Cinta Mantan Suami

Cinta Mantan Suami

1. Perceraian yang disahkan.

Dengan segenap kekuatan yang dimiliki, Deswita Adriana mencoba untuk berlapang hati menerima ketuk palu pengadilan. Perceraian yang selama ini tidak pernah terbayang bagi wanita yang berusia tiga puluh tahun itu, akhirnya sudah disahkan oleh hakim.

Tak ada lagi kebersamaan, tak ada lagi canda tawa dan pengabdian. Hidup yang selama ini serba mewah, nyatanya harus berakhir saat ini juga.

Tok Tok Tok ....

Suara ketukan palu sebanyak tiga kali, sekali lagi telah mempertegas semuanya. Cintanya, masa depannya, dan juga kebahagiaannya telah kandas, di renggut paksa oleh perempuan muda yang bernama Amira Widani.

Pasca tragedi kabar kehamilan Amira, yang mengandung darah daging Andika Sudarma, suami Deswita, Deswita harus berlapang hati, menerima keadaan. Tak ada pilihan baginya selain mundur dari pernikahan. Rumah tangga yang telah terjalin selama delapan tahun, nyatanya harus kandas sebab orang ketiga yang hadir mewarnai hidup Andika.

Tak terasa, air mata Deswita jatuh, membasahi pipi wanita itu. Kepala yang menunduk, disertai tangan yang sesekali menyentuh matanya, menjadi pertanda bahwa Deswita tengah menangis.

Andika menatap penuh penyesalan, pada wanita yang sudah menemani dirinya selama delapan tahun terakhir. Istri yang dulu ia dapatkan mati-matian, harus menyerah dan mundur dari tahtanya sebagai permaisuri.

"Harusnya kamu nggak usah meminta cerai, Wita. Kita bisa hidup bersama dan menunggu sampai anak Amira lahir. Setelahnya, kita bisa tetap hidup bersama. Kalau kamu nggak suka sama Amira, aku akan meninggalkannya untukmu," ungkap Andika tanpa perasaan. Hati wanita mana yang tak perih?

Kini, keduanya sudah berada di depan gedung, tempat dimana perceraian telah di sahkan. Wita memilih untuk menjaga jarak, sebab ia sudah bukan lagi istri dari Andika.

"Kamu menyakiti aku dan Amira jika begitu, Mas. Pulanglah, aku nggak mau berdebat apalagi membahas rumah tangga yang sudah kandas ini," jawab Amira kemudian.

"Deswita, tunggu," panggil Andika, mencoba untuk meraih tangan mantan istrinya itu. Sayangnya, Wita berusaha menghindar, seraya menghempas tangan Andika.

"Jangan sentuh aku lagi, Mas. Aku nggak mau istrimu di rumah cemburu buta, dan menuduh aku menggoda suaminya, meski sebenarnya dia yang lebih dulu menjadi duri dalam rumah tangga kita. alangkah baiknya kita menjauh saja, saling jaga jarak dan jangan sampai menumbuhkan fitnah," ujar Deswita pelan, namun penuh penyesalan.

Meski berusaha untuk tersenyum, namun, mata wanita itu tetap berkaca-kaca. Hati Andika kian resah sebab rasa bersalah.

"Biar aku antar. Tolong jangan nolak. Anggap aja ini yang terakhir kali. Jangan lupa, ada Kelan Sudarma yang menjadi pewarisku satu-satunya," timpal Andika.

"Saat ini memang iya, tetapi sebentar lagi, anakmu dari Amira akan lahir. Jadi, Kelan bukan satu-satunya anakmu, Mas," Wita menatap sendu Andika, sebelum akhirnya ia berbalik pergi, meninggalkan Andika yang tak lagi mengejar dirinya.

Penyesalan Andika, kini sudah tak ada gunanya lagi. Lelaki itu meratapi kebodohannya yang mudah terjerat pada bunga liar di luar, padahal ia sudah memiliki bunga suci di rumahnya.

Di dalam mobil, Deswita duduk di belakang kemudi taksi online yang ia pesan. Tatapan wanita itu terbuang ke luar jendela mobil, memandang jalanan yang mulai turun gerimis. Entahlah, perasaan gundahnya hari ini, rasanya sangat menyakitkan.

Setibanya di rumah yang ia tempati selama lebih dari dua bulan, Andika sudah menunggunya. Rumah minimalis yang menurut Andika terlalu kecil, menjadi tempat tinggal Wita untuk kedepannya bersama Kelan Sudarma, putranya yang berusia enam tahun.

Andika berdiri di teras, dengan Kelan yang masih mengenakan seragam taman kanak-kanak. Wajah anak itu berbinar, berteriak, "Mama," pada Deswita.

Sungguh teriris rasanya hati, saat Wita melihat anaknya yang masih sangat butuh kasih sayang Papanya. Kelan tidak tahu apapun, tetapi harus menerima imbas dari ketamakan Andika atas perempuan.

"Kelan, pulang sama Papa?" tanya Wita, menghampiri Kelan dan Kelan mencium tangannya penuh takzim. Sebisa mungkin, Wita berusaha menampilkan senyum di depan Kelan, agar anaknya tidak curiga dan banyak tanya padanya.

"Iya, Ma. Mama kok lama sih? Katanya Kelan suruh nunggu di rumah Tante Manda, tapi keburu Papa jemput," Kelan nyerocos, seolah tak peduli pada perasaan kedua orang tuanya.

"Maaf, Mama ada urusan sebentar. Mama janji deh, besok nggak telat lagi jemput," jawab Wita seraya mengulas senyum. Ada banyak hal yang coba Wita pendam, namun Andika tahu persis bagaimana perasaan Wita saat ini.

"Ayo, masuk. Kelan harus mandi dan berganti pakaian. Nanti selepas makan siang, Kelan harus tidur karena Mama harus kerja," ujar Wita kemudian, "Kelan akan sama Mama disini, karena Papa harus pulang. Ada Tante Amira yang nungguin Papa di rumahnya," sambung Wita, melirik Andika.

"Wita, aku masih ingin di .... " Andika tak melanjutkan kalimatnya, ketika Wita menyela dengan cepat. Tatapan wanita itu juga tajam.

"Mas, tolong. Jangan memberi banyak harapan pada anak ini. Ketika kamu memberinya harapan seolah kita masih bisa bersama, maka sama saja kamu menyakiti hatinya lebih dalam," ujar Wita. Wanita itu lantas menatap Kelan, "ayo, Kelan, masuk dulu, Mama ingin bicara sama Papa," ujar Wita pada Kelan.

Bocah lelaki itu lantas masuk, setelah Wita membukakan pintu. Anak itu sedikit curiga, dan serba ingin tahu dengan apa yang akan diperbincangkan orang dewasa.

Selepas Kelan berlalu, Wita mempersilahkan Andika, mantan suaminya itu untuk duduk. Suasana berubah hening, menyisakan gejolak batin di masing-masing dua orang itu. Tak ada lagi senyum, tak ada lagi kehangatan diantara keduanya. Hanya kebisuan panjang yang mendominasi, menjadi sebuah hal yang sangat Andika sesali.

"Deswita, maaf," ungkap Andika dengan tulus. Netranya fokus menatap Wita yang duduk di hadapannya.

"Aku udah maafin, Mas. Sebaiknya kamu pulang daripada harus minta maaf berulang kali. Memaafkan bukan berarti aku mau di duakan. Antara kita udah selesai. Dan ini adalah konsekuensi dari perbuatan kamu sendiri," jawab Wita.

"Aku akan sering-sering datang kemari, Wita. Aku memang bukan suami kamu lagi, tapi kamu harus tahu, cintaku ke kamu nggak berubah," Ungkap Andika, dengan tulusnya. Sayang, Wita sudah tidak tertarik lagi mendengar ocehan Lelaki itu.

Cinta? Cinta nggak akan berubah, kalau nggak mengkhianati. Dasar laki-laki bajingan!

Batin Wita berteriak.

"Aku pamit pulang, jaga diri baik-baik. Kamu boleh marah sama aku, tapi jangan lupa, Ada Kelan yang masa depannya harus kita pikirkan," tambah Andika lagi.

"Aku Ibunya. Aku tentunya lebih tahu mana yang baik dan enggak untuk anakku, termasuk jika harus tinggal satu rumah dengan istri muda kamu. Itulah sebabnya aku memilih mundur, Mas. Aku jauh lebih sayang pada mental Kelan. Pergilah sana, aku mau istirahat," usir Wita, tanpa menoleh sedikitpun pada Andika.

**

Terpopuler

Comments

Arcila Putri

Arcila Putri

mampir y Thor👍

2024-05-30

0

Arya akhtar

Arya akhtar

q mampir kak othor

2023-07-19

0

Eunwoo😵

Eunwoo😵

Emang semua laki² gitu ya haha..? Ketika udah ketaun ternyata mendua baru nyesel dan gmau pisah😌 Persis banget kya bapak gue niehh🤗 Udh 2x ketuan selingkuh terus nyesel dan janji enggak bakal ngulangin lagi😆 Pak, Lo beruntung karena ibu gue masih mau maapin🤪 Heran aja, ada sih laki² yang tega mendua? Hatinya terbuat dari apa ya kira²?

2023-06-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!