A Butterfly That Can'T Fly

A Butterfly That Can'T Fly

Musim dingin terhangat

Bunga salju berjatuhan menandakan musim gugur telah selesai, dan datangnya musim dingin, tentu saja sangat dingin untuk seseorang yang sangat tidak menyukai musim dingin.

Alurra, melihat tempat penyimpanan kayu bakarnya yang kosong dengan helaan nafas yang panjang, kosong, tidak ada tumpukan kayu di sana, ia lupa membeli stok kayu bakar untuk penghangat rumahnya.

Ya, ia tahu sekarang sudah banyak alat penghangat ruangan yang canggih yang tersebar dan dijual di manapun, Alurra pernah membelinya, namun alat buatan manusia itu sangat cepat rusak dan mahal harganya. Ia harus berhemat.

Di zaman sekarang susah sekali untuk mencari uang, tagihan listrik saja belum dibayar. Rasanya pasti Alurra ingin menangis melihat tumpukan kertas tagihan listrik itu.

Lupakan soal itu, sepertinya Alurra harus membeli stok kayu bakar, memang sedikit sulit untuk mendapatkannya karna sangat sedikit manusia yang menggunakan kayu bakar untuk menghangatkan rumah, namun bukan berarti tidak ada. Paman tua di dekat rumahnya menjual kayu bakar, sangat beruntung.

Alurra mulai mengenakan jaket parka tebal dan kusamnya untuk menghalau udara dingin menyentuh kulitnya, tidak lupa sepatu boots berwarna coklat yang warnanya sudah pudar juga dikenakannya.

Ia berjalan menuju kios kayu bakar paman tua yang berada beberapa gang dari rumahnya, kios itu kios tua yang jika ditendang sedikit mungkin akan rubuh.

Melangkah ke arah pintu masuk dan membukanya, terlihat pria tua yang sedang memotong kayu menjali ukuran sedang.

"Paman" suara Alurra mengalir membuat pria itu menoleh, lalu berjalan menuju tumpukan kayu yang sudah dipotong.

"Seperti tahun lalu, kenapa tidak beli penghangat ruangan saja?" Pria tua itu mengangkat tumpukan kayu itu dan berjalan mendekati Alurra lalu menyerahkan tumpukan kayu kepada Alurra, ugh, apakah tubuh tua itu tidak akan patah?

"Terimakasih, harga seperti biasa kan," ia meletakkan beberapa lembar uang di meja, "lebih murah, buatan manusia mahal dan cepat rusak"

"Baiklah, setidaknya aku mendapatkan uang darimu"

Pria itu tertawa, kau tau kan bagaimana Pria tua tertawa, Bayangkan dia tertawa menampakkan giginya yang sudah keropos sambil memegangi perutnya, dan akhirnya terbatuk-batuk, karna terlalu banyak tertawa.

"Benar, aku akan terus memberimu uang selama musim dingin"

Alurra kembali kerumahnya, menyalakan kayu bakar, menaruh kursi di dekat tungku tempat dia tidur nantinya. Saat musim dingin, ia hanya akan tidur di sofa lusuh yang sudah robek di bagian belakangnya.

Tungku kayu bakar terlalu jauh dari tempat tidurnya, dan musim dingin terlalu dingin.

Saat malam hari tiba, ia makan malam dengan omlet yang dimasaknya sendiri, meski sangat asin. Saat suapan terakhir akan masuk ke mulutnya, ketukan di pintu terdengar.

"Siapa?"

Alurra berteriak, tidak ada jawaban. Dia berdiri dan berjalan kearah pintu lalu membukanya. Tidak ada siapapun.

"Hei, apakah menyenangkan mengetuk pintu seorang wanita dimalam hari?"

Alurra kembali berteriak. Tetap tidak ada jawaban. Suara jangkrik menjadikan kejadian itu lebih terasa canggung.

Ia menutup pintu dan berbalik, menuju meja kayu kecil yang kelihatannya sudah lapuk dan dimakan rayap, tempat dia tadi makan.

Omlet yang tersisa satu suap tadi menghilang, air minum di dalam cangkir berwarna hijau lumut juga menghilang.

Alurra takut. Jendela di dekat tempat tidur terlihat tidak tertutup. Ia mulai berpikir tentang adegan film horor yang ditontonnya tahun lalu dengan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit.

Kejadian aneh itu membuatnya takut, kegelapan diluar jendela menambah suasana menyeramkan ini.

Bergegas untuk menutup jendela. Namun, gerakan di lemari kayu kecil di dekat tempat tidur menghentikan tindakannya.

"Siapa di sana?"

Tidak ada jawaban, Namun, gerakan di dalamnya semakin terdengar.

Alurra memberanikan diri untuk mendekati lemari tua yang mungkin akan rusak jika guncangannya bertambah. Saat tangannya hendak meraih lemari tiba-tiba lemari itu terbuka.

Ia refleks mundur, berteriak dan menendang apapun yang barusan keluar dari lemari.

Seorang pria, bersayap emas. Sekaligus seekor tikus.

Tidak pernah Alurra bayangkan bahwa ada manusia didalam lemarinya.

Penasaran. Alurra ingin memegang sayap di punggung pemuda itu, mengeceknya apakah itu asli atau palsu. Namun, belum sampai tangan alurra, laki-laki itu bangkit dan meringkuk di dekat tempat tidur. Ingin mengambil kesempatan untuk kabur.

Alurra cepat-cepat berlari kearah jendela dan menutupnya.

"Siapa kamu?"

"Biarkan aku pergi"

Sangat tidak tahu malu, benar, seenaknya masuk kerumah seseorang dan kemudian ingin pergi.

"Siapa kamu?"

Alurra mendekatinya yang membuat laki-laki itu semakin meringkuk ke dinding di dekat tempat tidur.

"Aku hanya lapar,"

Ia mengambil kesempatan untuk masuk kebawah tempat tidur dan bersembunyi.

"Di luar salju sedang turun, aku terpisah dari temanku"

Suaranya bergetar, sepertinya akan menangis. Semakin banyak dia berbicara suaranya semakin bergetar, Alurra mengambil senter, dibawah tempat tidur sangat gelap.

Lampu senter membuat laki-laki itu silau, wajahnya sudah memerah, hidungnya seperti orang yang sedang flu, dan matanya berair. Dia akan menangis.

"Hentikan, kumohon, aku hanya singgah sebentar karna diluar salju turun dan aku lapar"

Alurra mematikan senternya, lalu duduk di kursi didekat tungku api.

"Kalau begitu keluar dari sana dan bicara,"

Sepertinya laki-laki itu masih mau mendengarkan orang, dia akhirnya keluar dan berjalan dengan hati-hati ke samping lemari.

Penampilannya terlihat lebih jelas sekarang. Matanya yang berair berwarna oranye kekuningan, dan rambutnya berwarna merah yang membuatnya sangat manis. semanis permen kapas.

Tidak pernah seumur hidupnya, Alurra melihat manusia yang berpenampilan seperti itu, sangat cantik. Mengenakan baju berlengan panjang dan puffy pants berwarna hitam membuat ia seperti tokoh yang keluar dari dongeng. seperti peri.

"Aku tidak berniat jahat"

wajahnya memiliki ekspresi serius seolah yang dikatakannya bukanlah kebohongan. Alurra bingung, darimana orang aneh ini berasal. Cara berpakaiannya seperti manusia abad pertengahan. Sangat kuno.

"Kalau begitu, dari mana asalmu? Kenapa masuk ke rumahku tanpa izin?"

Dia kelihatan gugup, matanya tidak fokus melihat berbagai arah, mencari kenyamanan. Dia hanya diam, membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, tapi berhenti dan menelan kata-katanya kembali.

"Kalau begitu aku akan menelpon polisi"

"Jangan! Aku bukan orang jahat,"

Dia mendekat membuat Alurra waspada. Lalu berhenti saat sudah beberapa langkah lagi dari Alurra. Duduk di lantai kayu tanpa alas apapun dan menatap Alurra.

"Aku benar-benar bukan orang jahat. sudah aku katakan bahwa aku kelaparan, terpisah dari temanku dan singgah ke sini karna salju turun"

Ia melihat sekeliling, memastikan bahwa hanya ada mereka berdua di sana. Lalu kembali memandang Alurra.

"Mungkin kamu tidak akan percaya, aku bukan manusia"

Alurra terdiam, lalu tertawa. Bayangkan pada zaman sekarang siapa yang akan percaya? Banyak pengetahuan di dunia sudah berkembang dan belum pernah ditemukannya mahluk lain selain manusia, hewan, dan tumbuhan. Kalau begitu dia hewan? Atau tumbuhan?

"Lalu kamu itu apa? Peri?"

Laki-laki itu tersentak, kembali santai saat Alurra tertawa, lalu terlihat kesal. Dia benar-benar serius, tidak berbohong.

"Aku memang bukan manusia. Seperti peri tapi bukan seperti peri yang kalian manusia sebut dalam dongeng. Kami menyebut diri kami sebagai Elves"

"Peri yang kalian sebut dalam dongeng itu disebut sebagai Divs. Mereka mahluk jahat, sama sekali berbeda dengan peri di dongeng manusia"

Dia sangat bersemangat saat menjelaskan tentang Elves dan wajahnya berubah saat menyebut Divs. Dia terlihat marah.

Alurra tetap tidak percaya, tentu saja. Hal seperti itu tidak mungkin ada di dunia pikirnya. Jika ada pasti sudah ditemukan manusia beribu-ribu tahun yang lalu. Ia percaya bahwa itu hanya kebohongan pihak lain agar terhindar dari hukuman.

Laki-laki itu tampaknya tahu bahwa Alurra masih meragukannya, lalu dia berdiri berjalan semakin dekat dengan Alurra. Saat dia tepat berdiri di depannya dia menjentikkan jarinya.

Api muncul, membuat Alurra merasa hangat sekaligus terkejut. tidak pernah terbayangkan olehnya bahwa hal seperti ini ada di dunia.

Terpopuler

Comments

Seven

Seven

Romantis ringan gaya eropa. Semangat ya kak author

2023-06-14

0

Ayano

Ayano

Berasa kesan pertama bertemu jodoh

2023-04-01

0

Zoro

Zoro

lagi ngebayangin gimana gantengnya

2023-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!