Naura memegang kepalanya, sungguh kepalanya sangat pusing. Perlahan, Naura membuka matanya, suasana serba putih langsung menyambut Naura.
“Ini bukan kamarku, di mana aku?” gumam Naura.
“Kamu ada di rumah sakit,” sahut Risma dengan ketusnya.
Seketika Naura membelalakkan matanya, dia ingat kalau tadi malam dia pingsan. Naura pun bangun dari tidurnya, dan melihat Papanya terduduk diam dengan menundukkan kepalanya.
Perasaan Naura tidak enak, pasti Papanya sudah mengetahui mengenai kehamilannya.
Risma menghampiri Naura dan menoyor kepala Naura dengan gemasnya.
“Jadi kamu hamil? Pantas saja kamu selalu muntah-muntah, sungguh sangat memalukan,” kesal Risma.
Airmata Naura seketika menetes, Naura kembali melihat ke arah Papanya dan ternyata Papanya masih saja menundukkan kepalanya.
“Pa, maafkan Naura,” lirih Naura.
Papa Andi mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian bangkit dari duduknya dan menghampiri Naura dengan mata yang berkaca-kaca.
“Kenapa kamu sampai bisa seperti ini Naura? Padahal Papa sudah sangat mempercayaimu, bahkan Papa tidak pernah melihatmu bersama laki-laki.”
“Maafkan Naura, Pa. Waktu acara kemping itu Naura diperkosa dan Naura tidak tahu siapa yang sudah memperkosa Naura karena dia juga sedang mabuk,” sahut Naura dengan deraian airmata.
“Alah, mana ada maling yang mau ngaku. Kamu benar-benar memalukan Naura, Mama pikir kamu itu anak yang baik tapi ternyata kelakuan kamu tidak sepolos tampang kamu!” sentak Risma.
Naura hanya bisa menangis, entah apa yang harus Naura lakukan, Naura tidak punya bukti untuk menjelaskan semuanya kepada Papa dan Mamanya.
Papa Andi akhirnya keluar dari ruangan rawat Naura, ia merasa sangat kecewa dengan apa yang terjadi tapi ia juga tidak percaya kalau Naura akan melakukan hal yang menjijikan seperti itu.
“Lihat, Papamu pasti sangat marah dan Mama yakin Papamu akan mengusirmu dari rumah, lihat saja karena Mama tidak mau nama Mama tercoreng karena mempunyai anak tiri yang hamil di luar nikah,” seru Risma.
Risma memilih pergi menyusul Papa Andi, sedangkan Naura hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Kali ini nasibnya benar-benar berada di ujung tanduk, kalau memang benar nanti Papanya mengusirnya, Naura harus tinggal di mana.
***
2 hari sudah Naura di rawat di rumah sakit, saat ini kondisinya sudah mulai membaik dan sudah diperbolehkan untuk pulang.
Papa Naura tidak mengajak bicara sama sekali membuat Naura merasa sangat sedih. Naura tahu kalau saat ini Papanya pasti sangat kecewa dan marah, tapi mau bagaimana lagi, toh, Naura pun tidak menginginkan semua ini terjadi.
Sesampainya di rumah, Papanya langsung duduk di sofa dan Risma pun membawakan kopi untuk suaminya itu.
“Ini Pa, kopinya.”
“Terima kasih, Ma.”
Naura masih berdiri mematung, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
“Naura, saat ini kamu sudah membuat keluarga ini malu dengan kelakuan menjijikan kamu, jadi sebelum semua tetangga tahu, lebih baik kamu gugurkan kandungan kamu,” seru Risma.
Naura memegang perutnya dengan deraian airmata.
“Tidak Ma, Naura tidak akan menggugurkan kandungan ini karena anak ini sama sekali tidak berdosa, Naura tidak mau sampai membunuhnya,” tolak Naura.
“Kalau begitu, kamu pergi dari rumah ini!” sentak Risma.
“Apa?”
“Kami tidak mau menanggung malu, apalagi kamu masih sekolah, nanti apa kata tetangga dan teman-teman Mama, sungguh sangat memalukan,” ketus Risma.
Naura melihat ke arah Papanya yang masih dengan santainya menyesap kopinya, perlahan Naura menghampiri Papanya dan bertekuk lutut di hadapan Papanya.
“Pa, maafkan Naura, Naura bilang Naura di perkosa Pa, Naura tidak bohong,” seru Naura dengan deraian airmatanya.
Sebenarnya Papa Andi percaya kepada putrinya itu, karena Andi tahu putrinya tidak mungkin melakukan hal seperti itu, tapi istrinya selalu saja bilang kalau Naura akan mempermalukan keluarganya.
“Kalau begitu, seperti kata Mama kamu, gugurkan kandungan itu. Kamu masih sekolah Naura, kamu mau sekolah kamu putus di tengah jalan? Lagipula Papa malu, kalau sampai teman-teman Papa tahu. Papa itu sering membicarakan kamu kepada mereka kalau kamu itu anak yang baik dan pintar, sekarang kalau mereka tahu kamu hamil di luar nikah seperti ini, mau di simpan di mana wajah Papa.”
“Pa, Naura tidak mau menggugurkan kandungan ini, bagaimana pun ini adalah anugerah dari Allah, Naura tidak mau sampai membunuhnya.”
“Anugerah kamu bilang? Itu bukan anugerah, tapi musibah!” bentak Risma.
“Kalau kamu tidak mau menggugurkannya, terpaksa kamu harus pergi dari rumah ini,” seru Papa Andi.
Papa Andi berbicara seperti itu sembari memalingkan wajahnya, sungguh sebenarnya dia tidak tega melihat wajah putrinya.
“Pa, Naura mohon jangan usir Naura, kalau Papa mengusir Naura, terus Naura harus tinggal di mana?” mohon Naura.
Papa Andi bangkit dari duduknya dan pergi memasuki kamarnya, sedangkan Naura hanya bisa menangis meratapi nasibnya.
“Dengar kan, apa yang dikatakan Papamu? Pergi dari rumah ini,” seru Risma dengan menoyor kepala Naura.
Risma dengan senyuman yang mengembang, meninggalkan Naura menyusul suaminya.
Naura melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya, dengan airmata yang terus mengalir, Naura mengeluarkan koper dan memasukan barang-barang berharga dan juga semua pakaiannya.
Setelah semuanya selesai, Naura segera menggeret kopernya ke luar kamar. Naura berdiri di depan pintu kamar Papanya.
“Pa, Naura pergi dulu, maafkan Naura karena sudah membuat Papa kecewa dan malu. Papa, jaga diri baik-baik karena Naura sayang sama Papa dan terima kasih sudah mengurus Naura dari kecil, semoga kita bisa bertemu lagi, Assalamualaikum.”
Perlahan Naura menggeret kopernya ke luar rumah, Papa Andi dari tadi sudah menangis sungguh dia tidak tega melihat anak kesayangannya seperti itu, tapi entahlah Papa Andi justru malah mengusir anaknya sendiri.
“Sudahlah Pa, Papa memang sudah benar mengusir Naura karena dia sudah membuat malu keluarga kita,” seru Risma.
Naura berjalan dengan menggeret kopernya, dia tidak tahu harus ke mana. Sebenarnya dia punya tabungan dan cukup untuk menyewa sebuah kontrakan kecil tapi bagaimana untuk makan.
Naura terus saja berjalan, hingga beberapa lama kemudian, Naura merasa lelah dan memutuskan untuk duduk sebentar di pinggir jalan dan dia terduduk di trotoar.
“Aku harus cari kerja ke mana? Lagipula, mana ada yang akan menerima pekerja yang masih sekolah,” gumam Naura.
Naura terus saja meratapi nasibnya, sungguh berat beban hidup yang harus Naura jalani.
Tiba-tiba, sebuah motor berhenti tepat di hadapan Naura.
“Naura.”
“Kak Chris.”
“Kamu ngapain di sini? Terus, bawa koper seperti ini, kamu mau ke mana?” tanya Chris.
Naura tidak bisa menjawab pertanyaan Chris, hanya airmata yang terus mengalir di pipi mulus Naura.
Hingga akhirnya, Chris duduk di samping Naura dan memeluk kekasihnya itu. Chris membiarkan Naura menangis sampai dia puas, baru setelah tenang, Chris akan bertanya apa sebenarnya yang sudah terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Nurwana
saya harap bapaknya Naura TDK menyesal krna mengusir anaknya yg TDK bersalah....
2023-07-29
1
💜WWH💜
mama risma serasa menang doorprize ya....gak perlu susah payah buat ngusir naura 🤨🤨🤨
2023-05-04
1
Bunda Elsa Caca
malang sekali nasib Naura
2023-03-18
2