Tawanan Sang Devils'

Tawanan Sang Devils'

Sadness

Cuaca dingin di kota New york benar-benar membuat para warga terjerembap, tak kuasa menahan dinginnya udara yang menusuk hingga ke tulang. Tidak ada salju lebat memang, tetapi udara dingin yang diperparah dengan angin kencang, cukup membuat banyak orang yang melakukan aktivitas di luar rumah memakai pakaian tebal bahkan berlapis-lapis.

Namun, berbeda dengan seorang perempuan yang berjalan di tengah udara dingin itu. Dia hanya berbalutkan sehelai kemeja, jaket tebal dan rok hitam selutut yang melekat sempurna di tubuh mungilnya. Udara dingin yang menghantam betis telanjangnya tidak membuat dirinya untuk berhenti, ia masih tetap berjalan melewati blok demi blok dengan derap langkah yang pelan dan santai, membelah udara dingin yang membuat mulutnya berasap setiap embusan napas. Sesekali wanita itu berusaha mempererat sweater rajut yang dia kenakan.

Langkahnya terhenti ketika dia sudah sampai di depan sebuah kedai bunga. Sekali lagi, wanita itu melepas napas dengan pelan, lalu berderap memasuki kedai sederhana tersebut.

"Hai, Star. Kali ini masih seperti biasanya?" sapa sang pemilik kedai bunga setelah menyambut kedatangannya dengan senyuman hangat.

Wanita yang bernama Starla dan akrab dipanggil Star itu tersenyum manis seraya mengangguk ringan. Dia memang sudah sangat sering ke kedai bunga itu, sehingga ia tak perlu repot-repot lagi memesan bunga apa yang ia inginkan. Karena pemilik toko bunga ini sudah tahu betul apa keinginannya.

"Kau terlambat kali ini?"

Sang pemilik toko bunga bertanya sembari menyiapkan buket bunga untuk pelanggan setia yang sudah satu bulan ini hampir setiap hari berturut-turut mendatangi toko bunganya itu.

Starla mendesah pelan dan mengangguk singkat seraya menjawab, "Ya, aku baru pulang kerja."

Gadis pemilik toko mengedarkan pandangan, layaknya tengah mencari seseorang, membuat Starla mengernyit ketika melihat iris hijau itu bergerak.

"Di mana kekasihmu? Tidak biasanya dia tidak menemanimu ke sini?"

Kernyitan di dahi Starla semakin dalam saat mendengar pertanyaan yang gadis itu ajukan.

Kekasih?

Di detik kemudian, akhirnya Starla mengerti maksud gadis itu mengenai tentang kekasihnya.

"Oh itu, aku yang memintanya untuk tidak menemaniku hari ini. Dia cukup sibuk di kantor, dan aku tidak ingin mengganggunya," jelasnya kemudian pada gadis muda pemilik toko bunga tersebut. "Ah iya ... pria itu atasanku, bukan kekasih," lanjutnya kemudian membuat gadis tersebut hanya mengangguk, mengerti.

Starla sedikit tersenyum kikuk ketika bibirnya menyebutkan kata 'kekasih' tadi.

Sambil merangkai pesanan bunga Starla, gadis itu kembali bersuara. "Di luar sangat dingin. Kenapa kau malah berpakaian seperti itu?"

Starla terkekeh. "Aku bahkan tidak memikirkan dinginnya udara di luar sana, yang aku pikirkan hanya segera mengunjungi mereka."

Jawaban itu sukses membuat gadis pemilik toko bunga tercengang, senyum yang sejak tadi terulas di bibirnya perlahan menghilang ketika pandangannya jatuh tepat pada wajah lelah Starla. Sorot mata gadis itu selalu memancarkan kesedihan, membuat ekspresinya tampak seperti seseorang yang kehilangan semangat hidup. Semenjak satu bulan yang lalu, saat pertama melihat kedatangan wanita itu untuk pertama kalinya. Sorot mata yang dimilikinya selalu memancarkan kekosongan, benar-benar terlihat seperti menanggung sebuah beban hidup yang sangat besar.

"Yap! Dua buket bunga mawar putih sudah siap."

Suara gadis cantik pemilik toko bunga itu membuyarkan lamunan Starla. Dia lalu menoleh ke arah gadis yang entah sudah sejak kapan berdiri di sampingnya itu.

"Ah ya. Thank you, Mya," ucapnya dengan lirih sambil menerima buket bunga yang telah diserahkan oleh Mia. Senyum tulusnya tak pernah lepas setiap kali dia berbicara.

Mya lalu memeluknya. "Sampaikan salamku pada mereka."

Starla mengangguk. "Pasti, akan aku sampaikan kepada mereka. Terima kasih sekali lagi, Mya," katanya, yang membuat Mia mengangguk ringan, kemudian melepas pelukannya.

Starla kemudian melanjutkan perjalanan. Raut wajah yang terlihat lelah sama sekali tidak membuatnya mundur. Ia tetap melangkah mantap dengan dua buket bunga di kedua rengkuhan tangannya. Menembus udara dingin yang sangat mencekam.

Setelah hampir lima belas menit menempuh perjalanan, menyusuri trotoar yang sudah dilapisi salju yang tipis. Wanita yang bernama Starla itu akhirnya tiba di tempat tujuan utama. Dia berjalan menyusuri gundukan-gundukan tanah yang berwarna hijau bahkan masih ada yang terlihat baru dengan taburan bunga di atasnya. Sampai kemudian dia sampai di tempat yang sangat dia rindukan, Starla berdiri tegak di antara dua gundukan rumput nyaris hijau dan batu nisan yang nyaris rata dengan gundukan tersebut.

Starla menarik napas perlahan. "Maaf, aku datang terlambat kali ini!"

"Bagaimana kabar kalian?" lirihnya dan melirik kedua batu nisan itu secara bergantian.

"Keponakanku? Apa dia baik-baik saja?"

Hening.

Dengan perlahan, wanita cantik itu berjongkok lalu meletakkan buket bunga di atas makam dengan nama Arlan Jhonson di batu nisannya. Penglihatannya buram akibat air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

" Arlan, kau menjaga mereka dengan baik, bukan?" tanya Starla dengan suara bergetar.

Lalu setetes air mata itu mengalir membasahi kedua pipinya. Dengan bibir yang bergetar menahan isakan, Starla kembali berujar dengan suara parau. "Apa kau tahu, Arlan? Aku sangat merindukanmu. Aku merindukan kalian. Sangat-sangat merindukan kalian semua."

Kembali hening.

Starla menyeka air matanya, lalu menoleh ke arah sebuah makam yang serupa dengan milik Arlan. "Hai, Gabriella," sapanya lembut. Bibirnya mengulum senyum ketika ia melihat sebuket bunga di atas makam itu. "Apa dia baru saja mengunjungimu? Bunganya terlihat jauh lebih segar dan besar. Kau pasti suka, bukan?"

"Ah iya, ini juga untukmu, dariku. Mawar putih seperti biasanya."

Starla lalu meletakkan buket bunga yang tadi dibeli—tepat di samping buket bunga yang besar itu.

"Aku merindukanmu, Gaby. Kau tahu, aku tidak bisa menemukan sahabat seperti dirimu lagi. Aku tidak punya tempat lagi untuk berkeluh kesah, aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini."

Starla tergugu di atas gundukan tanah itu. Air matanya semakin deras berjatuhan. "Kau tahu bahwa aku menyayanginya. Aku ingin kau menjaga Arlan untukku. Bisakah?"

Hening.

Terdiam cukup lama dan hanya air mata yang tak pernah berhenti mengalir, Starla kembali membuka suara. "Aku merindukan kalian. Apa kalian mendengarku?"

"Aku merindukan kalian. Aku butuh kalian. Aku kesepian sendiri di sini."

"Aku merindukan kalian semua!"

Perempuan cantik itu kembali mengulang ucapannya ketika keheningan tersebut masih terus mengerubungi sekitarnya. Berharap bahwa mereka yang sebenarnya sudah tidak ada, dapat mendengar lirihan pedih yang baru saja dia lontarkan.

Mungkin, siapa pun yang mendengar atau melihat Starla seperti saat ini, mereka mungkin saja akan beranggapan bahwa dia adalah wanita gila yang berbicara tanpa henti di depan sebuah makam. Akan tetapi, sungguh, pernyataan yang barusan dia lontarkan itu benar-benar berasal dari relung hatinya.

Sejak kematian Arlan sekitar satu bulan yang lalu, wanita itu memang setiap hari mengunjungi makam, tak pernah sehari pun dia tidak hadir. Namun, entah mengapa, tangisan dan kesedihan yang Starla rasakan itu benar-benar tidak bisa menghilang.

Starla sangat terpukul atas kematian Arlan, kakaknya, keluarga satu-satunya yang dia miliki di dunia ini.

Terpopuler

Comments

Matthias Von Herhardt

Matthias Von Herhardt

Penulisannya apik dan ringan di baca, 👍👍👍👍👍 lanjut...

2024-02-09

0

lihat semua
Episodes
1 Sadness
2 Agreement
3 Choice
4 Scare
5 Harassment
6 Anger
7 Shame
8 Apologize
9 Trapped
10 Intimidate
11 Fright
12 Past
13 Hell
14 Determination
15 Invasi
16 Disgusting
17 Angel
18 Devil
19 Nightmare
20 Wedding
21 Rival
22 Planning
23 Friend
24 Ekspektasi
25 Contentment
26 Bastard
27 Thinking
28 Gone
29 Vile
30 Posesif
31 Forcing
32 Misterius
33 Accidental
34 Refusal
35 Merges
36 Slut
37 Flashback
38 Cunning
39 Position
40 Dinner
41 Threat
42 Worry
43 Nerveous
44 Honest
45 Try
46 Blurry
47 Villa
48 Psychopath
49 Saved
50 Swimming
51 Miss
52 Cruel
53 Worthless
54 Grudge
55 Candle
56 Cruelty
57 Weird
58 Pain
59 About
60 Error
61 First Love
62 Child
63 Betray
64 Anger
65 Cooperate
66 Story
67 Flashback
68 Impossible
69 Give Up
70 Hate You
71 Must Die
72 Breathe
73 Truth
74 Regret
75 Repentance
76 Selfish
77 She is Mine
78 Thank You
79 Coercive
80 Fucking Bastard
81 Crazy
82 Gentle
83 Stubborn
84 Asshole
85 Ariana vs Andreas
86 Go To Hell
87 Revealed
88 Longing
89 Memory
90 Slightly Better
91 Secret
92 Love
93 Cheap Plan
94 Shitty Day
95 Make Love
96 Sifat yang Masih Sama
97 Pretend
98 Lie
99 Touched
100 Weakness
101 Berlaku Kasar
102 Suffering
103 Too Late
104 Save You
105 First Introduction
106 Plan
107 Problem
108 Great Plan
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Sadness
2
Agreement
3
Choice
4
Scare
5
Harassment
6
Anger
7
Shame
8
Apologize
9
Trapped
10
Intimidate
11
Fright
12
Past
13
Hell
14
Determination
15
Invasi
16
Disgusting
17
Angel
18
Devil
19
Nightmare
20
Wedding
21
Rival
22
Planning
23
Friend
24
Ekspektasi
25
Contentment
26
Bastard
27
Thinking
28
Gone
29
Vile
30
Posesif
31
Forcing
32
Misterius
33
Accidental
34
Refusal
35
Merges
36
Slut
37
Flashback
38
Cunning
39
Position
40
Dinner
41
Threat
42
Worry
43
Nerveous
44
Honest
45
Try
46
Blurry
47
Villa
48
Psychopath
49
Saved
50
Swimming
51
Miss
52
Cruel
53
Worthless
54
Grudge
55
Candle
56
Cruelty
57
Weird
58
Pain
59
About
60
Error
61
First Love
62
Child
63
Betray
64
Anger
65
Cooperate
66
Story
67
Flashback
68
Impossible
69
Give Up
70
Hate You
71
Must Die
72
Breathe
73
Truth
74
Regret
75
Repentance
76
Selfish
77
She is Mine
78
Thank You
79
Coercive
80
Fucking Bastard
81
Crazy
82
Gentle
83
Stubborn
84
Asshole
85
Ariana vs Andreas
86
Go To Hell
87
Revealed
88
Longing
89
Memory
90
Slightly Better
91
Secret
92
Love
93
Cheap Plan
94
Shitty Day
95
Make Love
96
Sifat yang Masih Sama
97
Pretend
98
Lie
99
Touched
100
Weakness
101
Berlaku Kasar
102
Suffering
103
Too Late
104
Save You
105
First Introduction
106
Plan
107
Problem
108
Great Plan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!