Arland membuang nafasnya kasar, harinya benar-benar buruk dan juga sibuk. Setumpuk masalah penghianatan, istri yang tidak berguna dan pekerjaan yang menumpuk benar-benar membuatnya stress.
Arland buru-buru melepas ikatan sampul dasi yang terasa mencekik lehernya. Kemudian mandi dan membersihkan dirinya.
Selesai dengan kegiatan itu, dahinya mengerut seolah menyadari ada yang kurang dan juga terasa ganjil.
"Kania!" teriaknya keras saat dirinya sudah berpakaian.
"Dimana kamu wanita bodoh?!" geramnya kasar karena tak ada jawaban.
Kemudian Arland pun mengingat bahwa istrinya itu saat dia kembali tadi juga tak ada di rumah.
"Kemana bedebah itu?" ujarnya berpikir dan kali ini sudah menurunkan nada suaranya.
"Bibi!" panggilnya segera turun ke bawah dan mencari asisten rumah tangganya.
Beruntung perempuan paruh baya itu sedang sedikit beres-beres di sana. Atau jika tidak, Arland bisa lebih marah lagi.
"Iya, Tuan," jawab perempuan paruh baya itu segera.
"Dimana Kania?" tanya Arland tak sabaran.
"Nyonya belum pulang tuan, sejak pergi ke kantor tuan," jelas Bi Surti terus terang. Dia tak mau membuat majikannya menunggu dan membuat Arland murka.
"Sialan. Berani sekali perempuan itu. Batu sehari menjadi istri, tapi dia sudah begini. Pulang telat dan tak tahu entah kemana?" geram Arland marah.
"Jika dia sudah pulang katakan padaku untuk menjumpaiku segera di ruang kerjaku," jelas Arland memberi perintah.
➡➡➡
Beberapa menit kemudian, Kania sampai di rumah dan langsung naik ke kamarnya. Tadinya gadis itu pergi ke sebuah kafe dan meminum secangkir coklat untuk memenangkan diri.
Dia benar-benar tertekan dengan hidupnya yang baru ini. Menikah tanpa dia kehendaki dan juga terpaksa. Suaminya bahkan juga pemaksa, galak dan suka teriak sambil marah-marah.
"Laki-laki itu seperti orang stress!" dengus Kania memaksudkan ucapannya pada suaminya.
Dia bisa seberani itu karena tak ada orangnya. Kalau orangnya ada tentu saja dia bungkam dan hanya bisa memendam.
Jujur saja Kania sangat takut dengan laki-laki itu. Bagaimana tidak, ukuran tubuh mereka sangat berbeda. Kania mungil dan agak pendek. Sementara Arland tinggi tegap dan dada bidang, rahang kokoh serta hidung bagaikan prosotan anak TK.
Sebenarnya Arland tampan, sangat tampan malah. Apalagi dengan tubuh proporsional idaman orang lain yang membuatnya mudah saja membuat para wanita takluk olehnya.
Hanya saja, tatapan yang selalu tajam, sinis dan merendahkannya itu, selalu membuat Kania terintimidasi dan tak berdaya.
"Nyonya!" seru Bi Surti memanggilnya dan membuat langkah Kania terhenti.
"Iya, Bi. Ada apa?" tanya Kania.
"Tuan meminta Nyonya segera menjumpainya jika sudah pulang. Dia ingin Nyonya segera ke ruang kerjanya," jelas Bi Surti yang segera diangguki paham oleh Kania.
➡➡➡
Kania sudah di depan ruang kerja Arland. Kemudian mengetuk untuk masuk dan Arland menjawab dengan menyuruhnya segera masuk.
Pria itu segera menoleh untuk melihat Kania.
"Darimana saja kamu seharian ini? Pulang dari kantor ku kamu keluyuran kemana?!" tanya sambil berdiri karena tak bisa duduk sambil marah.
Dia mendekat dan kemudian menarik pergelangan tangan Kania. Lalu dengan tak terduga, pria itu mendorong Kania kasar hingga jatuh ke atas sofa.
Tak membiarkan wanita itu bangkit, Arland segera menindih dan mengurung tubuhnya. Kemudian mencengkram rahangnya dengan keras.
"Aku tanya dari mana kamu perempuan berdebah?!" tangannya sambil mengeram marah. "Katakan?!!" bentuknya melanjutkan dengan nada suara yang naik beberapa oktaf. Urat lehernya bahkan kelihatan sangking menunjukkan betapa marahnya dia.
"Ak-aku dari--"
"Sialan. Kau bahkan belum mandi! Beraninya kau menemuiku dengan kondisi kotor begini!!" amuknya tak membiarkan Kania menjawab sama sekali.
Beranjak dari tempatnya, Arland berdiri dan kemudian menarik paksa Kania untuk ikut berdiri juga.
"Pergi sana. Keluar dari ruanganku dan bersihkan dirimu secepatnya!!" perintahnya dengan bossy, tapi kemudian dia malah kembali mencengkram rahang Kania dengan kasar.
"Tapi ingat kau harus kembali ke sini dengan segera, karena aku belum selesai memberikan perhitungan untuk perempuan pembangkang sepertimu!" tegas Arland dengan gusar.
Setelah Arland melepaskannya, Kania segera berlari keluar dari sana secepatnya.
Tak berniat untuk kembali sama sekali dan menuruti perintah pria itu. Bodoh. Siapa yang mau dan suka rela diberi hukuman, yang jelas Kania tidak mau.
Alih-alih mandi cepat, dia malah memutuskan berlama-lama mengguyur tubuhnya di bawah shower. Selesai mandi setelah menghabiskan hampir kurang dari satu jam.
"Baru selesai mandi Kania?"
Tiba-tiba saja Arland sudah di kamar, menatap Kania yang baru keluar dari kamar mandi. Pria itu tak terlihat marah seperti kebiasaannya, tapi tercengang menatap Kania.
Namun Kania yang tak menjawab dan malah bergegas mengambil pakaian untuk dipakai, pun kembali menyulut amarah Arland.
"Aku tanya baik-baik, kau tak menjawab! Sebenarnya apa maumu, hah?!" geram Arland sambil kemudian mengepalkan tangannya erat.
Dia tak tahan dan segera menghampiri Kania dengan cepat. Merebut pakaiannya dan membuangnya asal.
Bram!
Arland yang kesal dan juga sedikit terpancing, tiba-tiba mendorong mundur Kania dengan kasar dan mendesaknya hingga tersudut ke lemari. Kania jadi terhimpit antara tumbuh besar Arland dan lemari. Itu segera membuatnya sesak dan membuatnya segera memberikan perlawanan.
"Katakan apa maumu, hahh?!" geram Arland masih dengan nada suara yang sama. Tinggi dan juga kasar.
"Ak-aku ingin mengenakan pakaianku," cicit Kania mulai ketakutan karena merasa posisi mereka sangat merugikannya. Terlebih-lebih jika handuknya melorot.
Namun Arland tak membiarkannya dan bahkan dia malah semakin menghimpit Kania ke lemari sampai jarak diantara mereka benar-benar hilang.
Melihat wajah Kania yang semakin memucat dan merasa tubuhnya gemetar, membuat Arland membuang nafasnya kasar.
"Dasar penakut yang membangkang!! Begini saja kau sudah takut. Andai kau tak sedang didatangi tamu bulananmu, mungkin aku akan menyantapmu dan membuatmu lebih ketakutan lagi!!" geram Arland yang kemudian mencengkram rahang Kania.
Selang setelah berkata demikian, pria itupun kemudian memberikan sentuhan secara tak terduga pada bibir gadis itu. Sampai harus membuat Kania melotot dan semakin memberontak.
Plak!
Sebuah tamparan langsung mendarat di pipi Arland, begitu Arland selesai melakukan maunya dan melepaskan Kania.
Namun sepertinya Arland tak marah, karena dia malah terlihat menyeringai dan tersenyum devil menatap istrinya. Tamparan bukan apa-apa bagi Arland dan bahkan dia tak menunjukkan reaksi apapun.
"Sssttt, walaupun pembangkang kau manis juga!" ujar Arland sambil menyeka bibirnya.
Dia menatap Kania dengan tatapan yang tak bisa lepas. Teruma bagian yang menonjol dan terasa empuk saat dirinya menghimpitnya tadi.
Menyadari itu Kania segera menyilangkan tangan di depan dada, kemudian dengan cepat berlari menghindari Arland.
"Jangan lupa habis ini pergilah memasak. Aku sudah meminta Bi Surti untuk mengajarimu. Lakukan dengan baik dan berhentilah menunjukkan dirimu yang tak berguna itu!!" seru Arland dengan tegas sebelum kemudian keluar dari kamar itu.
"Perempuan itu lucu dan manis juga!" akui Arland pada dirinya sendiri.
➡➡➡
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments