Sebulan pun berlalu, David dan Selena tengah bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Mereka memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper. Semua perlengkapan Alwin pun dipersiapkan oleh baby sitter nya.
Setelah semuanya selesai, mereka bergegas pergi dari rumah itu meninggalkan Gea yang masih dikurung di dalam kamar.
Gea yang berada di dalam kamar pun merasa suasana rumah jadi sepi. Ia tak mendengar tangis Alwin, suara Selena dan David yang mengobrol bahkan suara pembantu yang biasanya memasak di dapur pun ia tak dengar.
Ceklek!
Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Bahkan pintunya dibuka dengan sangat lebar. Seolah Gea sudah terbebas dari sangkarnya.
Gea sedikit kebingungan dengan apa yang terjadi. Orang yang membuka pintu itu adalah Bi Surti, pembantu di rumah itu yang sudah hampir sebulan bekerja disana.
Rumah tampak rapih. Gea akhirnya bisa bernapas dengan bebas. Bisa keluar dari sangkarnya yang terasa sesak. Tapi, kenapa hatinya merasa tidak enak?
"Ya Tuhan, kenapa ini?" gumam Gea ketika ia berjalan ke ruang tamu.
Di meja ruang tamu, sudah ada surat cerai dari David dan juga surat tulisan tangan dari David yang mengatakan kalau Alwin akan diurus olehnya. Gea ditinggalkan uang 50 juta tunai oleh David di dalam koper sebagai upahnya sudah menjadi istri David selama ini.
Gea menangis tersedu-sedu hingga ia terduduk di lantai. Ia tidak percaya hidupnya akan semenderita ini. Dibohongi suami yang dicintainya, dibuang setelah ia melahirkan dan ditambah lagi, dipisahkan dengan anaknya yang bahkan baru menginjak usia 1 bulan.
"Ya Allah, hiks ... hiks ... "
Di saat sedang menangis itu, Bi Surti datang dan memberitahukan kalau Gea harus segera berkemas untuk meninggalkan rumah.
"Ya Allah, apalagi ini? Hiks ... hiks ... "
"Tuan David bilang, rumah ini sudah Nona Selena jual kepada orang lain dan nanti sore pemilik rumah yang baru akan menempati rumahnya. Jadi, Nona Gea harus segera berkemas sebelum sore tiba."
"Hiks ... hiks ... Mereka pergi kemana bi?" tanya Gea dengan air matanya yang terus mengalir.
"Saya tidak tahu Nona. Tuan David hanya meninggalkan ini semua di meja dan memberitahukan rumah ini sudah dijual."
Gea bangkit dari duduknya, ia mencoba untuk kuat dengan derita yang dialaminya. Ia bisa apa jika semua sudah begini? Ia sudah dibuang oleh suaminya.
Dengan langkah lunglai, Gea kembali ke kamarnya untuk membereskan bajunya dalam kopernya. Ia menangis mengingat semua kenangan di rumah ini. Terlalu banyak kenangan indahnya, tapi kenangan buruk yang hanya sebentar itu justru paling membekas di hatinya.
Gea sudah siap dengan kopernya. Ia pergi dari rumah itu dan pamit pada Bu Surti. Tak lupa ia juga membawa semua berkas cerai beserta surat nikahnya yang untungnya tidak dibuang oleh David. Lebih tepatnya, David tidak tahu tempat dimana Gea menyimpannya. Suatu saat Gea akan menggunakan surat nikah itu. Entah sebagai apa, tapi Gea yakin, pasti akan berguna.
Sebelum benar-benar pergi dari rumah itu, Gea memandangi teras depan rumah, dimana disana ia dan David selalu bercanda tawa. Gea menyambut David pulang kerja dengan senyuman. Namun, semua itu sudah sirna. Kini hanya meninggalkan bekas luka yang mendalam.
Gea menarik dua kopernya. Meski ia memiliki uang, justru ia bingung mau kemana. Ponsel tidak punya, nomor ponsel orang tuanya pun tak ingat. Gea sudah seperti orang yang hilang arah dan tujuannya. Mau kembali ke kampung halamannya yang ada di Wonosobo pun rasanya tidak mungkin. Ia tidak mau membuat orang tuanya sedih melihat anak satu-satunya dicampakkan seperti ini. Padahal bapak sudah mulai percaya pada David.
Gea menangis lagi. Ia memang cengeng. Dikit-dikit nangis. Tapi mau gimana lagi? Ini semua benar-benar menyakitkan baginya.
"Loh Gea? Kenapa kamu bawa-bawa koper? Kamu mau kemana?" tanya Bu Endah yang kebetulan lewat di jalan itu.
Gea tidak menjawab, ia hanya bisa menatap sendu wajah Bu Endah kemudian menangis lagi.
"Ya Allah Gea, ada apa denganmu?" tanya Bu Endah lagi yang merasa kasihan pada Gea.
Bu Endah langsung memeluk Gea. Mencoba menguatkan wanita itu. Ia tidak tahu masalah apa yang dialami Gea, tapi ia bisa merasa kalau masalahnya sangatlah berat.
"Ayo kita ke rumah ibu dulu. Tenangkan dirimu. Kalau sudah tenang, kamu bisa ceritakan semuanya pada ibu," ucapnya.
Gea merasa bersyukur, masih ada orang baik di sekitarnya. Ia pun mengangguk dan ikut bersama Bu Endah.
*
*
Jakarta
Gaza jadi tidak pernah tenang setelah mendapatkan bahwa sepertinya Gea sedang dalam masalah dengan suaminya. Pasti masalahnya sangatlah besar, sampai Gea meminta tolong padanya.
Namun, sudah sebulan menunggu kabar dari Gea, wanita itu malah seperti menghilang di telan bumi. Akun media sosialnya tak pernah aktif lagi. Bahkan nomor teleponnya saja juga tidak aktif. Ditambah lagi dengan orang tua Gea yang selalu menanyakan Gea padanya. Padahal, seharusnya, orang tua Gea menanyakan kabar Gea pada menantunya.
"Ini benar-benar aneh! Sebenarnya ada masalah apa denganmu, Gea? Kamu bukan orang yang tiba-tiba menghilang begitu saja. Apalagi sampai tidak mengabari kedua orang tuamu juga! Oh, Tuhan, aku jadi tidak bisa tenang kalau begini jadinya. Apa aku harus menyusul Gea ke Malang?"
Gaza tampak berpikir akan menyusul Gea ke Malang. Tapi, ia tidak bisa melakukan itu dengan tanpa alasan. Apalagi orang tuanya bisa marah kalau dirinya malah mengabaikan pekerjaannya.
Alhasil, Gaza pun memerintahkan seseorang untuk mencari keberadaan Gea di Malang. Ia berharap Gea baik-baik saja.
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Yati Syahira
bodoh menye menye trus sdh tahu waktu ngintip anaknya diambil bawa pergi,bukanya diem pergi masih blooooon loooool
2025-03-12
0
yanto parti
bloon bgt JD gea Uda tau bayinya mau msh aja tinggal dsitu
2025-04-11
0
Yunerty Blessa
𝘀𝗮𝗯𝗮𝗿 𝗚𝗲𝗮....𝘀𝘂𝗮𝘁𝘂 𝘀𝗮𝗮𝘁 𝗸𝗮𝘂 𝗽𝗮𝘀𝘁𝗶 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝘁𝗲𝗺𝘂 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗮𝗻𝗮𝗸 𝗺𝘂.....
2023-11-05
0