Naura terbangun dari tidurnya dan langsung berlari ke kamar mandi karena perutnya terasa sangat mual.
Hoek...hoek...hoek...
Naura muntah-muntah, entah kenapa perut Naura mual sekali padahal Naura tidak makan, makanan yang aneh-aneh.
Naura terus saja muntah-muntah sampai tubuhnya lemas dan terduduk di lantai kamar mandi. Setelah merasa mendingan, Naura pun bangkit dan menuju ke dapur untuk membuat teh manis hangat.
“Kenapa perutku mual sekali? Perasaan aku tidak makan apa-apa, apa mungkin karena setiap hari makan sama garam, ya? Ah, masa iya sih, aku sering kok makan sama garam tapi selama ini baik-baik saja,” gumam Naura.
Setelah selesai membuat teh manis hangat, Naura segera membawa teh manis itu ke kamarnya. Naura tampak menguap, dilihatnya jam dinding baru menunjukan pukul 02.00 dini hari.
Naura mulai merebahkan tubuhnya dan tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Naura kembali tertidur.
***
Keesokan harinya...
Pagi-pagi sekali, Naura kembali muntah-muntah membuat Papa Andi segera berlari menuju kamar mandi.
“Naura, kamu kenapa, Nak?” teriak Andi dari balik pintu kamar mandi.
Cukup lama Papa Andi menunggu, hingga akhirnya Naura keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang sangat pucat.
“Ya Allah Naura, wajah kamu pucat sekali? Kamu sakit? Kita ke dokter saja, ya?” seru Andi cemas.
“Naura tidak apa-apa kok Pa, palingan cuma masuk angin saja,” sahut Naura.
“Kamu kenapa, sayang? Sakit ya, sebentar ya, Mama ambilkan obat dulu,” seru Risma dengan mengusap kepala Naura.
Papa Andi membawa Naura duduk, dan membuatkan teh manis hangat untuk anak kesayangannya itu.
“Ini, Papa buatkan kamu teh manis hangat, sayang.”
“Terima kasih Pa, maaf, Naura sudah menyusahkan Papa.”
“Tidak sayang, kamu tidak pernah merepotkan Papa, justru Papa yang harusnya minta maaf karena selama ini Papa selalu sibuk kerja.”
“Ini sayang obatnya.”
“Terima kasih, Ma.”
Naura pun segera meminum obat yang sudah diberikan Mama tirinya itu.
“Sayang, lebih baik sekarang kamu jangan sekolah dulu, istirahat saja di rumah,” seru Risma dengan pura-pura perhatian.
Naura tidak berani menatap wajah Mama tirinya itu, Naura tahu kalau Mama tirinya itu hanya pura-pura baik karena ada Papanya di situ.
“Terima kasih ya, Ma, karena kamu sudah perhatian dan sayang kepada Naura,” seru Andi.
“Sama-sama Pa, Naura kan, anakku juga,” sahut Risma dengan senyuman palsunya.
Naura hanya bisa tersenyum kecut, sungguh perlakuan Risma berbanding terbalik di saat Papanya tidak ada di rumah, Risma selalu menyiksa dan memarahinya, bahkan Naura selalu makan dengan garam setiap hari.
Setelah sarapan bersama, Naura pun pamit untuk pergi ke sekolah. Seperti biasa, Chris sudah menunggunya di ujung jalan.
“Ra, wajah kamu pucat banget, apa kamu sakit?” tanya Chris dengan memegang kening Naura.
“Aku kurang enak badan Kak, mungkin masuk angin.”
“Yakin, kamu mau sekolah?”
“Yakin, Kak.”
Naura tersenyum ke arah Chris, dan Chris tidak bisa berbuat apa-apa. Chris segera memakaikan helm kepada Naura dan Naura segera menaiki motor Chris.
Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya motor Chris sampai di sekolah.
“Terima kasih ya, Kak.”
“Kamu kalau merasa tidak kuat, bilang sama aku ya, jangan dipaksain sekolah.”
“Iya Kak, ya sudah, kalau begitu aku masuk kelas dulu.”
Chris menganggukkan kepalanya sembari mengusap kepala Naura, Naura pun masuk ke dalam kelas dengan senyum yang berseri-seri, entah kenapa setiap perhatian kecil yang diberikan Chris kepadanya, selalu membuat Naura bahagia.
“Hayo loh, kenapa senyum-senyum sendiri?” goda Rani.
“Eh Rani, gak apa-apa kok, Ran.”
“Jangan bohong, tadi aku sudah lihat semuanya. Kak Chris sepertinya sayang dan perhatian banget sama kamu, Ra, buat aku jadi iri.”
“Iya Ran, Kak Chris memang perhatian banget sama aku, tapi aku merasa minder kalau dekat dengannya soalnya aku merasa tidak pantas saja menjadi pacar dari seorang Chris anak seorang Pengusaha yang kaya raya,” sahut Naura.
“Kamu jangan bicara seperti itu, Kak Chris itu sudah menerima kamu apa adanya, jadi seharusnya kamu bersyukur.”
“Iya sih, aku juga sangat bersyukur, Ran.”
Tidak lama kemudian, Bu guru datang, semuanya langsung terdiam dan mulai memperhatikan pelajaran dengan serius.
Di tengah-tengah proses belajar, tiba-tiba rasa mual itu kembali terasa, Naura minta izin ke kamar mandi dan dengan cepat berlari keluar membuat Rani mengerutkan keningnya.
Hoek...hoek...hoek...
Naura langsung muntah-muntah, sementara itu di toilet sebelah ternyata Siska baru keluar dari toilet dan melihat Naura sedang muntah-muntah karena pintu toiletnya lupa Naura tutup saking tidak kuatnya.
“Idih, pagi-pagi sudah muntah-muntah, kamu hamil?” celetuk Siska.
Naura langsung menatap Siska dengan tatapan tajamnya.
“Jangan sembarangan kamu kalau ngomong,” kesal Naura.
Siska menjambak rambut Naura. “Kamu berani melawanku!” bentak Siska.
“Lepaskan Siska, sakit.”
Dengan kerasnya Siska menghempaskan Naura sehingga tubuh Naura terbentur dinding dan terduduk di lantai.
“Dasar wanita miskin tidak tahu diri, berani ngelawan sama aku, kamu itu bukan tandinganku jadi tidak usah ngelunjak,” seru Siska dengan menoyor kepala Naura.
Naura meneteskan airmatanya, dan Siska memilih meninggalkan Naura dengan senyuman sinisnya.
Naura kembali mengingat kata-kata Siska barusan, kemudian bayangan pemerkosaan itu kembali muncul di benak Naura.
Naura melihat perutnya dan mengusapnya dengan pelan. “Aku baru ingat kalau aku sudah telat haid, tidak, aku tidak mungkin hamil,” batin Naura menggeleng-gelengkan kepalanya dengan deraian airmata.
Cukup lama, Naura termenung hingga akhirnya Naura pun bangkit dari duduknya dan kembali ke kelas.
“Ra, kamu habis ngapain di toilet, lama banget?” tanya Rani.
“Perut aku sakit Ran, jadi tadi agak lama,” dusta Naura.
“Tunggu, kok mata kamu bengkak? Kamu habis nangis ya?”
“Masa sih? Enggak kok, aku gak nangis.”
Naura mengusap-ngusap matanya dan tersenyum, Naura tidak mau Rani sampai khawatir.
***
Waktu pulang pun tiba...
Naura kali ini menghubungi Chris supaya tidak mengantarkannya pulang dengan alasan Naura ingin pergi ke suatu tempat dan bersyukur sekali Chris mempercayainya.
Naura segera menaiki angkot dan berhenti di sebuah apotek. Naura memperhatikan apotek itu, Naura sangat ragu-ragu untuk masuk ke dalam apotek, tapi Naura merasa penasaran dengan keadaannya sendiri.
Akhirnya dengan langkah ragu-ragu, Naura pun masuk ke dalam apotek itu. Ternyata lumayan banyak pembeli di sana membuat nyali Naura ciut.
“Dek, adek mau beli apa?” tanya pelayan apotek.
“Hmm...aku-aku mau beli----“
Sesaat Naura memperhatikan orang-orang yang ada di sana, dengan suara pelan Naura pun menyebutkan satu barang yang ingin dia beli.
“Aku mau beli--testpack, Mbak,” lirih Naura.
Orang-orang yang mendengarnya, langsung menatap Naura dengan tatapan jijik apalagi saat ini Naura masih memakai seragam sekolahnya.
“Anak zaman sekarang ya, pergaulannya bebas banget, sayang sekali punya wajah cantik kok, murah banget,” celetuk salah satu Ibu-ibu.
Mata Naura sudah mulai memanas, sekuat tenaga dia menahan tangisannya supaya tidak menetes hingga akhirnya setelah mendapatkan barang yang dia mau, Naura segera keluar dari apotek itu.
Naura tidak membuang-buang waktu, Naura segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Naura merasa aman karena Mama dan Adik tirinya sedang tidak ada di rumah.
Naura dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi, dan mengeceknya. Naura menunggu hasilnya dengan jantung yang berdetak sangat kencang, Naura menutup matanya dan perlahan membukanya.
Jedaaaaarrrr....
Alat itu menunjukan dua garis dan itu artinya dirinya positif hamil.
“Tidak, tidak mungkin aku hamil,” gumam Naura dengan deraian airmatanya.
Naura terduduk di lantai kamar mandi dengan tangisan yang terdengar sangat memilukan, Naura benar-benar tidak percaya kalau dirinya hamil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
☠☀💦Adnda🌽💫
beneran kan jd dach tu kecebong 😢😢😢
2023-05-11
1
💜WWH💜
Kan kan kan yg gini nih yg suka langsung tokcer....yg sabar ya naura yg malang 😩😩
2023-05-04
1
Ardiansha Saputra
betapa malang nasibku semenjak di tinggal ibu ..
ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja saking ayah di sampingku ku dipuja dan di manja
pabila ayah tlah pergi ku di caci dan di maki.. aduhai ibu tiriku kasihanilah anakmu .. .. yg kuat y naura sudah ku nyaikan lagu untukmu..
2023-03-16
1