Rumah mewah keluarga Coriander terasa sepi pada pagi hari itu. Tidak ada aktivitas apa pun, biasanya Nana yang bangun lebih dulu dan membuat sarapan untuk anak majikannya.
Opi terheran-heran saat bangun tidur melihat kamar Nana kosong, tidak ada Nana di sana. Namun, ia melihat secarik keras atas tempat tidur Nana yang di tujukan kepada dirinya. Opi segera membaca surat tersebut dengan cermat, tidak berselang lama, ia meneteskan air matanya dengan deras, lalu dengan cepat, ia mengusap wajahnya dengan kasar.
"Sing sabar, Na, sing sabar. Ya Tuhan, kenapa engkau memberikan cobaan yang begitu berat di pundak gadis yang tidak berdosa itu," gumam Opi sambil terisak, lalu segera keluar dari kamar Nana, kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri, untuk menyimpan sepucuk surat yang di berikan oleh Nana.
"Na!" seru Haidar berjalan menuju dapur.
Opi yang mendengar suara Haidar pun segera keluar kamar dan menghampiri anak majikannya itu.
"Den," ucap Opi pada pria tampan dan arogan itu.
"Mana Nana? Panggil dia untuk membuatkan aku sarapan!" tegasnya seraya menatap tajam Opi.
"Nana sudah Mama pecat!" seru Yuki dari arah tangga, pada putranya.
Haidar terkejut saat mendengarnya, tubuhnya kaku untuk beberapa saat dan wajahnya berubah pias, akan tetapi dia berusaha untuk menguasai keadaan. Dia berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Mama pecat? Kenapa?" tanya Haidar seraya menolah pada ibunya yang berjalan ke arahnya.
"Mama tidak suka ada perempuan murahan di rumah ini!" tegas Yuki seraya berjalan melewati Haidar yang tampak membeku di tempat.
Opi mengepalkan kedua tangannya, saat mendengar ucapan Yuki yang begitu menyakitkan!
"Tega sekali, Bu Yuki. Kenapa menjadi jahat sekali seperti ini? Benar kata Nana jika semua orang kaya tidak ada yang baik, semuanya kejam!" batin Opi, sambil berjalan menuju rak cuci piring, untuk memindahkan piring yang ada di sana ke rak piring.
Begitu pula dengan Haidar yang juga mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Dia menyembunyikan amarahnya dari ibunya.
"Siapa yang Mama sebut murahan?" tanya Haidar menahan amarahnya.
"Apakah ucapan Mama tadi kurang jelas?!" balas Yuki dengan nada ketus, sambil mengambil cangkir dari rak piring, ia akan membuatkan kopi hitam untuk suaminya.
"Ma, Nana bukan wanita murahan!" jawab Haidar sedikit membentak.
"Oh, Ya? Apakah kau melihat tingkah lakunya selama ini? Mama lihat sendiri kalau dia menggoda salah satu pria di dalam rumah ini!" jawab Yuki tersenyum miring sambil menatap raut wajah putranya yang berubah pias.
Opi menghela nafas panjang, dia sudah tidak tahan lagi mendengar percakapan tersebut, dengan sengaja dia membanting gelas yang ada di tangannya.
PYARR!!
Gelas kaca itu jatuh ke lantai, menjadi serpihan kecil-kecil dan terburai ke sembarang arah.
Yuki dan Haidar kompak menatap pada gelas yang pecah di atas lantai itu.
"Maaf ..." Opi segera mengambil mengambil alat kebersihan untuk membersihkan pecahan gelas kaca itu.
"Lain kali hati-hati, Mbak. Gelas kaca itu jika sudah hancur tidak bisa di kembalikan lagi. Sama seperti hati bila sudah di sakiti maka tidak akan mudah kembali seperti semula!" ucap Yuki kepada Opi.
Opi mengernyit heran saat mendengar ucapan Yuki yang seolah seperti sebuah sindiran. Tapi, siapa yang sedang di sindir oleh majikannya itu.
***
Pengen nampol Haidar pakai sepatu kuda😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
mama Yuki berpihak sama siapa ya
2023-12-27
1
nurhayati rambe
mama yuki sengaja tu nyindir si haidar,,ngasih pelajaran biar kapok,,
2023-04-27
1
Wati_esha
Yuki bermain sandiwara.
2023-04-17
1