BAB 13 HAMPIR SAJA

“Dad…aku merasa ada yang aneh dalam diriku !” Rain berucap setelah ia selesai bermain golf. Saat ini ia dan Morgan tengah bermain golf bersama.

“Iya kau memang aneh !” ledek Morgan karena ia hanya mengerti kemana pembicaraan Rain tersebut pasti mengenai Maria.

“Dad, aku serius !” Rain menghela nafasnya karena Daddy nya seolah meledeknya.

“Memangnya ada apa ?” tanya Morgan dengan santainya kali ini ia menaruh tongkat golf nya ketempat yang semestinya.

“Dad, aku sering bermimpi bertemu dengan seorang gadis remaja.” Ucap Rain serius dan itu membuat Morgan tertawa mendengarnya.

“Hahaha…”

“Dad, aku serius !” Rain menjadi kesal karena Daddy nya hanya tertawa mendengar ucapannya.

“Gadis remaja ? siapa ? atau jangan-jangan istrimu ?” ledek Morgan dan membuat Rain semakin kesal.

“Ah…sudahlah ! Aku tidak jadi bicara pada Daddy !” sunggut Rain yang kemudian pergi dari hadapan Daddy nya. Sedangkan Morgan hanya bisa terkekeh melihat raut wajah Rain yang kesal karenanya.

... ………....

Beberapa jam kemudian, Rain tengah berada di kantor pikirannya masih terfokus pada gadis remaja yang selalu ada dalam benaknya. Tak lama tiba-tiba datanglah asissten pribadinya Leon masuk ke dalam ruangannya dengan membawa beberapa berkas untuk diberikan padanya.

“Tuan, ini beberapa berkas yang harus anda tanda tangani.” Leon menyodorkan berkas tersebut pada Rain dan Rain menerimanya serta membacanya setelah itu Rain menandatanganinya.

Setelah Rain menandatanganinya dan Leon mengambil berkas itu kembali. Leon kemudian menyerahkan satu amplop besar pada Rain.

“Apa ini ?” tanya Rain pada Leon karena ia tak tahu apa isi di dalam amplop tersebut.

“Itu pemberian dari Nyonya besar, Tuan” setelah mengatakan itu Rain membuka amplop tersebut. Rain membelalakkan kedua matanya saat melihat beberapa foto dimana istrinya sedang bersama pria lain.

Kemudian Rain membuka satu amplop kecil yang ada di dalamnya berupa laporan medis Maria yang pernah melakukan tindakan aborsi satu tahun lalu dan operasi pengangkatan rahim.

Nafas Rain tak beraturan dadanya naik turun rahangnya mengeras ia menggenggam kertas ditangannya dengan mencengkramnya kuat hingga kerta itu nyaris tak berbentuk.

Rain bangkit dari duduknya kemudian ia meraih ponselnya menghubungi Maria. Namun Maria tak kujung mengangkat panggilannya dan itu membuat Rain semakin terbakar amarahnya.

Rain menggebrak meja kerjanya hingga Leon terperanjat kaget. Ia tak menyangka saat ini Tuannya tengah dalam mode marah.

“Wakilkan rapat hari ini !” titah Rain pada Leon dan Leon hanya mengangguk patuh. Sedangkan Rain berlalu keluar dari ruangannya.

Beberapa menit kemudian Rain mengendarai mobilnya menuju mansionsnya dengan kecepatan penuh, karena tidak sabar untuk bertemu dengan Maria dan meminta penjelasan darinya.

Saat Rain tengah fokus mengemudi, tiba-tiba ada sebuah mobil container di depan mobilnya, dan itu membuat Rain tak bisa menyalip mobil tersebut. Rain menjadi kesal dan ia pun merasa tak sabaran, berulang kali ia menghidupkan klakson mobilnya namun mobil container tersebut seolah enggan memberi jalan pada mobilnya.

Rain memaki mobil tersebut dan ia berusaha menurunkan egonya dengan memperlambat laju mobilnya tiba-tiba dari arah berlawanan mobil container tersebut tertabrak oleh sebuah mobil tronton, hingga Rain membulatkan matanya dan secepat kilat menghindari mobil tersebut dengan memundurkan mobilnya agar tak terjadi tabrakan beruntun.

Brak

Nafas Rain naik turun baru saja ia dihadapkan oleh maut tepat di depan matanya, apalagi salah satu dari mobil tersebut meledak dan itu membuat tubuh Rain bergetar hebat karena merasa panik.

Duar

Saat Rain masih terus menatap mobil yang hancur lebur dan terbakar tersebut, tiba-tiba padangan matanya teralihkan dengan pintu container yang terbuka menampilkan seorang wanita keluar dari sana dengan kepala yang berdarah.