Happy reading....
Pagi Hari.
Melissa sedang bersiap-siap untuk menemui Dokter Luciano. Dia sudah tidak sabar ingin membeli alat pelacak dan camera tersembunyi untuk suaminya. Melissa memesan taksi online. Sambil menunggu taksi datang, dia meminun cappucino panas terlebih dahulu.
Tak lama kemudian taksi online yang Melissa pesan sudah tiba. Dia bergegas keluar rumah dengan membawa tasnya. Sebelum pergi, tak lupa ia mengunci pintu. Pada saat Melissa hendak berjalan menuju taksi, tiba-tiba Nazira datang dan menghampiri ibu-ibu yang sedang berkumpul di tukang sayur keliling.
"Eh, ada Bu Nazira. Tumben Bu beli sayur di sini? Biasanya 'kan suka ke supermarket," ujar Ibu yang memakai daster.
"Sayur di sini juga sama segar-segar. Aku tidak mau menghamburkan uang suamiku. Jadi istri itu jangan manja, jangan foya-foya, lagian belanja di sini juga lebih murah dan sisa uangnya bisa di simpan. Oh iya, ibu-ibu bagaimana tanggapan kalian tentang Kakak iparku itu? Semalaman dia keluyuran enggak pulang terus besoknya dia diantar pria lain. Apakah pantas seorang istri diantar pria lain saat suami tidak di rumah?" sindir Nazira sedang memicingkan matanya ke arah Melissa.
"Wah, istri tidak tahu diri itu. Suaminya kerja keras cari uang buat cukupin kebutuhan dia, dianya malah selingkuh bersama pria lain. Kalau saya jadi mertuanya dia, sudah saya tendang dia!" timpal ibu-ibu yang lain dengan mulut julidnya.
"Bener banget itu, Bu. Saya aja udah gemas banget. Mama saya itu terlalu baik, seharusnya Mama carikan istri baru untuk kak Danny yang bisa menjadi istri yang baik, tidak murahan seperti dia!" cibir Nazira.
Melissa tersenyum kecut. Dia tidak menanggapi perkataan adik iparnya. Dia langsung masuk ke taksi yang dia pesan. 'Sebanyak apapun kau berasumsi, aku tidak akan goyah! Aku akan tetap diam tapi, aku akan bertindak jika kau sudah melewati batasanmu!'
"Ayo jalan, Pak!" perintah Melissa pada supir taksi.
"Baik." Supir taksi itu melajukan mobilnya.
.
.
Di Rumah Sakit LS Immanuel.
Dokter Luciano baru saja datang, dia keluar dari mobilnya dan berjalan menuju taman dekat rumah sakit. Dia duduk di sebuah kursi panjang berwarna putih. Pria tampan itu sedang menunggu Melissa.
Sambil menunggu Melissa, Dia membuka aplikasi novel dan membaca novel yang semalam dia baca. Novel itu adalah karya dari Melissa. Senyuman, bahkan tertawa terlihat jelas terlihat dan terdengar dari bibir Dokter Luciano.
Tiba-tiba datang seorang wanita cantik yang tidak lain adalah Melissa Jordan. Melissa berjalan menghampiri Dokter Luciano. "Selamat pagi, Dokter Luci," sapa Melissa dengan senyuman di bibirnya.
Sayangnya, Dokter Luciano tidak melihat senyuman manis di bibir Melissa. "Pagi, ada apa? Apakah ada pasien?" tanya Dokter Luciano tanpa melihat siapa yang menyapanya ini. Dia mengira jika yang telah menyapanya itu adalah suster.
"Iya, Dok. Ada pasien penting. Dia bernama Melissa." Melissa menahan tawanya.
Dokter Luciano langsung menoleh ke arah Melissa. Dia cukup terkejut melihat Melissa sudah ada di hadapannya. "Mel, sejak kapan kau datang?" tanya Dokter Luciano.
"Beberapa menit yang lalu. Apa yang sedang Dokter Luci baca, sampai tidak menyadari jika aku sudah ada di hadapan Dokter Luci," kekeh Melissa.
"Maafkan aku, aku sedang membaca novelmu. Aku begitu menghayati alurnya sampai aku tidak menyadari jika kau sudah ada di hadapanku," Dokter Luci tertawa.
'Seserius itu dia membaca novelku,? Apakah novelku seseru itu?' Melissa tersenyum melihat wajah Dokter Luci yang tampan disaat tertawa lepas seperti ini.
"Duduklah!" Dokter Luciano menepuk kursi kosong di sebelahnya untuk Melissa duduki.
Melissa duduk, lalu dia mengeluarkan sebuah foto seorang pria yang tidak lain adalah suaminya, Danny. "Dokter Luci, ini foto yang Dokter minta. Oh iya ... boleh aku tahu, untuk apa Dokter Luci meminta foto suamiku?" tanya Melissa seraya memberikan foto itu pada Dokter Luciano.
"Kemarilah, akan kubisikkan!"
Melissa mendekatkan telinganya. "Aku menyewa seorang Detektif swasta untuk memata-matai suamimu," bisik Dokter Luciano.
Melissa membelalakkan matanya, lalu Melissa menoleh ke samping. Begitu Melissa menoleh, dia tidak tahu jika wajah Dokter Luciano sangat dekat dengan wajahnya. Melissa menelan salivanya.
Mata mereka saling bertemu dan memandang satu sama lain. "Ekhem," Melissa berdehem menyadarkan dirinya sendiri.
"Maafkan aku," ucap Melissa, salah tingkah.
Bagaimana bisa Melissa salah tingkah di depan seorang Dokter yang baru saja dia kenal beberapa hari ini. Tentu saja, dia akan salah tingkah jika ditatap begitu dalam oleh seorang Dokter yang begitu tampan dan baik hati seperti Luciano. Bukan hanya Melissa saja yang terhipnotis pesona pria tampan itu, semua suster yang bekerja di Rumah Sakit LS Immanuel begitu mengagumi ketampanan dan kebaikan hatinya.
Sementara itu, Dokter Luciano masih menatap Melissa. Untuk menghilangkan rasa canggung ini, Melissa mengambil semua permen dan memakannya. "Dokter Luci mau permen?" tanya Melissa sembari menyodorkan beberapa permen di tangannya.
"Aku ambil satu ya, terima kasih." Dokter Luciano mengambil permen itu disertai senyumannya. Kemudian Luciano memakan permennya.
"Oh iya, Dokter Luci ... kalau boleh tahu, kenapa Dokter Luci mau membantuku untuk memata-matai suamiku? Apa alasan Dokter Luci membantu aku?" tanya Melissa dengan tatapan yang serius.
"Apakah membantu seseorang harus memiliki sebuah alasan?" Dokter Luci alih-alih menjawab, dia malah balik bertanya.
"Eeh?" Melissa mengernyitkan alisnya.
"Aku hanya ingin membantumu saja, Mel. Tolong, jangan berpikir yang aneh-aneh. Kau seorang wanita, dan wanita itu seharusnya dilindungi bukan disakiti. Ibuku pernah berpesan jika aku harus menjadi pria yang selalu melindungi wanita dan untuk membantu seseorang itu tidak perlu melihat seberapa kenal, sedekat apa dan membantu orang itu tidak perlu memiliki alasan apapun. Aku hanya ingin berbuat baik saja, maaf jika aku bertindak tanpa membicarakannya dulu denganmu," jelas Dokter Luciano.
"Jangan cemas, aku tidak berpikiran yang aneh-aneh kok. Aku hanya ingin tahu saja kenapa Dokter Luciano mau repor-repot membantuku. Tapi, setelah mendengar penjelasan Dokter Luci, aku paham. Anda memang pria yang baik. Oh iya, Dokter Luci, berapa harga alat pelacak dan camera tersembunyi itu? Apakah Anda sudah membawa alatnya?" tanya Melissa dengan mengalihkan pembicaraan.
Dokter Luciano merogoh sakunya untuk mengambil sesuatu. Setelah itu, dia memberikan dua alat yang berbeda kepada Melissa. "Tidak perlu membelinya, kau gunakan saja ini. Ini milik temanku, dia memilikinya banyak." Dokter Luciano tersenyum ramah.
"Tapi, Dok ... jika seperti ini, aku merasa tidak enak."
"Baiklah. Begini saja, agar kita sama-sama enak dan tidak canggung, aku memintamu untuk membelikan makanan untuk nenek pengemis itu. Anggap saja kau telah membayar alat ini dengan memberikan makanan pada nenek itu. Sebentar lagi, pasienku akan datang. Aku permisi, jika butuh bantuan lagi, hubungi aku. Oh iya, aku ambil foto suamimu." Dokter Luciano beranjak dari duduknya dan pergi ke ruangannya.
Sementara itu, Melissa terdiam bagaikan patung setelah mendengar ucapan luar biasa dari bibir seorang Dokter tampan nan baik hati. 'Aku tidak menyangka jika Tuhan telah mempertemukan aku dengan orang yang begitu baik hati seperti Dokter Luciano.'
Tanpa berlama-lama lagi, Melissa memasukkan kedua alat pemberian Dokter Luciano ke dalam tasnya. Lalu dia pergi membeli makanan untuk dia berikan pada nenek pengemis itu.
BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Warijah Warijah
Lanjut Thor..jd penasaran nih sm Ketjanya Melisa untuk cari bukti perselingkuhanya suaminya dn mantanya itu..
2023-03-16
2