Mike duduk memerhatikan keadaan kota yang sudah mulai stabil. Banyak bangunan yang sudah selesai dibangun kembali. Walaupun tidak sebesar sebelumnya, tapi setidaknya ini lebih baik daripada tidak ada renovasi sama sekali.
Mike menghela napas pelan. Sudah satu hari berlalu sejak dia mendapatkan quest, tapi dia belum berhasil merekrut anggota tambahan selain dirinya. Jangankan untuk menambah anggota, dia bahkan menghindari interaksi dengan sesamanya.
"Kalau aku membuat party, bukankah mereka hanya akan menjadi beban untukku? Player yang baru pasti sama lemahnya dengan aku yang dulu, kan?" Mike menatap kosong layar sistem yang memperlihatkan quest di depannya. Tersisa enam hari lagi. Setidaknya dia harus mendapatkan satu anggota dalam waktu dua hari.
"Menyebalkan!" Mike beranjak berdiri. Matanya bergerak mencari player yang berada di kota. Sistem mengatakan kalau jumlah player di dekatnya ada enam. Itu merupakan jumlah yang terlalu sedikit untuk ukuran kota besar seperti kota Tyghu.
"Apa aku harus mengelilingi kota untuk menemukan player?" Mike mendengus kesal. Keputusannya untuk menjadi solo player digagalkan oleh sistem.
Hanya Mike yang bisa mengetahui player yang berada di sekitarnya. Dia diberikan kemampuan untuk melihat level player seperti halnya dia melihat level monster. Namun, player lain hanya bisa melih6level monster, tidak dengan level sesama player.
Mike terus mengamati orang-orang yang berseliweran, memerhatikan apakah ada tulisan level di atas kepala mereka atau tidak. Sampai akhirnya Mike menemukan player pertama sejak quest utama dimulai. Dia adalah seorang gadis beranbut pendek. Tanpa berpikir lagi Mike langsung menghampirinya.
"Hai!" Mike melambaikan tangan pada gadis itu, mencoba tersenyum.
"Oh, Hai!" Gadis itu tertegun melihat tingkah Mike yang tiba-tiba sok akrab dengannya. Sejenak gadis itu berpikir kalau mungkin Mike adalah orang aneh yang muncul akibat terjadinya bencana.
"Aku tidak akan basa-basi lagi. Dan juga aku bukan tipe orang yang pintar berinteraksi. Maaf jika aku terlalu blak-blakan, tapi kamu adalah player, kan?" Mike menunjuk gadis gadis di depannya, membuat gadis itu terperanjat kaget.
"Player? Maksudmu bukan hanya aku yang dapat melihat ini?" Gadis itu menunjuk udara kosong di depannya. Orang lain tidak mungkin bisa melihat, tapi beda halnya dengan Mike.
"Jangan bingung. Mungkin semua ini seperti tidak masuk akal, ah memang tidak masuk akal. Tapi walaupun tidak masuk akal, semua ini nyata. Termasuk denganmu yang dipilih oleh sistem untuk menjadi salah satu dari sekian player di seluruh dunia." Mike menunjuk layar hologram yang yang berada di hadapan gadis itu.
"Aku akan menjawab apapun pertanyaanmu, tapi bukankah kita harus saling berkenalan dulu?" Mike mengulurkan tangan, mengajak gadis itu untuk berkenalan. Dia terdiam sejenak, menimbang apakah akan menerima uluran tangan Mike atau tidak.
Gadis itu selalu waspada kepada orang asing, apalagi tipe orang yang seperti Mike. Bagaimana bisa dia memercayai orang asing yang bahkan baru pertama kali dia temui? Tapi mengingat ada banyak hal yang tidak dia ketahui, entah mengenai kejadian bencana ini atau mengenai sistem yang tadi di bahas oleh Mike. Tidak ada satupun dari keduanya yang masuk akal.
"Salam kenal. Namaku Martha." Gadis itu akhirnya menerima uluran tangan Mike, membuat wajah Mike dipenuhi oleh kepuasan.
"Senang bertemu denganmu, Martha. Perkenalkan, namaku Mike. Aku harap kita bisa menjadi teman baik." Mike menarik dua ujung bibirnya, melukiskan senyum di wajahnya yang kotor. Sudah beberapa hari ini dia tidak mandi.
"Jadi, bisakah kamu menjelaskan apa yang disebut sistem ini?" Martha kembali menunjuk layar yang mengambang di depannya. Sudah dari kemarin layar itu terus menunjukkan hal yang sama dan tidak mau menghilang. Martha merasa risih sekaligus penasaran dengannya.
Mike mengangguk sambil tersenyum mendengar pertanyaan Martha. Dia adalah player pertama sebelum player yang lain dipilih, jadi tentu saja wajar jika dia memiliki lebih banyak informasi dibandingkan dengan player yang lain.
"Tentu saja! Kalau begitu bisakah kita mencari tempat yang sepi terlebih dahulu? Hal penting seperti ini tidak bisa dibicarakan sembarangan."
"Apa yang penting? Aku yakin bukan hanya kita yang menerima hal seperti ini, kan?"
"Ah, benar juga! Aku rasa cepat atau lambat keberadaan player akan diketahui oleh dunia. Jadi tidak perlu menyembunyikannya lagi. Tapi untuk mempermudah memberi penjelasan supaya kamu cepat mengerti kita tetap harus pindah tempat."
"Dasar paman yang aneh!" Martha mendengus kesal. Baru kali ini dia bertemu orang yang menyebalkan seperti Mike.
"Paman katamu?!" Mike terkejut mendengarnya. Padahal dia masih menginjak usia dua puluh tiga tahun, tapi kenapa dia sudah disebut paman? Bukannya Martha memanggilnya dengan sebutan kakak?
"Jenggot dan kumis paman sudah tumbuh, tuh! Apa paman lupa mencukurnya?" Martha cengengesan melihat ekspresi Mike yang tidak suka dipanggil paman. Dia memberikan sebuah cermin kecil supaya Mike bisa melihat jenggotnya sendiri. Mike meraba-raba dagunya. Dia merasakan rambut halus yang mulai bermunculan.
"Padahal aku sudah mencukurnya dua minggu lalu." Mike melihat pantulan penampakan dirinya di cermin. Saat ini dia memang sedikit terlihat seperti seorang paman. Padahal ketika dia mencukur jenggot dan kumisnya, dia terlihat seperti remaja sembilan belas tahun.
"Penampilan mengubah segalanya." Mike mengeluh dengan penampilannya saat ini. Padahal beberapa hari lalu dia tidak memikirkan tentang penampilan sama sekali. Saat itu yang dia pikirkan hanyalah cara menjadi semakin kuat supaya bisa bertahan hidup. Tapi kali ini dia baru sadar kalau penampilan juga penting baginya.
"Memang apa yang paman lakukan sampai tidak sempat mencukur?" Martha mengangkat sebelah alis, berniat untuk mengejek Mike yang memasang wajah masam.
"Berhenti memanggilku paman atau aku tidak akan memberikan informasi apapun padamu. Padahal usiamu mungkin sembilan belas tahun, hanya lebih muda empat tahun dariku. Tapi sudah berani memanggilku paman. Dasar!" Mike melempar kaca yang dia pegang pada Martha. Gadis itu susah payah menangkap cermin yang dilempar Mike.
"Maaf saja! Tapi usiaku sudah dua puluh tiga tahun." Martha memonyongkan bibir, bersungut-sungut. Tapi dibalik wajahnya yang kesal, dia merasa senang karena ternyata orang lain mengira bahwa dia lebih muda.
"Ah, gadis sialan! Memanggilku paman padahal usia kita sama." Mike menggaruk kepala, merasa bingung harus bersikap bagaimana saat tahu ternyata dia dan Martha sesusia.
"Kemana kita harus pergi? Kamu bilang akan memberitahuku semuanya."
"Yah, aku akan memimpin jalan. Tapi kamu harus bersiap. Walaupun aku hanya memberikan penjelasan, tapi sebenarnya keadaan sendiri yang akan menjelaskannya padamu. Jadi persiapkan dirimu untuk segala kemungkinan yang akan terjadi."
"Apa maksudmu dengan mempersiapkan diri? Bukannya kita hanya akan berbincang?" Martha mengerutkan kening. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Mike.
"Sudah aku bilang kalau keadaan sendiri yang akan menjelaskannya padamu. Bisa saja ada kejadian yang berbahaya, tapi tenang saja! Selama kamu tidak berada jauh dariku, kamu akan tetap aman." Mike beranjak melangkah diikuti oleh Martha dibelakangnya. Mereka menuju ke suatu tempat yang menjadi tujuan Mike menyelesaikan sub quest.
[SUB QUEST DIPERBARUI]
DIMENSION BREAK AKAN TERJADI TIDAK JAUH DARI TEMPAT ANDA
KEMUNGKINAN MONSTER YANG AKAN MUNCUL MEMILIKI LEVEL EMPAT SEBAGAI PALING TINGGI
APAKAH ANDA AKAN MENERIMA SUB QUEST? TIDAK AKAN ADA PENALTI JIKA MENOLAK SUB QUEST YANG DIBERIKAN
[YES] [NO]
"Yes!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments