1.2 [Lyra] Gara-gara dompet

Kalau bukan karena akan menemui Rhea dan Mei, gue nggak akan mungkin berada di kampus sepagi ini. Karena gue paling malas berada di kampus kalau tidak ada urusan penting. Tetapi pengecualian untuk permintaan kedua sahabat gue itu.

Gue tiba di kantin dan disambut dengan keributan yang dibuat Rhea yang memprotes Mei. Dan seperti yang sudah-sudah, gue harus menjadi penengah keduanya agar tidak ada perdebatan panjang diantara mereka.

"Kalian bedua diem bisa kan? Ribut mulu." Akhirnya gue melerai mereka, padahal tadinya gue akan membiarkan mereka ribut saja. Tapi sepertinya gue yang akan repot nanti.

Sudah hampir setengah jam kami bertiga hanya seperti ini, diam dan tidak melakukan apa-apa. Sebenarnya gue bosan, tapi mau bagaimana lagi. Tidak mungkin gue mengajak kedua orang yang masih bersitenggang ini untuk mengobrol. Sudah bagus mereka tidak melanjutkan berdebat.

Gue mencoba memulai obrolan, tapi Mei justru membereskan barang-barangnya setelah melihat jam di pergelangan tangan kirinya.

"Aku mau ke ruang musik dulu. Bentar lagi latihan musik di mulai," ucap Mei dan langsung beranjak dari duduknya.

Sedangkan Rhea sudah berlari keluar kantin meninggalkan gue sendirian. Terpaksa gue ikut berlari mengejarnya, awas saja dia karena sudah membuat gue berlari ketika mengenakan heels seperti ini.

"Rhea, tunggu gue!"

"Kenapa lari-lari segala sih Ra? Jalan aja kan bisa," ujar Rhea santai setelah gue berhasil menjajari langkahnya.

"Yee, lagian lo sih malah lari duluan." Gue menyahut sambil berusaha untuk menoyor kepala Rhea. Tapi belum juga niat baik itu terlaksana terdengar suara cowok yang menyerukan nama lengkap Rhea.

"Sorry Ra, bukannya mau ninggalin lo. Tapi nih si Aga udah nelponin mulu dari tadi," ucap Rhea dengan wajah sok merasa bersalah sambil menunjuk cowok yang saat ini sedang berdiri diam di samping mobilnya.

Gue mengenalnya, dia Kara sahabat dekat Rhea. Lelaki bernama lengkap Kara Erlangga Faresh danq Rhea lebih suka memanggilnya Aga.

"Lo ada janji sama Kara? Bukannya hari ini kita mau jalan buat sekalian ke supermarket, beli camilan buat nanti malam."

"Kayaknya sih emang ada janji sama Aga, tapi gue lupa janji tentang apaan." Rhea memandang gue bingung, sepertinya ia sedang mengingat janji yang dilupakannya itu.

Tak lama setelah itu, gue seperti orang asing diantara Rhea dan Kara yang sedang berdebat tentang janji yang seharusnya tidak dilupakan oleh Rhea. Karena sepertinya itu sangat penting.

"Lo mau gimana Ra, ini Rhea kudu ikut gue sekarang. Kita ada janji mau bahas proyek sama Kakak lo," ucap Kara.

"Eh iya, gue lupa. Kan hari ini ketemu sama Kak Bryan juga." Rhea menepuk dahinya sendiri dengan gemas, sepertinya ia baru saja mengingat apa yang ia lupakan.

Ah, setelah ini dia pasti menolak dan mau tak mau gue hanya akan berjalan-jalan sendiri.

"Maaf ya Ra, nggak bisa nemenin. Tapi tenang aja, gue sama Aga bakalan anterin lo."

Nah kan, benar apa yang gue pikirkan tadi, Rhea menolak ajakan gue. Tapi tak apa, setidaknya gue tidak perlu mengeluarkan uang untuk taxi karena Rhea berjanji akan mengantar, tidak buruk juga.

"Iya deh, kali ini gue maafin. Tapi temenin gue mampir supermarket bentar, beli camilan buat ntar malam."

Gue langsung menyeret Rhea kearah CR-V biru metalik yang terparkir di seberang kantin tanpa memperdulikan sang pemilik yang masih kaget dengan tingkah gue yang kadang lebih tidak jelas ketimbang Rhea.

Rhea melepaskan tangan gue yang sedari tadi menariknya dan berbalik untuk meneriaki Kara yang masih berdiri diam, "Aga, ayo anterin kita ke supermarket, masih ada waktu kan."

Namun Kara masih saja diam dan tidak merespon teriakan Rhea yang bisa di bilang cukup keras itu.

"KARA ERLANGGA FARESH." Rhea kembali meneriakan nama Kara, kali ini di sertai penekanan disetiap kata yang diucapkannya agar cowok itu segera menuruti permintaan kami atau lebih tepatnya permintaan gue.

"Ya udah ayo, keburu sore ini. Dan gue cuma punya waktu sekitar sejam."

Kara menyanggupi permintaan Rhea dan bergegas menyuruh kami memasuki CR-V birunya itu. Tanpa menunggu diperintah dua kali, gue dan Rhea segera masuk dan Kara langsung mengemudikan mobilnya begitu gue masuk dan mengunci pintu.

"Tapi janji bentar doang. Karna kita masih ada acara sama anak-anak. Kalau ngaret ntar lo ngga bisa nginep rumah Lyra."

Kami bertiga memutuskan untuk berbelanja di daerah Cihampelas, tepatnya Ciwalk. Tapi karena ulah Kara, kami berakhir duduk manis di salah satu meja di Coffeshop. Dan keributan kecil kembali terjadi, Kara memaksa Rhea untuk segara ikut dengannya menemui Kak Eza yang ternyata sudah menunggu di lantai dua. 

Huh, sepertinya gue harus kembali menjadi penengah agar keributan ini segera berakhir. Mau tak mau gue mempersilakan mereka untuk pindah ke lantai atas. Karena gue tahu, Kak Eza itu orang yang paling tidak bisa menunggu, bisa-bisa mereka kena marah kalau membuat Kak Eza menunggu lama.

"Ra? Yakin nih nggak apa-apa abis ini gue tinggal?" Rhea bertanya, sepertinya ia tidak tega meninggalkan gue jalan-jalan sendirian di Ciwalk.

"Tenang aja, gue bisa pulang sendiri ntar atau bareng Kak Eza sekalian deh." Gue meyakinkan Rhea agar tidak khawatir, padahal gue sendiri sebenarnya masih tidak yakin akan meminta pulang bareng Kak Eza dengan belanjaan yang sebanyak ini.

"Yakin lo mau minta jemput abang lo yang galak itu dengan belanjaan lo sebanyak itu." ucap Rhea sinis menyuarakan keraguan yang terlintas dipikiran gue.

"Tenang aja sih, gih sana." Gue mengusir mereka secara halus agar segera menemui Kak Eza yang sudah menunggu.

Setelah kepergian Kara dan Rhea, gue masih duduk santai sambil menikmati Latte yang masih setengah sambil menatap keluar jendela, menikmati kesibukan orang-orang yang berlalulalang di factory outlet sepanjang jalan Cihampelas.

Setengah jam sudah berlalu dan gue masih betah berlama-lama duduk santai di tempat ini. Gue edarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan, rupanya sekarang tempat ini sudah lebih ramai dibanding saat gue datang tadi.

Saat sedang fokus memindai seluruh ruangan, tiba-tiba mata gue terfokus pada mobil Mercedes Benz hitam yang terparkir tak jauh dari pintu masuk. Gue merasa familiar dengan mobil itu, seperti pernah melihatnya tapi entah dimana. Gue benar-benar penasaran dengan pengemudi mobil itu.

"Mbak, bisa agak cepet nggak? Saya buru-buru ini."

Gue yang baru saja hendak membayar tak sengaja mendengar percakapan cowok yang antri di depan gue. Sepertinya dia sedang diburu waktu, karena sejak tadi dia terus menerus protes pada penjaga kasir.

"Maaf Pak, credit card anda sepertinya trouble. Apa ada uang cash?" ucap penjaga kasir sambil mengembalikan credit card milik cowok itu.

Gue lihat cowok itu mengeluarkan dompetnya, tapi sepertinya ia tak memiliki uang cash sepeserpun.

Entah ada angin apa, tiba-tiba gue berinisiatif menolongnya. Gue kembali mengambil dompet yang sudah berada di dalam tas dan mengambil beberapa uang cash di dompet itu.

"Biar saya saja yang bayar mbak. Sekalian sama punya saya." Gue menyodorkan beberapa uang untuk membayar pesanan gue dan juga milik cowok yang saat ini memandang gue dengan heran.

"Makasih, lain kali saya ganti uang kamu. Saya duluan." Cowok itu bergegas pergi menuju lantai atas setelah gue membayarkan pesanannya.

"Maaf mbak, apa mbak mengenal bapak tadi. Ini sepertinya dompetnya tertinggal."

"Ah, saya tidak mengenalnya. Tapi mungkin bisa saya bantu untuk mengembalikannya. Kebetulan saya mau menemui teman saya yang juga berada di lantai atas, mungkin bisa sekalian saya kembalikan."

Entah kenapa gue justru menawarkan bantuan untuk mengembalikan dompetnya, padahal gue sendiri tak mengenal orang itu. Astaga, kenapa lo bodoh sekali Lyra.

Pada akhirnya mau tak mau gue menuju lantai atas, karena gue sudah menawarkan bantuan. Huh, bagaimana gue mengembalikannya, mengetahui namanya saja tidak.

Gue mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru lantai atas dan tanpa sengaja menemukan cowok itu duduk bersama dengan Kak Eza.

"Duh, kenapa dia bareng Kak Eza sih. Ini gimana gue balikinnya. Nggak tahu ah, gue bawa dulu aja nih dompet. Bodo amat kalau dia bingung nyariin."

Pada akhirnya gue mengurungkan niat untuk mengembalikan dompet dan justru membawa dompet itu pulang.

Setelah memastikan bahwa dompet cowok tadi sudah aman dalam tas. Gue bergegas keluar dari tempat ini untuk segera pulang. Karna gue nggak mau mengambil resiko Kak Eza memergoki gue berada di tempat yang sama dengannya.

...~~~~~...

Terpopuler

Comments

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

semangat berkarya ya kak 💪

2023-04-16

0

lihat semua
Episodes
1 1.1 [Rhea] Kesan Pertama
2 1.2 [Lyra] Gara-gara dompet
3 1.3 [Mei] UKM Band
4 2.1 [Rhea] Bertemu Kembali
5 2.2 [Lyra] Mengenal Dia
6 2.3 [Mei] Is a Date?
7 3.1 [Rhea] Mulai Akrab
8 3.2 [Lyra] Bianglala
9 3.3 [Mei] Mulai Terbiasa
10 4.1 [Rhea] Keributan Kecil
11 4.2 [Lyra] Sad :(
12 4.3 [Mei] Janji
13 5.1 [Rhea] Canggung
14 5.2 [Lyra] Berdua
15 5.3 [Mei] Nomor Asing
16 6.1 [Rhea] Tarik Ulur
17 6.2 [Lyra] Ice Cream
18 6.3 [Mei] Latihan Band
19 7.1 [Rhea] Gitar
20 7.2 [Lyra] Sibuk
21 7.3 [Mei] Pasar Malam
22 8.1 [Rhea] Ribut
23 8.2 [Lyra] Kebiasaan Baru
24 8.3 [Mei] Gladi Bersih
25 9.1 [Rhea] Rumah Baca
26 9.2 [Lyra] Outsider
27 9.3 [Mei] Clueless
28 10.1 [Rhea] Amarah
29 10.2 [Lyra] Penengah
30 10.3 [Mei] Rumit
31 11.1 [Rhea] Memaafkan
32 11.2 [Lyra] Misi Rahasia
33 11.3 [Mei] Berbaikan
34 12.1 [Rhea] Pengakuan
35 12.2 [Lyra] Cemburu
36 12.3 [Mei] Zayn vs Kara
37 13.1 [Rhea] Kita?
38 13.2 [Lyra] Patah
39 13.3 [Mei] Posessive Boyfriend
40 14.1 [Rhea] Distraksi
41 14.2 [Lyra] Pelarian
42 14.3 [Mei] Break up?
43 15.1 [Rhea] Kak Eza
44 15.2 [Lyra] Harapan
45 15.3 [Mei] Surat
46 16.1 [Rhea] Saling Memaafkan
47 16.2 [Lyra] Misi Gagal
48 16.3 [Mei] Pantai
49 17.1 [Rhea] Jujur
50 17.2 [Lyra] Cemburu
51 17.3 [Mei] Resmi?
52 18.1 [Rhea] Confes
53 18.2 [Lyra] Cemburu (lagi)
54 18.3 [Mei] Zayn vs Kara
55 19.1 [Rhea] Kita(?)
56 19.2 [Lyra] Ragu
57 19.3 [Mei] Possesive Boyfriend
58 20.1 [Rhea] Rasa
59 20.2 [Lyra] Patah
60 20.3 [Mei] Rahasia
61 21.1 [Rhea] Kak Eza
62 21.2 [Lyra] Kabur
63 21.2 [Lyra] Kabur
Episodes

Updated 63 Episodes

1
1.1 [Rhea] Kesan Pertama
2
1.2 [Lyra] Gara-gara dompet
3
1.3 [Mei] UKM Band
4
2.1 [Rhea] Bertemu Kembali
5
2.2 [Lyra] Mengenal Dia
6
2.3 [Mei] Is a Date?
7
3.1 [Rhea] Mulai Akrab
8
3.2 [Lyra] Bianglala
9
3.3 [Mei] Mulai Terbiasa
10
4.1 [Rhea] Keributan Kecil
11
4.2 [Lyra] Sad :(
12
4.3 [Mei] Janji
13
5.1 [Rhea] Canggung
14
5.2 [Lyra] Berdua
15
5.3 [Mei] Nomor Asing
16
6.1 [Rhea] Tarik Ulur
17
6.2 [Lyra] Ice Cream
18
6.3 [Mei] Latihan Band
19
7.1 [Rhea] Gitar
20
7.2 [Lyra] Sibuk
21
7.3 [Mei] Pasar Malam
22
8.1 [Rhea] Ribut
23
8.2 [Lyra] Kebiasaan Baru
24
8.3 [Mei] Gladi Bersih
25
9.1 [Rhea] Rumah Baca
26
9.2 [Lyra] Outsider
27
9.3 [Mei] Clueless
28
10.1 [Rhea] Amarah
29
10.2 [Lyra] Penengah
30
10.3 [Mei] Rumit
31
11.1 [Rhea] Memaafkan
32
11.2 [Lyra] Misi Rahasia
33
11.3 [Mei] Berbaikan
34
12.1 [Rhea] Pengakuan
35
12.2 [Lyra] Cemburu
36
12.3 [Mei] Zayn vs Kara
37
13.1 [Rhea] Kita?
38
13.2 [Lyra] Patah
39
13.3 [Mei] Posessive Boyfriend
40
14.1 [Rhea] Distraksi
41
14.2 [Lyra] Pelarian
42
14.3 [Mei] Break up?
43
15.1 [Rhea] Kak Eza
44
15.2 [Lyra] Harapan
45
15.3 [Mei] Surat
46
16.1 [Rhea] Saling Memaafkan
47
16.2 [Lyra] Misi Gagal
48
16.3 [Mei] Pantai
49
17.1 [Rhea] Jujur
50
17.2 [Lyra] Cemburu
51
17.3 [Mei] Resmi?
52
18.1 [Rhea] Confes
53
18.2 [Lyra] Cemburu (lagi)
54
18.3 [Mei] Zayn vs Kara
55
19.1 [Rhea] Kita(?)
56
19.2 [Lyra] Ragu
57
19.3 [Mei] Possesive Boyfriend
58
20.1 [Rhea] Rasa
59
20.2 [Lyra] Patah
60
20.3 [Mei] Rahasia
61
21.1 [Rhea] Kak Eza
62
21.2 [Lyra] Kabur
63
21.2 [Lyra] Kabur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!