lo," ujar Rhea menyerukan protes pada Lyra yang datang terlambat.
"Kan ada Mei, lagian lo ngajak ketemu pagi banget." Lyra yang tidak mau disalahkan membantah ucapan Rhea.
"Apaan? Mei dari tadi diem mulu, kayaknya punya hobi baru dia, hobi ngelamun."
Rhea menyindirku, dia memang seperti itu. Kalau ngomong nggak pakai aturan, asal aja ngomongnya. Tapi anehnya, aku tetap mau berteman dengannya.
"Apaan sih, berisik." Aku sedikit sewot karna kelakuan Lyra dan Rhea yang kadang-kadang tidak jelas itu.
"Dih, gitu aja sewot." Rhea berujar santai dengan sedikit nada sinis dalam ucapannya, menyindir.
Seperti itulah Rhea dan aku memilih mengalah. Lagi pula, aku harus segera ke ruang UKM karena pertemuan perdana akan segera dimulai.
Aku melirik jam di pergelangan tangan kiriku, sepertinya waktu 30 menitku sudah terbuang sia-sia hanya untuk berdiam diri bersama kedua sahabatku seperti ini. Seharusnya tadi aku memilih untuk langsung ke ruang musik saja dan melatih vokalku disana sebelum latihan dimulai.
"Udah ah, aku mau ke ruang musik dulu. Bentar lagi latihan band mulai," ucapku sambil membereskan beberapa barangku yang tercecer di meja kantin dan bergegas menuju ruang musik.
"Iya, semangat latihan ya Mei. Gue sama Rhea juga mau jalan kok." Hanya Lyra yang menyahuti ucapanku, karena Rhea sudah pergi lebih dulu setelah ponselnya berdering.
Aku melangkah ke arah gedung seberang dengan langkah santai, karena ruang latihan musik berada di lantai dua gedung itu.
"Hah, sungguh melelahkan. Tapi tak apa, karena disana aku bisa bebas bernyanyi sesukaku sebelum latihan dimulai."
Kupercepat langkahku begitu memasukki gedung itu. Benar dugaanku, ruang latihan masih sepi dan aku lah orang pertama yang datang.
Aku meletakan tas dan buku yang ku bawa di kursi yang berada di pojok ruangan dan segera aku bernyanyi untuk melatih vokalku sebelum anak-anak band itu datang. Ya, aku memang tergabung dalam sebuah band dan aku adalah vokalis dalam band itu.
"Wih, baru datang langsung disambut nyanyian merdu cewek cakep euy."
Entah sejak kapan Zayn, cowok dalam satu band kami berdiri di ambang pintu sambil menatapku intens. Begitu menyadari kehadiran orang lain dalam ruangan ini, aku langsung menghentikan nyanyianku dan menatap Zayn datar.
"Kok berhenti Mei? Lanjut aja nggak apa-apa," ucapnya sambil berjalan ke arah alat musik yang tertata di sudut ruangan, tepatnya ke arah seperangkat drum dan menyetelnya.
Zayn Ivander Noah, dia seorang drumer dalam band kami dan dia juga orang yang bertugas untuk menyetel setiap alat musik yang akan digunakan untuk latihan.
Aku hanya diam sambil memandang Zayn yang sibuk dengan aktivitasnya tanpa berniat menjawab pertanyaaannya itu. Karena jika aku menjawab, pasti dia akan terus mengajakku berbicara dan aku tidak suka itu. Ah bukan, lebih tepatnya aku agak risih dengan hal itu. Mungkin karena ini pertama kalinya untukku, berbeda dengan Rhea yang memang sejak dulu sudah memiliki sahabat lelaki dan memang sangat dekat.
"Mei? Ayo kita mulai latihan."
Ucapan Zayn barusan sedikit membuatku kaget. Ah, sepertinya sedari tadi aku melamun. Sampai tidak sadar bahwa anggota band kami sudah lengkap.
Tanpa diminta dua kali aku langsung berdiri di posisi ku begitu juga dengan teman-teman yang lainnya dan latihan langsung dimulai. Kami berlatih cukup lama dan benar-benar fokus pada bagian masing-masing. Kami berlatih sampai sore menjelang. Tetapi sekalipun latihan sudah selesai, aku belum berniat untuk pulang.
"Kok belum pulang Mei?" lagi-lagi Zayn mengajakku berbicara, bahkan kini dia juga menatapku seakan menuntut jawaban.
Aku menghela napas pelan, kenapa aku bisa berurusan dengan lelaki seperti dia? Benar-benar tidak masuk akal. Tapi akhirnya aku menjawab pertanyaannya, "Aku masih menunggu Rhea, dia mau jemput."
"Mei, maaf ya telat jemputnya. Aga lama sih."
Tepat ketika aku selesai menjawab pertanyaan Zayn, Rhea muncul bersama seorang lelaki yang sepertinya tidak asing. Ah, ternyata Rhea datang menjemputku bersama dengan Kara, sahabat dekatnya. Aku bergegas melangkah ke arah Rhea yang berdiri didekat mobil milik Kara.
"Kamu kenal dia Mei?"
Rhea tiba-tiba bertanya sambil menatap Zayn penuh selidik. Entah apa yang ada di pikiran sahabatku ini. Tapi sepertinya dia penasaran dengan Zayn. Alih-alih aku menjawab pertanyaan Rhea, aku justru ikut menatap Zayn.
"Kalian mau sampai kapan diem dan natap tuh cowok?" Kara berujar pelan menegur kami yang sejak tadi masih terdiam menatap Zayn.
Aku yang langsung tersadar dengan teguran Kara bergegas masuk mobil, sedangkan Rhea yang masih terbuai dengan pikirannya sendiri tak menghiraukan teguran Kara. Sampai Kara menyeretnya untuk masuk mobil, baru ia tersadar.
"Aga! Lo apaan sih? Nggak usah nyeret kayak gini bisa kan?" Rhea berujar dengan nada marah yang sangat ketara. Tidak diragukan lagi, kini sahabatku itu sedang sangat kesal.
"Salah lo sendiri, kenapa malah bengong natap tuh cowok." Kara berujar dengan nada tak kalah sewot, sepertinya dia juga kesal dengan kelakuan Rhea yang tidak jelas itu.
Aku hanya menatap kedua orang yang duduk di kursi depan dengan malas. Karena aku tahu, sangat tahu kalau sebentar lagi keduanya pasti adu mulut. Hah, sepertinya hariku tidak akan pernah tenang bila berurusan dengan Rhea.
Aku membiarkan kedua anak itu kembali beradu mulut dan berniat hanya menjadi penonton saja. Tapi entah kenapa, tiba-tiba aku teringat tentang Zayn. Aku merasa ada yang sesuatu yang janggal saat ia menatapku tadi. Dia menatapku penuh nafsu seolah-olah aku ini mangsa yang berharga dan harus ia dapatkan, tapi disaat yang bersamaan ada tatapan lembut di manik matanya walaupun samar.
"Apa yang sedang aku pikirkan, huh? Sejak kapan aku jadi sepeduli ini dengan orang lain." Aku seketika mengeleng-gelengkan kepalaku pelan merutuki kebodohanku yang tiba-tiba peduli dengan Zayn.
"Mei? Lo nggak mau turun? Ini udah sampai dari tadi lho," ujar Kara menyadarkanku, menarik ku kembali ke realitas saat ini. Sepertinya aku terlalu lama melamun, bahkan Rhea yang tadinya sibuk dengan ponsel ikut menatapku heran.
"Kamu pasti ngelamun lagi ya Mei?" Rhea melirik ku malas dan mencibir. Begitulah dia, dengan mudahnya menunjukan rasa tidak sukanya tanpa berusaha menyamarkannya sedikitpun.
"Okay, thanks ya udah mau jemput." Aku langsung keluar dari mobil Kara dan bergegas melangkah memasuki halaman rumahku yang cukup luas.
~
Hari berganti, sejak hari itu aku jadi makin dekat dengan Zayn, bahkan sering menghabiskan waktu berdua di ruang musik. Sama seperti kali ini, aku dan Zayn masih saja betah berlama-lama di ruang musik, padahal latihan sudah selesai setengah jam yang lalu.
"Mei? Lo di marahin nggak kalau pulangnya agak telat?" tiba-tiba Zayn bertanya padaku, entah apa maksud dari pertanyaannya itu.
"Em... nggak tahu," ucapku ragu sambil menatap Zayn.
"Gue mau ngajakin lo jalan, kira-kira lo mau nggak?" Zayn bertanya padaku dengan ragu-ragu.
Ah, sebenarnya aku penasaran bagaimana rasanya pergi berdua dengan seorang lelaki, tapi hari ini aku sudah berjanji akan menginap dirumah Lyra bersama Rhea, mengganti waktu menginap minggu lalu yang tertunda.
"Sorry, kayaknya nggak bisa, aku ada janji sama Lyra dan Rhea. Nggak enak kalau dibatalin."
"Okay, mungkin lain kali ya Mei. Gue duluan ya, lo hati-hati pulangnya." Zayn mengangguk paham dan bergegas melangkah menuju mobilnya.
"Iya, kamu hati-hati juga pulangnya," ujarku sambil terus menatap Zayn sampai lelaki itu tak terlihat lagi.
...~~~~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Yuki teen🌾
hi kak mampir nih jangan lupa mampir juga ya ke lapak ku
2023-04-05
0