2. Penyesalan.

Deswita duduk seorang diri di dalam kamarnya. Malam telah larut, dengan rembulan yang bersinar tanpa bintang yang mengelilingi. Jendela kamar Wita terbuka, membiarkan angin malam masuk menabrak wajah dan dadanya secara berkala. Rambut wanita itu diikat diatas kepala, menyisakan beberapa surai anak rambut menjuntai manja di sisi kanan dan kiri wajahnya.

Tatapan wanita itu terus tertuju pada rembulan yang tegak seorang diri, tanpa topangan dari apapun. Maha besar Tuhan yang telah menciptakan segala keindahan semesta.

Sampai saat ini, Wita seolah tak percaya dengan apa yang terjadi dalam rumah tangganya. Rasanya benar-benar menyakitkan, saat mendapati kenyataan bahwa Andika telah mengkhianati dirinya sekian lama.

Kemunculan Amira Widani, wanita muda yang berusia dua puluh tiga tahun itu menjadi sebuah tragedi dalam rumah tangganya, yang tak terelakkan lagi. Rasanya hancur, tak ada lagi yang tersisa dari hidup Wita selain Kelan. Kelan satu-satunya belahan jiwanya sekarang.

Saya janji, akan membahagiakan Wita hingga kami menua bersama, Pak, Bu. Tolong beri saya izin membawa Deswita ke kota asal saya, setelah saya menghalalkannya nanti.

Wita masih ingat betul akan kalimat Andika kala itu, saat dirinya belum dipinang oleh Andika. Kedua orang tua Wita yang kala itu masih ada, tentu saja memberi izin, sebab Wita bahagia bersama Andika. Apa lagi memangnya yang bisa orang tua lakukan, selain memikirkan kebahagiaan dan kebahagian anaknya.

Kini, Wita akhirnya terluka karena harus menyingkirkan diri dari hidup Andika. Mungkin, setelah Amira melahirkan, Andika tak akan mengingat Kelan lagi. Itulah bayangan dalam otak wanita itu.

Mendapati fakta ini, hati Deswita serasa dihujam oleh bambu runcing tak kasat mata.

Pintu di ketuk dari luar, selarut ini ada seseorang yang datang mengunjunginya. Satu-satunya orang yang ada dalam perkiraan Wita, pasti dia adalah Andika. Tidak salah lagi. Lelaki itu tak akan berhenti sampai ia mendapatkan apa yang ia mau.

Wita lelah. Harusnya Andika memberi jeda dirinya untuk beristirahat. Alih-alih istirahat, Andika justru datang dan terus menerus membuat kekacauan dalam hidup Wita.

Ingin rasanya Wita mengabaikan suara ketukan pintu, jika saja ketukan pintu itu berhenti. Sayangnya, suara ketukan pintu terus terdengar di telinga Wita, hingga membuat Wita risih sendiri dibuatnya.

Tak ingin berlama-lama menunggu, Wita memutuskan untuk membuka pintu, dan menerima saja siapa tamu yang datang mengganggunya di malam yang telah larut ini.

"Ngapain kamu masih disini, Mas? Bukannya harusnya kamu tidur di rumahmu?" tanya Wita dengan tatapan matanya yang tajam, ketika ia membuka pintu, "kamu nggak lihat, malam udah larut? Aku nggak mau ada tetangga yang tau dan menimbulkan fitnah."

"Aku nggak bisa tidur, Wita," jawab Andika dengan suara santai.

"Terus, aku harus nina bobo kamu, gitu? Pulanglah, Mas. Kalau terjadi sesuatu, ada Amira yang bisa kamu mintai tolong. Tanggung jawab mengurus kamu dan ketololan kamu, sudah menjadi beban Amira," jawab Wita dengan suara sarkas. Amira hanya tidak mau, semua akhirnya berantakan sebab kebodohan Andika.

"Kamu nggak tahu gimana perasaanku, Wita. Kamu masih marah, it's okay, aku nggak masalah. Beri aku hukuman, tapi tolong jangan begini. Aku khilaf di masa lalu, tolong beri aku kesempatan sekali lagi setelah ini, setidaknya setelah Amira melahirkan," jawab Andika dengan tidak tahu malu.

"Nggak ada yang bisa menandingi kebodohan kamu saat ini, Mas. Aku pikir semakin bertambahnya usia, kamu akan semakin ngerti dan bertanggung jawab. Nyatanya, kamu semakin bodoh. Nasi udah menjadi bubur, aku nggak bisa menerima kamu lagi. Mari hidup masing-masing dan jangan mengganggu aku lagi," ujar Wita kemudian.

"Aku masuk," balas Andika seraya menerobos masuk dan menabrak bahu Deswita. Mendapati fakta ini, Deswita mendengus kesal.

"Kamu nggak ada bosan-bosannya ya, Mas, menyakiti hati aku?" tanya Wita kemudian, dengan nada getir, "Kamu janji ke Bapak dan Ibu di kampungku, kalau kamu bakalan bahagiakan aku. Tapi nyatanya? Bahkan perceraian ini pun, aku Nggak memiliki nyali untuk jujur sama Bapak dan Ibu," sambung Wita.

"Tolong jangan katakan apapun lagi," spontan Andika mengunci tubuh Deswita dalam pelukan. Pintu masih terbuka, dan Wita cemas ada siapapun yang melihatnya hingga menimbulkan fitnah. Tidak, jelas Wita tidak mau.

"Lepas!" pinta Wita dengan nada marah. Sayangnya, Deswita tak berdaya sebab tenaga Andika jauh lebih kuat dari tenaganya. Sekuat apapun dirinya meronta, tetap tidak akan bisa mengalahkan Andika.

"Aku minta maaf, Wita. Maaf. Tolong beri aku kesempatan aku untuk memperbaiki semuanya. Beri aku hukuman, asal jangan menuntut perpisahan. Aku nggak bisa kalau harus jauh dari kamu, aku nggak bisa," lirih Andika tak berdaya.

Sejenak, Wita terpaku, mendengar nada suara mantan suaminya yang terdengar lirih dan penuh keputusasaan.

"Apa kurangnya aku ke kamu, Mas? Setiap hari mempercantik diri, merawat kamu dan Kelan dengan baik, bahkan aku sedang dalam proses program untuk hamil adik Kelan. Tapi semua yang aku perkirakan salah besar. Kamu justru menghamili wanita lain dan nggak mikir efeknya bisa sedahsyat ini. Kamu memang nggak ada otak!" umpat Deswita seraya memecahkan tangisnya.

Andika kian tidak tega, dan memeluk Wita dengan erat. Hati lelaki itu juga sakit, melihat Wita yang demikian rapuh dalam pelukannya. Bahkan kaos Andika yang berwarna putih, telah basah oleh air mata wanita yang sangat ia cintai itu.

Papa Kelan itu diam, tak menyahut sama sekali dan terdiam menerima umpatan kasar mantan istrinya. Hanya kata maaf yang bisa ia ucapkan berkali-kali, pada wanita yang sangat ia cintai itu.

Jika boleh jujur, cinta yang sesungguhnya di miliki oleh Andika, hanyalah untuk Deswita. Dari dulu hingga sekarang, dan pasti hingga nanti di masa tuanya. Skandal bersama Amira, hanyalah didasari oleh nafsu semata. Wanita muda itulah yang terlalu terbawa perasaan oleh rayuan asal-asalan yang dilontarkan oleh Andika.

Andika pun terhanyut, bermaksud hanya sekadar bermain-main saja tanpa serius. Siapa sangka, akhirnya Amira hamil? Dasar bodoh. Bahkan Andika ingat betul, jika saat itu Amira mengatakan bahwa ia memakai alat kontrasepsi. Andika di jebak.

"Aku mencintai kamu sampai kapanpun, Deswita. Tolong maafkan aku. Aku janji, aku akan memperbaiki semuanya. Amira nggak mungkin ada disisiku selamanya. Cintaku dari dulu sampai nanti, cuman buat kamu. Aku bersumpah. Aku bersumpah," lirih Andika.

Hingga kemudian tanpa senagaja, netra Andika menangkap sosok istri mudanya tengah berdiri di ambang pintu, menatap ke arah dirinya dan Wita yang tengah berpelukan. Amira juga tahu, bahwa Wita menangis. Wanita hamil muda itu juga tahu, ungkapan hati dan umpatan kasar Wita baru saja, serta isi hati Andika yang Andika ucapkan.

"Maafin Amira, mbak Wita," lirih Amira yang ikut menangis, sebab digulung rasa penyesalan.

**

Terpopuler

Comments

Arya akhtar

Arya akhtar

menabrak itu harusnya menerpa wajahnya

2023-07-19

0

lovely

lovely

mnjijikan laki² emang egosi mau 22 nya beralibi cinta ga taunya berzinaa.ma perempuam .lain jng stupid WITA laki² baik banyak di dunia ini hempaskan saja mantan lucnutt🥵

2023-05-16

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

andika sm amira sama aja

2023-03-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!