Bab 5. Tanda-Tanda Melahirkan

Sejak kejadian di mana Gavin salah memberi oleh-oleh berupa lingerie beberapa malam yang lalu, Gavin dan Azizah jadi jarang menyapa satu sama lain, bahkan jika keduanya bertemu pasti akan langsung menghindar karena merasa canggung dan jujur saja hal itu membuat keduanya sangat tidak nyaman.

HPL Azizah sudah semakin dekat dan dia juga sudah mengemasi beberapa barang dan pakaian yang akan dibawa ke rumah sakit nanti ketika melahirkan. Semuanya sudah tertata rapi di koper sehingga jika dia kontraksi nanti tidak pusing menyiapkan barang bawaan lagi.

Farah selalu sigap menemani Azizah ke mana-mana, bahkan sekarang dia sampai memilih tidur sekamar dengan sang menantu karena takut kalau menantunya itu tiba-tiba mengalami kontraksi.

"Mama, besok aku ingin pergi ziarah ke makam Mas Hasan." Azizah menatap mertuanya yang sedang menyisir rambut.

"Mama akan menemani kamu." Farah tersenyum, melihat pantulan wajah Azizah dari cermin rias.

Azizah mengangguk pelan, dia lalu mengusap-usap perutnya yang semakin turun sekarang. Sekarang masih pukul delapan malam, tetapi Azizah sangat mengantuk sehingga setelah sholat dia pun langsung tidur.

"Eugh!" Tiba-tiba Azizah terbangun jam satu dini hari karena merasakan perutnya sakit. "Mama," panggilnya lirih, tetapi tidak mendapat jawaban sama sekali. Azizah menoleh ke belakang dan tidak mendapati mertuanya di kamar. "Ya Allah sakitnya," dia mengatur napas sambil mengusap-usap pelan perut buncitnya.

Azizah mencoba bangun kemudian dia duduk bersandar pada kepala ranjang sambil mengambil ponsel untuk menghubungi mertuanya karena dia merasa tidak sanggup kalau harus berjalan ke kamar mertuanya saat itu juga.

Belum sempat dia menghubungi mertuanya, tiba-tiba saja perutnya tidak sakit lagi dan Azizah bisa bernapas lega karenanya. Namun, tidak berselang lama rasa sakit itu kembali datang dan Azizah tahu kalau itu mungkin kontraksi palsu. Dia perlahan turun dari tempat tidur kemudian berjalan dengan langkah perlahan menuju pintu.

Dia pikir tidak akan sanggup berjalan, tetapi ternyata dia masih mampu. Dia pun membuka pintu kamarnya lalu keluar dari sana dan bertepatan dengan itu dia melihat pintu kamar Gavin terbuka dan keluarlah adik iparnya itu dari sana.

"Lho, Mbak Azi ngapain malam-malam begini keluar kamar?" tanya Gavin yang langsung berjalan cepat menghampiri Azizah. Padahal biasanya selalu menghindar kalau bertemu.

"Perut mbak sakit, Vin. Kayaknya kontraksi," kata Azizah sambil meringis ketika rasa sakit itu kembali datang.

"Terus Mbak Azi mau ke mana sekarang?" Gavin terlihat panik, dia ingin menyentuh Azizah tetapi takut dianggap tidak sopan.

"Manggil Mama." Azizah memejamkan mata karena rasa sakit di perutnya semakin terasa.

"Biar aku yang panggil, Mbak Azi jangan ke mana-mana!" Gavin dengan cepat berlari ke kamar kedua orangtunya kemudian mengetuk pintunya dengan tidak sabaran dan terkesan sangat tidak sopan karena ketukan itu lebih cocok dikatakan menggedor pintu dengan kasar.

"Mama, Mbak Azi mau melahirkan!" teriak Gavin saat pintu itu masih tertutup.

Azizah yang melihatnya bahkan ingin memarahi Gavin, tetapi sayang sekali dia tidak bisa melakukannya saat itu juga.

"Eugh!" Azizah bersandar ke dinding sambil terus mengusap-usap perutnya.

"Ayo kita ke dokter sekarang saja, Mbak! Nggak usah nungguin mama!" ajak Gavin karena dia kasihan melihat Azizah kesakitan.

"MasyaAllah, ya Allah!" Azizah mencengkeram kuat tangan Gavin saat adik iparnya itu berdiri di dekatnya. "Sakit banget, Vin. Mbak nggak kuat," katanya bahkan sampai meneteskan air mata.

"Maaf kalau lancang, tetapi biarkan aku mengendongmu, Mbak!" Tanpa menunggu jawaban dari Azizah, Gavin langsung menggendongnya ala bridal style dan membawa kakak iparnya itu turun menuju lantai satu menggunakan lift karena kalau pakai tangga takut jatuh, apalagi tubuh kakak iparnya ini cukup berat dan Gavin tidak mau mengambil risiko yang mungkin membahayakan Azizah dan bayi yang ada di dalam perut.

Gavin berteriak-teriak memanggil sopir agar segera mengantar mereka ke rumah sakit, dia juga berpesan kepada satpam untuk memberitahu kedua orangtunya jika mereka pergi ke rumah sakit.

Di perjalanan menuju rumah sakit, Azizah terus mengatur napas dengan mata terpejam, sesekali dia menggigit bibirnya sendiri untuk mengurangi rasa sakit yang menjalar sampai ke pinggang. Rasanya sungguh nikmat sekali sampai-sampai dia berkeringat banyak sekali.

"Adek, kamu sabar dulu, ya! Jangan bikin bunda sakit!" Gavin mengusap-usap perut Azizah dan jujur saja hal itu membuat perut Azizah merasa sedikit nyaman. "Mbak masih kuat, 'kan?" Gavin mengusap keringat di dahi Azizah dengan tangannya secara langsung.

"Tolong kamu diam saja, Vin!" pinta Azizah sedikit kesal karena di saat dirinya menahan rasa sakit Gavin malah mengajaknya bicara.

"Maaf, Mbak." Gavin kemudian diam dan terus mengusap-usap perut buncit kakak iparnya itu.

Sekitar lima belas menit berlalu dan mereka sampai di rumah sakit. Gavin kembali mengendong Azizah kemudian menurunkannya ke kursi roda yang disiapkan oleh perawat karena Azizah menolak berbaring di brankar.

Dia langsung dibawa menuju ruang bersalin dan seorang dokter yang kebetulan sedang jaga malam langsung memeriksa dia sudah pembukaan berapa.

"Pembukaan empat, ditahan sebentar lagi sampai pembukaan sempurna baru boleh melahirkan ya, Bunda!" kata dokter itu yang membuat Azizah hanya bisa mengangguk pasrah. Perutnya padahal sudah terasa sangat sakit, tetapi ternyata baru pembukaan empat, dia tidak bisa membayangkan akan sesakit apa pembukaan lima sampai ke sepuluh nanti.

"Berapa lama lagi, Dokter?" tanya Azizah pelan.

"Apa sebelumnya Bunda sudah pernah melahirkan?"

"Belum pernah, ini yang pertama untuk saya."

"Jika belum pernah, umumnya pembukaan empat ke sepuluh lamanya sekitar 6-10 jam ya, Bunda. Kadang bisa lebih cepat, tetapi kadang bisa lebih lama juga." Dokter menjelaskan dengan begitu tenang, tetapi di sini Azizah yang gugup karena ternyata dia harus menahan rasa sakit selama berjam-jam ke depan.

Dikarenakan pembukaan yang belum sempurna. Azizah dipindahkan dulu ke ruang rawat biasa. Di sana dia hanya bersama dengan Gavin karena kedua mertuanya belum menyusul ke rumah sakit.

Sekarang masih pukul setengah dua dini hari sehingga Azizah tidak bisa berjalan-jalan di taman ataupun koridor rumah sakit. Dokter memintanya untuk istirahat dulu, tetapi bagaimana mau istirahat kalau dia sedang kesakitan sekarang.

"Mama kapan datang, Vin? Pinggang Mbak sakit banget ini pengen diusap sama Mama," katanya sambil menatap Gavin yang juga menatapnya dengan cemas sambil duduk di sofa.

"Mungkin sebentar lagi, Mbak. Sekarang pasti Mama sedang bersiap-siap."

Ketuban Azizah sudah pecah karena dia merasakan rembesan air di bawah sana.

Gavin yang melihatnya memilih menghampiri Azizah yang sekarang duduk di gymball sambil bergerak memutar dan kadang naik turun sesuai dengan saran perawat dan dokter tadi. Gavin berdiri di depan Azizah dan dia mengizinkan Azizah untuk memeluknya padahal Azizah tidak meminta.

"Peluk saja aku, Mbak. Biar aku usap pinggangmu!" katanya pelan.

Azizah yang mungkin kesakitan langsung memeluk pinggang Gavin dan menyandarkan kepalanya di perut Gavin.

Sementara itu, Gavin langsung mengusap-usap pinggangnya yang membuat Azizah merasa sangat terbantu.

Jujur Gavin merasa kalau dia seperti menjadi suami Azizah sekarang. Diam-diam dia tersenyum tanpa diketahui Azizah.

Mungkin sekarang kamu memeluk aku karena terdesak, Mbak. Tapi, pasti akan datang hari di mana kamu memeluk aku karena cinta.

~tbc~

Episodes
1 Bab 1. Tolong Nikahi Istriku
2 Bab 2. Menikah Lagi?
3 Bab 3. Masuk Kamar Gavin
4 Bab 4. Hadiah Lingerie?
5 Bab 5. Tanda-Tanda Melahirkan
6 Bab 6. Wellcome Revandra
7 Bab 7. Calon Istri dan Anak
8 Bab 8. Lamaran Gavin
9 Bab 9. Kebimbangan Azizah
10 Bab 10. Kasmaran
11 Bab 11. SAH
12 Bab 12. Panggilan Sayang
13 Bab 13. Malu Sendiri
14 Bab 14. Semakin Intim
15 Bab 15. Malam Penuh Cinta
16 Bab 16. Gavin Digoda Wanita Lain
17 Bab 17. Gavin Dijebak
18 Bab 18. Jalur Hukum
19 Bab 19. Rahasia Azizah dan Gavin
20 Bab 20. Pria Dari Masa Lalu
21 Bab 21. Istriku Dilamar Pria Lain
22 Bab 22. Merebut Kamu Dari Suamimu
23 Bab 23. Nomor Siapa?
24 Bab 24. Azizah Menghilang
25 Bab 25. Pencarian Azizah
26 Bab 26. Ceraikan Suamimu dan Menikahlah Denganku!
27 Bab 27. Kabar Bahagia Di Waktu Duka
28 Bab 28. Pendarahan Hebat
29 Bab 29. Harapan Itu Ada
30 Bab 30. Titik Terang
31 Bab 31. Usaha Penyelamatan
32 Bab 32. Ending Season 1
33 Novel Jadi Istri Iparku Season 2
34 Bab 34. Mirip Kisah Ramaya
35 Bab 35. Dihina Suami
36 Bab 36. Humaira Sakit
37 Bab 37. Mirip Belum Tentu Sedarah
38 Bab 38. Ragu
39 Bab 39. Ditinggal Istri
40 Bab 40. Kebenaran Terungkap
41 Bab 41. Hina Di Mata Suami
42 Bab 42. Ditampar Kata-kata
43 Bab 43. Menyesal
44 Bab 44. Kesedihan Seorang Ibu
45 Bab 45. Biar Paman Saja Yang Menjadi Ayahmu
46 Bab 46. Aku Menemukanmu, Istriku
47 Bab 47. Menyerah Atas Pernikahan
48 Bab 48. Sikap Sama Dengan Rasa Yang Berbeda
49 Bab 49. Beri Aku Kesempatan
50 Bab 50. Bertengkar Lagi!
51 Bab 51. Lima Tahun Kau Pergi
52 Bab 52. Dua Pria Pembuat Luka
53 Bab 53. OTW Keluarga Cemara
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1. Tolong Nikahi Istriku
2
Bab 2. Menikah Lagi?
3
Bab 3. Masuk Kamar Gavin
4
Bab 4. Hadiah Lingerie?
5
Bab 5. Tanda-Tanda Melahirkan
6
Bab 6. Wellcome Revandra
7
Bab 7. Calon Istri dan Anak
8
Bab 8. Lamaran Gavin
9
Bab 9. Kebimbangan Azizah
10
Bab 10. Kasmaran
11
Bab 11. SAH
12
Bab 12. Panggilan Sayang
13
Bab 13. Malu Sendiri
14
Bab 14. Semakin Intim
15
Bab 15. Malam Penuh Cinta
16
Bab 16. Gavin Digoda Wanita Lain
17
Bab 17. Gavin Dijebak
18
Bab 18. Jalur Hukum
19
Bab 19. Rahasia Azizah dan Gavin
20
Bab 20. Pria Dari Masa Lalu
21
Bab 21. Istriku Dilamar Pria Lain
22
Bab 22. Merebut Kamu Dari Suamimu
23
Bab 23. Nomor Siapa?
24
Bab 24. Azizah Menghilang
25
Bab 25. Pencarian Azizah
26
Bab 26. Ceraikan Suamimu dan Menikahlah Denganku!
27
Bab 27. Kabar Bahagia Di Waktu Duka
28
Bab 28. Pendarahan Hebat
29
Bab 29. Harapan Itu Ada
30
Bab 30. Titik Terang
31
Bab 31. Usaha Penyelamatan
32
Bab 32. Ending Season 1
33
Novel Jadi Istri Iparku Season 2
34
Bab 34. Mirip Kisah Ramaya
35
Bab 35. Dihina Suami
36
Bab 36. Humaira Sakit
37
Bab 37. Mirip Belum Tentu Sedarah
38
Bab 38. Ragu
39
Bab 39. Ditinggal Istri
40
Bab 40. Kebenaran Terungkap
41
Bab 41. Hina Di Mata Suami
42
Bab 42. Ditampar Kata-kata
43
Bab 43. Menyesal
44
Bab 44. Kesedihan Seorang Ibu
45
Bab 45. Biar Paman Saja Yang Menjadi Ayahmu
46
Bab 46. Aku Menemukanmu, Istriku
47
Bab 47. Menyerah Atas Pernikahan
48
Bab 48. Sikap Sama Dengan Rasa Yang Berbeda
49
Bab 49. Beri Aku Kesempatan
50
Bab 50. Bertengkar Lagi!
51
Bab 51. Lima Tahun Kau Pergi
52
Bab 52. Dua Pria Pembuat Luka
53
Bab 53. OTW Keluarga Cemara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!