Until I Love You

Until I Love You

Terlahir Ke Dunia

Yang telah lama dinanti akan segera hadir.

Napas yang terus memburu adalah harapan untuknya

Bibir tak berhenti menyebut nama-Mu

Mengejan sekuat-kuatnya agar kau bisa selamat keluar dari sana tuk menyapa dunia.

Detik-detik mencekam, waktu yang panjang telah berhasil dilalui dengan mengucap syukur pada Sang Ilahi

Pecah tangis pertamamu, menjadi penenang hati.

Tangan mungil yang mengepal kelak dewasa senantiasa menggandeng dalam suka maupun lara.

****

"Jeje, apa Bunda boleh masuk?"ucap Bu Widya di depan pintu kamar Jeje.

Jeje yang tengah duduk bersimpuh saat itu di lantai kamarnya, langsung beranjak sambil mengusap air matanya di pipi, lalu membukakan pintu untuk Bundanya. Bu Widya terus menggelengkan kepalanya, dia tahu bahwa putrinya itu sedang rapuh. Jeje pun menangis di hadapan Bundanya.

"Menangis lah, bila membuat perasaan kamu lebih baik,,"ucap Bundanya sambil memeluk Jeje.

Perlahan Jeje melepaskan pelukannya, Sang Bunda mengusap air mata yang membasahi wajah putrinya. Tiba-tiba saja Khalisa muncul di tengah-tengah mereka. Khalisa Putri, anak dari Jeje dan mendiang suaminya, dia lahir stelah 40 hari kematian Sang Ayah.

Khalisa memandangi satu persatu wajah kedua orang tua di hadapannya itu. Tanpa mencurigainya, ia meminta Bunda dan Neneknya menemaninya bermain di teras rumah.

Sebelumnya, setiap hari selepas pulang sekolah Khalisa tak pernah merasa sendirian. Karena ada Kakek dari Bundanya yang selalu menemaninya bermain. Kini jadi terasa sepi setelah Kakeknya pamit pergi untuk mengunjungi SMA Al-Fattaah.

Keduanya tentu menuruti kemauan Khalisa, menemaninya bermain di teras rumah. Beberapa menit kemudian, dering telepon rumah berbunyi. Jeje pun pergi untuk mengangkat telepon tersebut.

Rupanya telepon itu dari Ayahnya, ia meminta Jeje, Bu Widya, dan Khalisa untuk menyusul ke Jakarta. Karena akan ada acara peresmian Bank Mini di SMA Al-Fattaah.

Mendengar hal itu, Khalisa begitu bersemangat. Sebab rindunya sudah menggunung pada Sang Kakek.

Tanpa berpikir panjang lagi, Jeje dan Bu Widya menyetujuinya.

Sore itu juga mereka berangkat ke Jakarta.

Selama di perjalanan Khalisa tertidur di pangkuan Jeje dengan posisi kepala di atas paha. Sementara Jeje sulit memejamkan matanya, karena suara gaduh dalam pikirannya.

Hampir 3 jam lamanya bersama kemacetan di jalan, mereka pun sampai di hotel tempat Sang Ayah menginap. Mengetahui cucu kesayangannya tertidur pulas, Sang Kakek ternyata harus sabar menunggu esok untuk memeluknya.

Pagi harinya, udara terasa segar. Mereka semua melakukan joging bersama di sekitar hotel, sebelum berangkat ke acara peresmian Bank Mini di sekolah.

Badan sudah bersih, perut kenyang, dan berangkat.

Dari hotel ke SMA Al-Fattaah hanya memakan waktu 20 menit. Sampai di sana, memori masa sekolah melintas di benak Jeje.

3 tahun dia belajar di sekolah ini, banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang hebat dalam kehidupannya sekarang.

Taman sederhana yang berada di tengah, depan kantin dan musholla menjadi tempat kedua matanya dan mendiang Sang Suami berbicara. Seorang laki-laki berseragam SMA Tritadarma berdiri di luar gerbang sekolah dengan senyum tipis yang terus terlukis di wajahnya sebelum Jeje masuk ke dalam kelas. Sekarang hanya tinggal kenangan, dia tak akan bisa mengulang adegan yang sama lagi seperti dulu saat masih bersama.

****

Sebuah mobil Fortuner berwarna hitam baru saja tiba, dia adalah rekan kerja dari ayah Jeje, yang datang sebagai tamu undangan dalam peresmian Bank Mini SMA Al-Fattaah. Dia tak datang sendiri, ada anaknya yang selalu menjadi pendampingnya.

Gagah dan tampan mewarisi dirinya, dia bernama Roudullah Khalil. Seorang CEO di perusahaan Khalil Group.

Dia berjalan menapaki jalan menuju ke ke halaman sekolah. Tempat di mana ia dulu dihukum karena masalah sepele.

Acara peresmian pun segera dimulai, semua para tamu undangan yang hadir menduduki tempat yang telah disediakan.

Saat acara berlangsung, dari dalam saku jasnya terlihat bergetar, dia pun merogohnya, matanya melebar seketika melihat layar handphone. Dia meminta izin pada ayahnya untuk pulang lebih dulu, karena ada urusan yang sangat mendadak.

Selesai acara, Pak Budi ayah dari Roudullah Khalil menghampiri dan menjabat tangan Pak Aman selaku Ketua Yayasan SMA Al-Fattaah, dan ayah dari Jejak Kirana sebagai ucapan selamat padanya.

Sementara Jejak, Bu Widya dan Khalisa pergi ke luar. Pak Budi mengajak Pak Aman duduk untuk berbincang-bincang sejenak. Keduanya sudah lama saling mengenal semenjak putra dan putrinya duduk di bangku SMA. Pak Budi juga salah satu dari donatur di SMA Al-Fattah. Tak heran mereka begitu sangat dekat.

Pak Budi menceritakan tentang putranya yang masih melajang sampai saat ini, sedangkan ia ingin sekali segera menimang seorang cucu.

"Maaf Pak, saya jadi curhat masalah pribadi,"ucapnya sambil meringis.

"Mungkin belum waktunya saja, Pak."sahut Pak Aman, "Saya juga demikian, sedang mencarikan jodoh untuk putri saya."

Keduanya senasib, sedang mencari jodoh untuk anak-anaknya. Akhirnya mereka setuju untuk menjodohkan putra dan putrinya.

"Tapi Pak, anak saya sudah pernah menikah sebelumnya, dan memiliki seorang putri dari pernikahannya,"jelas Pak Aman membuat Pak Budi terdiam sesaat.

"Itu bukanlah masalah yang besar Pak. Mau gadis atau janda yang penting ia bersedia menikah dengan putra saya,"tegas Pak Aman.

Tak harus menunggu lama lagi, malam ini juga kedua ayah itu mengajak keluarganya ke sebuah restoran untuk membahas masalah perjodohan putra dan putrinya.

Jeje tak tahu maksud hati Sang Ayah yang mengajaknya makan malam bersama di luar rumah, sementara ayahnya gundah gulana, takut keinginannya itu ditolak oleh putra sahabatnya.

"Kamu mau ke mana?"tanya seorang wanita, teman Roudullah.

Roudullah terlihat tergesa-gesa setelah mendapat pesan dari ayahnya.

Saat itu dia berada di sebuah cafe bersama seorang teman wanitanya.

"Aku harus pergi,"

"Pergi? Kamu sadar nggak sih, kita berdua baru aja sampai di tempat ini dan kamu seenaknya mau ninggalin aku?"

"Oke, 15 menit lagi aku pergi,"

Pak Budi dan istrinya pun tiba di Endeus Resto. Kedua keluarga itu saling berjabat tangan, lalu duduk di kursi masing-masing. Pak Aman kebingungan, karena Pak Budi hanya datang bersama istrinya saja.

"Maaf sebelumnya, harus membuat Bapak dan Ibu menunggu kedatangan putra kami,"ucap Pak Budi, "Bagaimana kalau kita pesan makanannya dulu?"

Semuanya mengangguk setuju. Sajian makanan sudah tersedia di atas meja bundar. Namun Roudullah tak kunjung datang. Pak Budi semakin dibuat geram.

Jam menunjukkan pukul 8 lewat 15 menit. Pak Aman memutuskan untuk pulang, karena Khalisa harus beristirahat.

"Pak Aman, saya benar-benar minta maaf atas yang terjadi pada malam hari ini. Saya sendiri juga tidak tahu, mengapa ia tidak datang kemari,"ucap Pak Budi lirih.

"Tidak apa-apa Pak, mungkin kita bisa membicarakan hal ini dilain waktu,"sahut Pak Aman sambil menjabat tangan Pak Budi dan istrinya.

Di rumah Pak Budi dan istrinya masih menanti kedatangan putranya meski jam sudah lewat pukul 9 malam.

Dari luar rumah, terdengar suara mobil berhenti. Roudullah keluar dari mobil dan berlari menemui ayahnya.

"Ngapain kamu pulang?"tanya Papanya.

"Tadi habis dari resto, karena Papa dan Mama nggak ada di sana akhirnya aku memutuskan untuk pulang,"jawab Roudullah dengan santai.

"Kalau kamu masih bersikap seperti ini, lebih baik nggak usah pulang. Jalani saja kehidupanmu yang ada di luar sana,”jelas Papanya, "Bikin malu saja!"

"Maaf Pa, aku mengaku salah. Tapi kalau boleh tahu, ada apa Papa memintaku pergi ke resto itu?"tanya Roudullah.

"Papa dan Pak Arman telah sepakat mau menjodohkan kamu dengan putrinya,"jawab Ayahnya.

...[BERSAMBUNG]...

Terpopuler

Comments

Mrs.Q

Mrs.Q

gemesin bangett 🤣🤣

2023-03-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!