Hati Naura benar-benar tidak enak, bagaimana kalau Papanya tahu, terus bagaimana dengan sekolahnya, tinggal satu tahun lagi sayang kalau dia harus putus sekolah.
Tapi Naura tidak mungkin menggugurkan kandungannya itu, karena Naura tahu itu dosa. Bagaimana mungkin Naura harus membunuh janin yang bahkan tidak berdosa itu.
Setelah cukup lama merenungi nasibnya, Naura pun bangkit karena perutnya terasa sangat lapar. Naura memeriksa ke meja makan dan ternyata tidak apa-apa, akhirnya Naura memasak telor ceplok untuk mengganjal perutnya yang terasa sangat lapar itu.
Setelah selesai memasak telor ceplok, Naura hendak makan tapi tiba-tiba adik tirinya pulang sekolah.
“Naura, ambilkan aku minuman dingin!” teriak Mona.
Naura yang baru saja hendak memasukan nasi ke mulutnya harus terhenti dan mengambilkan minuman dingin untuk Mona.
“Ini minumannya Mona.”
Naura membalikan tubuhnya hendak melangkah.
“Tunggu, kamu mau ke mana?”
“Kakak lapar Mona, Kakak mau makan dulu.”
“Memangnya kamu pikir, kamu saja yang lapar, aku juga lapar jadi buatkan aku mie rebus jangan lupa pakai telor.”
“Baik Mona.”
Naura terpaksa mengikuti semua perintah Mona karena Naura takut Mona mengadu kepada Mama tirinya dan akhirnya Mama tirinya nanti marah dan menghukum Naura.
Naura membuatkan mie rebus dengan mengusap-ngusap perutnya yang terasa sangat lapar sekali. Beberapa saat kemudian, Naura sudah selesai membuatkan mie dan memberikannya kepada Mona.
“Apa ada yang kamu butuhkan lagi, Mona? Biar sekalian, soalnya Kakak mau makan dulu.”
“Tidak ada, sudah sana pergi kalau kamu terus berdiri di hadapanku, selera makanku hilang.”
Naura segera pergi dan kembali melanjutkan makan, nasi dan telornya sudah dingin membuat Naura merasa mual tapi Naura memaksakan makan karena perutnya sudah sangat lapar.
Setelah selesai makan, Naura kembali merasa mual dan akhirnya harus memuntahkan kembali nasi yang susah payah barusan dia makan.
“Astaga, jijik banget sih. Untung aku sudah selesai makan,” ketus Mona.
Naura terkulai lemah, saat ini sungguh dia sudah tidak punya tenaga lagi.
“Mama!” teriak Mona.
Risma baru saja pulang arisan bersama dengan teman-temannya.
“Sayang, apa kamu sudah makan?” tanya Risma.
“Sudah Ma, barusan Mona makan sama mie instan karena si Naura gak mau masak,” dusta Mona.
“Apa? Kamu bikin sendiri mie instannya?”
“Iyalah Ma, si Naura gak mau disuruh masakin mie instan, Mama tahu, dia itu menurut saat ada Mama saja tapi di saat Mama gak ada, dia ngelunjak Ma,” dusta Mona.
Naura membelalakkan matanya saat mendengar pengakuan Mona, padahal pada kenyataannya mie instan itu Naura sendiri yang memasaknya, sungguh Mona adik yang tidak tahu diri.
“Apa? Keterlaluan sekali.”
Risma menghampiri Naura yang sedang terkulai lemah itu, kemudian menjambak rambut Naura membuat Naura meringis kesakitan.
“Sakit Ma, ampun.”
“Kamu memang keterlaluan, kamu membuat Mona memasak sendiri mienya, kan kasihan Mona itu capek baru pulang sekolah!” bentak Risma.
“Ampun Ma, maafkan Naura.”
Mona yang melihat Naura di siksa seperti itu menyunggingkan senyumannya, dia merasa sangat puas melihat Naura disiksa oleh Mamanya.
Risma melepaskan jambakannya, kemudian segera pergi ke kamarnya. Tidak lama kemudian, Risma membawa setumpuk pakaian kotor dan melemparnya ke wajah Naura.
“Cuci semua pakaian kotor itu, pokoknya pakaian itu harus dicuci sekarang juga, awas kalau kamu banyak mengeluh!” bentak Risma.
Naura kembali meneteskan airmatanya, dengan langkah gontai Naura memungut semua pakaian kotor itu dan membawanya ke kamar mandi.
“Sayang, kamu kan belum makan, ayo kita makan diluar saja, kebetulan Papa kamu baru saja mentransfer uang kepada Mama,” seru Risma dengan melirik ke arah Naura.
“Asyik, ayo Ma.”
Risma dan Mona pergi dari rumah dengan senyuman penuh kemenangan, sedangkan Naura hanya bisa menangis sesenggukan di dalam kamar mandi.
Sungguh malang nasib Naura, Naura sungguh tidak kuat badannya lemas sekali. Jangankan untuk mencuci, untuk melangkahkan kakinya saja, Naura sudah tidak punya tenaga lagi.
“Ya Allah, kuatkanlah hamba,” batin Naura.
***
Sementara itu, di sebuah tempat perkuliahan Tristan dan Mike sedang nongkrong di kantin kampus, tiba-tiba seorang wanita dengan deraian airmata mendatangi Tristan dan langsung memeluknya.
“Tristan, maafkan aku.”
“Kamu kenapa, Dinda?” tanya Tristan.
“Tristan, maafkan aku karena aku sudah selingkuh dengan pria lain, aku pikir dia lebih baik daripada kamu tapi nyatanya dia pria brengsek, dia menduakan aku, Tristan,” rengek Dinda.
Mike yang melihat kelakuan Dinda hanya memutar matanya jengah, Mike memang tidak pernah menyukai Dinda, Dinda bukan wanita baik-baik dan Mike tahu itu.
“Sini duduk, dan tenangkan diri kamu dulu. Maksud kamu apa? Bukannya kemarin-kemarin kamu lebih memilih pria itu dibandingkan aku?” seru Tristan.
“Iya, maafkan aku Tristan. Aku melakukan itu karena kamu terlalu cuek sama aku, kamu selalu saja sibuk dengan teman-teman kamu, dan tidak pernah memperhatikan aku, jadi aku memutuskan untuk selingkuh. Aku pikir, aku akan mendapatkan perhatian lebih dari dia, nyatanya dia justru pria brengsek. Maafkan aku Tristan, mau kan, kamu memaafkan aku dan balikan lagi sama aku?” rengek Dinda dengan deraian airmatanya.
“Itulah karma,” celetuk Mike dengan santainya.
Dinda terlihat kesal kepada Mike, sedangkan Tristan tampak terdiam, dia paling tidak suka melihat Dinda menangis. Tristan memang sangat mencintai Dinda, bahkan dia sampai merenggut kesucian Naura gara-gara patah hati dan mabuk-mabukan.
“Baiklah, aku maafkan kamu tapi kamu harus janji jangan pernah mengkhianati aku lagi, karena kalau sampai kamu mengulanginya lagi, aku tidak akan pernah memaafkanmu,” seru Tristan.
“Aku janji,” sahut Dinda dengan bergelayut manja di pundak Tristan.
Mike yang melihat tingkah Dinda merasa muak, hingga akhirnya Mike pun bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Tristan dan Dinda.
Dari dulu Mike memang tidak suka kepada Dinda, selain tingkahnya yang menyebalkan, Dinda juga hanya ingin harta Tristan saja. Mike bukanya tidak memberitahu Tristan, sudah beberapa kali dia memberitahukan Tristan tapi Tristan-nya saja yang sudah dibutakan oleh cinta.
***
Malam pun tiba...
Wajah Naura terlihat semakin pucat, tidak ada makanan yang masuk semuanya dia keluarkan lagi, ditambah Mama dan adik tirinya selalu menyuruh ini dan itu membuat kondisi Naura semakin lemah.
“Ya Allah, kuatkan aku dan anakku,” batin Naura dengan mengusap perutnya.
Hingga akhirnya, tiba-tiba pandangan Naura menggelap dan Naura pun jatuh tak sadarkan diri.
“Astaga Naura, kamu kenapa sayang?” seru Papa Andi panik.
Papa Andi yang tidak sengaja lewat kamar Naura merasa kaget melihat putrinya pingsan, akhirnya tanpa menunggu lagi, ia pun membawa Naura ke rumah sakit bahkan Risma ikut mendampingi, dia pura-pura khawatir dengan keadaan Naura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
☠☀💦Adnda🌽💫
tristan mau aj nerima si dinda.... jngn " ad maunya tuh anak deketin tristan lg 🤔🤔🤔🤔
gimana klo papanya tau keadaan Naura y.... 😞
2023-05-11
1
Epo Sarifah
mamahnya hanya pura" perhatian,gmn kalo papah nauara tau dia hamil,apa dia akan diusir dr rumahnya apa lagi mamah tirinya yg jahat pasti ngehasut papah naura
2023-03-15
1
Adila Ardani
boleh nga sih celupin kepala Mona ke air mendidih 😡
2023-03-15
1