BAB 11🌹
Sehabis sholat subuh berjamaah di rumah keluarga Wibawa, Mereka pun kemudian melantunkan ayat suci Alquran seperti biasa, walaupun hanya cuma satu ayat mereka selalu membacanya, setelah selesai Mereka pun kemudian merapikan alat shokat tersebut dan keluar secara bergantian dari ruang Sholat yang ada di rumah tersebut, mereka menuju ke arah ruang tengah Alvaro dan sang papa duduk di ruang tengah itu, Sedangkan sang Mama melangkah menuju ke arah dapur karena setiap hari dia selalu membuatkan sarapan untuk mereka.
Papa Abiyasa melihat ponselnya dan mengirimkan chat pada para sahabatnya, mereka berjanji bertemu makan siang di sebuah Resto bersama dengan keluarga besar mereka.
Alvaro hanya menghela nafasnya dengan panjang dia menatap layar ponselnya yang terpampang foto gadis kecil yang baru saja dia abadikan di dalam ponselnya tadi malam dan dijadikan wallpaper ponselnya tersebut, dia tersenyum saat dia menikmati foto itu, dia memandangnya dengan senyum bahagia, ponselnya pun berdering dia langsung menjawab panggilan tersebut.
" Ya Arsya..."
" Kamu di mana sekarang.?"
" Pasti masih di rumah lah.."
" Rencananya jam berapa kita mau mencari rumah Febri?"
" Kan sudah disepakati jam 08.00 pagi."
" Oke, aku mau memastikan aja."
" Aku akan jemput kalian seperti tadi malam, kita menggunakan satu mobil aja."
" Oke! Aku akan menghubungi Bima dan Dewa."
" Baiklah, nanti aku akan menghubungi kalian kalau aku sudah berangkat dari rumah."
ucapnya sembari memutus sambungan bicaranya, kemudian dia meletakkan ponselnya di atas meja ruang tengah tersebut.
Papah Abiyasa menatap ke arah sang anak sulung.
" Bagaimana kalian, jadi berangkat mencari tahu di mana teman kamu itu berada.?"
" Iya Pah jadi, jam 08.00 ini Alvaro akan menjemput mereka semua kami menggunakan satu kendaraan saja."
" Bagus! kalian harus menyelesaikan semuanya, papa akan mendukung kamu." ucapnya tersenyum.
" Oh ya, nanti makan siang bersama di resto favorit papa dan para Om kamu."
" Oke Pah, nanti sebelum makan siang kami akan menuju ke tempat Resto tersebut, papa tinggal kirim aja lokasinya."
" Baiklah.." ucap papa Abiyasa sembari tersenyum kemudian Mama Ayesha pun datang menemui mereka berdua.
" Ayo kita makan pagi dulu, sebelum kalian lanjutkan aktivitasnya." ucap mama Ayesha mengajak kedua orang yang disayangnya tersebut, mereka berdua pun menganggukkan kepalanya dan melangkah mengikuti langkah perempuan yang disayangi mereka itu, sampainya di meja makan mereka pun kemudian melahap makanan mereka, walaupun mereka hanya bertiga saja mereka sangat bahagia sekali.
Mama Ayesha harus menahan rindunya dengan anak bungsunya itu yang masih berada di luar negeri untuk menyelesaikan studinya beberapa bulan lagi.
" Mama sangat merindukan Anggita, tidak puas rasanya cuma video call aja." ucapnya berbicara di sela makannya.
" Kenapa Mama dan papa tidak berangkat aja ke luar negeri menemui Anggita dia pasti senang sekali karena kehadiran mama dan papa langsung ke sana."
" Rencananya seperti itu, tapi nanti setelah kamu berada di kantor, baru papa dan mama mau berangkat ke luar negeri bertemu dengan Anggita dan nenek kakekmu, itu sudah papa pikirkan jauh-jauh hari." ucapnya sembari tersenyum dan menatap ke arah sang istri.
Kemudian mereka pun menikmati makan paginya itu setelah selesai Alvaro pun kemudian berpamitan dengan sang mama dan papanya untuk menjemput ketiga sahabatnya dan menyelesaikan masalah yang sudah terlanjur mereka ketahui.
Beberapa saat mereka sudah berada di dalam mobil Alvaro.
Mobil yang dikendarai Alvaro menuju ke arah rumah Febri di mana tujuan utama Mereka ingin bertemu dengan Febri.
" Masih jauh nggak rumahnya?" tanya Alvaro
" Sebentar lagi kita sampai di pertigaan di depan kita kearah kanan di ujung jalan kita arah lagi ke kanan pertengahan jalan ada gang menuju ke dalam tapi kita tidak bisa menggunakan kendaraan kita masuk ke dalam sana kita harus berjalan kaki." Terang Bima.
" Banyak amat Arahnya." sambung Dewa yang duduk di samping Bima
" Itu tidak banyak Dewa."
" Kan kata kamu tadi di pertigaan arah kanan di ujung jalan arah lagi kanan di pertengahan jalan ada gang sempit kan banyak tuh arah-arahnya."
" itu cuma ada dua Dewa hanya kanan dan kiri,kalau orang itu lagi bicara dipahami, jangan main nyerocos aja sapi ompong.!"
" Idih beruang kutub, bilangnya aku sapi ompong, nih gigiku nggak ompong orang ganteng begini dibilang sapi ompong kamu aja tuh kambing gak mau mandi."
" Kambing memang nggak berani sama air tapi dia sangat mahal sekali." sambung Bima terkekeh.
" Tapi kalau kamu yang jadi kambingnya, bukannya mahal, tapi nggak ada yang mau beli." ucap Dewa sembari terkekeh, Arsya dan Alvaro hanya tertawa melihat kedua orang yang selalu saja bertengkar itu.
" Tuh benarkan, banyak arahnya."
" Udah aku bilang itu cuma ada dua kanan dan kiri tidak lebih dari itu."
" Hehehe, bener juga ya." ucap Dewa sembari menyentuh dagu Bima, Bima pun kemudian menepiskan tangan Dewa.
" Najis tralala tanganmu, menyentuh daguku, karena daku ku ini seperti lebah bergantung." ucap Bima tersenyum.
" Idih lebah bergantung, kamu itu cowok bukan cewek, kalau diibaratkan kata lebah bergantung itu khusus untuk cewek yang cantik yang mulus yang tiada duanya lah."
" Iya Dewa, dia memang lebah bergantung, makanya cewek pada kabur dengannya mana ada kan cewek mau sama dia." sambung Alvaro.
" Iya juga sih benar mana ada cewek mau sama dia habisnya ada lebahnya sih, cewek kabur karena takut digigit lebah." sambung Arsya, mereka bertiga pun tertawa lepas di dalam mobil tersebut, Sedangkan Bima hanya nyengir kuda dan mendelik ke arah mereka semua.
" Nah itu jalan sempitnya Alvaro, kita bisa berhenti di sini aja, tidak bisa membawa mobil masuk ke dalam."
" Aman nggak mobil di sini." ucap Dewa.
" Kamu kan Dewa, jadi kamu bisa dong mengarahkan anak buahmu yang ada di langit dan di bumi untuk menjaga mobil Alvaro biar tidak hilang." sambung Bima sembari keluar dari mobil tertawa lebar, gantian Dewa yang nyengir kuda mendelik ke arah Bima mengikuti langkahnya Dewa untuk keluar dari mobil Alvaro.
" Benar nih tidak apa-apa mobil ditaruh di sini.?" tanya Alvaro lagi.
" Iya tidak apa-apa, dulu aku sering ke rumah Febri juga mobil taruh di sini." sahut Bima.
" Itu dulu Bemo, berapa tahun sudah berlalu dan tahun berapa juga kamu naruh mobil di sini, lihat aja noh rumah aja sudah pada megah semua, dulu kan masih tidak semegah ini." sambung Dewa.
" Alvaro ada nggak isolasi di dalam mobil kamu.?"
" Ada.." ucap Alvaro.
" Yang besar apa yang kecil?" sambung Arsya, Karena dia sudah tahu Apa jawaban Bima.
" Aku perlunya yang besar."
" Heh! untuk apa sih isolasi segala macam, kita kan mau menemui Febri memang kamu mau menangkap Febri jadi memerlukan isolasi segala." ucap Dewa merasa heran.
" Bukan Febri yang mau aku isolasi, tapi mulut kamu tuh yang mau aku tutup sementara waktu, karena terlalu banyak ngoceh" protes Bima sembari tersenyum.
Dewa tersenyum sembari menutup mulutnya.
Mereka kemudian melangkah mengikuti langkah Bima.
" Yang bener aja Bim kita masuk di jalan ini apa kamu salah gangnya.?" ucap Dewa lagi.
" Nggak usah protes ikuti aja, memang ini jalannya sejak dulu."
" Kan itu dulu, masa iya sih jalannya masih seperti ini sudah bertahun-tahun lamanya."
" Mana aku tahu Dewa, jika aku pemilik jalannya sudah aku rubah sejak dulu." deliknya Bima, dewa hanya tertawa pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
dewa berarti mukay kaya ibuy kaliy saking mulusy
2023-03-26
0
manda_
semangat beraksi yg geng kinclong
2023-03-25
0
Pujiastuti
gang kinclong mulai beraksi
2023-03-23
0