Menabrak

Happy Reading.......

"Lebih baik jangan kepo sama kehidupanku! Urus saja rumah tangga dan anakmu itu." Melissa memutar bola matanya malas.

"Yee, siapa juga yang kepo. Nyebelin banget jadi kakak ipar. Coba aja dulu Kak Danny tidak menikahi wanita berkaki cacat dan miskin ini. Coba aja dulu Kak Danny menikah dengan Kak Belia."

Melissa sedikit sakit mendengar lontaran kata adik iparnya itu. Melissa masih bisa mentoleransinya, dia sudah terbiasa dengan hinaan ini dari adik iparnya ini. Baginya dengan hinaan ini, akan menjadikan dirinya menjadi wanita yang tangguh.

"Jika kamu berani, coba kamu katakan pada Mas Danny untuk menceraikanku dan menikahi mantan pacarnya itu! Jangan menguji kesabaran, Nazira!" Melissa menatap tajam adik iparnya.

"Sudah cukup! Mel, jangan didengarkan ucapan Nazira. Dia kalau bicara tidak pernah di saring dulu," lerai Tullia.

Tullia Verena Alvarez adalah ibu mertua Melissa. Tullia berusia 60 tahun. Tullia hanya memiliki dua orang anak yaitu Danny dan Nazira.

"Tidak apa-apa, Mama. Mel pamit ya." Melissa mencium punggung tangan Ibu mertuanya.

"Iya, kamu hati-hati di jalan ya."

"Iya, Mama." Melissa berjalan menuju motornya.

Melissa memakai helm dan segera melajukan motornya. Di perjalanan, Melissa masih merasa kesal kepada adik iparnya itu. "Semakin hari semakin berani saja dia. Seharusnya aku sesekali membuatnya pelajaran. Berani sekali dia menghina kakiku seperti ini. Kakiku tidak cacat! Kakiku hanya sedikit terluka, kenapa dia mengataiku cacat? Aarrgghhh! Aku membenci manusia gendut itu!" teriak Melissa.

Melissa memang memiliki luka di kaki sebelah kanannya akibat kecelakaan yang dia alami. Bekas luka itu masih ada di kakinya, sebenarnya Melissa sangat ingin mengobatinya namun, Danny tidak pernah memberikan uang untuk biaya Melissa berobat. Itulah kenapa Melissa tidak pernah berani memakai dress yang memperlihatkan kakinya.

Melissa tidak begitu fokus dalam mengendarai motornya, sehingga tanpa Melissa sadari di depan ada sebuah mobil yang tiba-tiba menghentikan mobilnya secara mendadak. Wanita itu tidak sempat mengerem motornya, sehingga akhirnya dia pun terjatuh karena motornya menabrak body belakang mobil yang ada di hadapannya.

Bruggh!

Melissa terjatuh dan kaki kanannya tertindih motor. "Aduh, awwh ... Kakiku." Melissa berusaha untuk menyingkirkan motor itu dari kakinya. Namun, dia kesulitan karena motornya sangat berat.

Tak lama kemudian, pemilik mobil itu pun keluar. Dia berjalan ke arah Melissa yang sedang kesulitan. Tanpa berlama-lama lagi, pria itu langsung membantu Melissa. "Kamu tidak apa-apa? Maaf jika aku menghentikan mobilnya secara tiba-tiba," tutur pria itu.

Melissa mengangkat wajahnya menatap pria itu. "Kamu?" Melissa membelalakkan matanya.

"Kamu itu Nona yang malam itu menangis di parkiran kantor Interior gordyn ya?" tebak pria itu.

"Aku tidak menangis! Jangan mengatakan itu!" protes Melissa.

"Baiklah, mari aku bantu." Pria itu mengulurkan tangannya.

Melissa pun memegang tangan pria itu. "Terima kasih," ucap Melissa pada pria itu.

"Tidak perlu berterima kasih. Oh iya, sepertinya motormu rusak, kamu mau pergi ke mana? Biar aku mengantarmu."

"Aku mau bertemu temanku di salah satu jalan tidak jauh juga dari sini. Apa boleh saya menumpang di mobilmu?"

"Tentu saja! Kamu masuk mobil dulu, biar aku yang membawa tasmu." Pria itu mengambil tas Melissa yang tergeletak di atas aspal.

Setelah melihat Melissa masuk mobil, pria itu pun masuk mobil dan menatap Melissa. "Nona, apa kamu yakin jika kamu tidak terluka?" tanya Pria berkulit putih dengan alis tebal.

"Iya, aku tidak terluka," jawab Melissa tanpa menoleh ke arah pria itu.

"Oh iya, di mana tasku?" tanya Melissa sembari melihat ke arah pria tampan itu.

"Di kursi belakang, biar aku ambilkan."

"Tidak perlu! Aku bisa mengambilnya sendiri." Melissa meraih tas yang berada di kursi belakang. Sehingga jeans cutbray-nya sedikit naik dan memperlihatkan luka di kaki kanannya.