Fernando pulang ke apartemennya hampir tengah malam, seharian ini ia memilih menumpang tidur di rumah umi Fatimah dan menjelang sore ia mengunjungi Kantor Alex juga mampir ke apartemen sahabatnya itu.
Menjelang tengah malam ia baru kembali ke apartemen miliknya, terlihat Cristy tertidur di sofa merah dengan kemeja berwarna putih milik Fernando yang kebesaran untuk wanita itu.
Lelaki itu menghela nafas, seharian ini ia memikirkan bagaimana caranya lepas dari kekasihnya? Ia juga bertanya pada Ayudia juga Alex.
Kedua orang yang ia mintai pendapat, mengatakan hal yang sama, menyelidiki diam-diam kegiatan kekasihnya selama dirinya tidak ada di ibu kota.
Fernando menggendong kekasihnya, menuju kamar mereka, ia merebahkan tubuh seksi itu perlahan agar tidak membangunkan wanita itu, namun saat lelaki itu hendak melepaskan tangannya di tengkuk kekasihnya, mendadak Cristy membuka matanya.
"Kamu sudah pulang sayang? Aku menunggu kamu seharian disini, apa kamu nggak balas pesan dari aku?"tanya Cristy lembut.
"Tadi aku ke rumah Umi, sama ada kerjaan sama Alex,"jawab Fernando sambil melepaskan tangannya di tengkuk wanita itu.
Cristy menahan lengannya, "sayang apa kamu tidak merindukan aku?"tanyanya penuh harap.
"Aku lelah, aku mau mandi dan tidur,"jawab Lelaki itu.
"Tapi aku menginginkan kamu sekarang,"ujar wanita itu sambil menarik tengkuk lelaki itu dan menciumnya.
Cristy membalik keadaan, Fernando ada dibawahnya, lelaki itu hanya bisa pasrah, mungkin ini akan jadi yang terakhir ia berhubungan intim dengan kekasihnya.
Lelaki itu hanya membiarkan kekasihnya beraksi, ia terdiam pasrah, hanya sesekali ia membalas ciuman wanita itu, tak lupa sebelum menuju permainan inti, lelaki itu mengambil pengaman yang berada di laci kabinet sebelah ranjang.
Hingga beberapa menit berlalu, Cristy ambruk di atasnya, wanita itu terengah-engah, sambil mengucapkan terima kasih dan ungkapan cinta padanya.
Fernando yang sudah kepalang tanggung, akhirnya membalikan keadaan, ia juga butuh menyalurkan hasratnya, hingga beberapa menit kemudian sebuah lenguhan panjang, keluar dari mulut lelaki itu.
Fernando bangkit, tanpa mengucapkan apapun, ia beranjak menuju kamar mandi.
Lelaki itu mengunci pintu kamar mandi, ia memilih mengguyur tubuh kekarnya dibawah shower air hangat,
Terdengar suara ketukan pintu kamar mandi, ia tau kekasihnya ingin bergabung, sebuah kebiasaan untuk keduanya usai memadu kasih di atas ranjang maka mereka akan mandi bersama dan melanjutkan kegiatan itu di kamar mandi.
Tapi dirinya sepertinya malas, pikirannya sedang kusut, ia memilih mempercepat mandinya.
Fernando dengan handuk melilit di pinggangnya, keluar dari kamar mandi, Kekasihnya tengah duduk di atas ranjang dan menatapnya.
Lelaki itu tak mempedulikan tatapan dari kekasihnya, ia lebih memilih menuju lemari yang berisi pakaiannya, ia mengambil kaos oblong berwarna hitam dan celana training abu, lalu mengenakannya, tak lupa mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.
Fernando memilih keluar dari kamar, ia berjalan menuju kulkas, ia mengambil kaleng bir yang biasa tersedia di sana.
Lelaki itu keluar menuju balkon yang berada tepat di samping ruang tamu apartemen.
Ia duduk termenung sambil melihat pemandangan ibu kota, pandangannya menerawang jauh, ia teringat ucapan umi Fatimah ketika tadi sore ia berpamitan.
"Do, Sebentar lagi Umi pensiun, kalau bisa Umi minta saat umi pensiun kamu sudah ketemu jodoh yang bisa bawa kamu ke jalan yang benar, bukankah sudah cukup masa muda kamu, kamu habiskan untuk bermaksiat, ini saatnya kamu serius menjalin hubungan dengan wanita Solehah, karena wanita Solehah adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia,"
Saat itu, Fernando terdiam mendengarkan ucapan Uminya.
"Do, alasan Umi tidak pernah setuju dengan wanita yang kamu kenalkan ke Umi, semata-mata karena umi Tau, semua yang kamu kenalkan ke Umi, bukan wanita baik-baik, mereka memang cantik-cantik, punya latar belakang bagus, pendidikan tinggi, tapi itu nggak menjamin rumah tangga kamu berjalan lancar nantinya,"
"Meskipun pertengkaran dalam rumah tangga itu biasa, tapi kalau istri kamu takut akan Tuhannya, ia tidak akan pernah berani membangkang sama suaminya,"
"Bukan cuma itu Do, istri Soleha itu, akan melahirkan keturunan yang baik yang akan mewarisi marga keluarga kakek moyang kamu, istri Soleha juga akan mendidik anak-anak kamu,"
"Kalau masalah mereka punya karir bagus, bukankah penghasilan kamu, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kamu nantinya?"
"Do, misalnya kamu belum menemukan gadis yang umi maksud untuk sekarang ini, setidaknya dari sekarang, kamu memperbaiki diri kamu, kalau kamu masih hidup seperti ini, maka kamu akan dapatkan istri yang jauh dari kata Soleha, bukankah jodoh itu cerminan diri?"
Kata-kata Umi Fatimah, terngiang-ngiang dipikiran nya, tentang jodoh cerminan diri.
Fernando teringat semua perempuan yang ia pacari, semuanya berakhir di ranjang panasnya tanpa ikatan yang sah, dan hanya pacar pertamanya dulu, yang ia dapati masih tersegel, selanjutnya ia tak pernah menjalin hubungan dengan perempuan yang masih perawan.
Mungkin uminya benar, jodoh cerminan diri, karena selama ini dirinya masih terkungkung dalam jurang kemaksiatan tanpa ada niat untuk memperbaiki diri, atau sekedar mengendalikan hasratnya, sehingga ia selalu bertemu dengan wanita yang seperti itu.
Menganggap hubungan intim sesuatu yang biasa diantara laki-laki dan perempuan meskipun mereka belum sah menikah.
Selama ini Fernando berfikir, asal wanita itu penyuka rasa strawberry, cantik, seksi dan memuaskan hasratnya, ia tak keberatan menjadikan wanita itu sebagai kekasihnya.
Manusiawi memang apa yang dipikirkan Fernando, kebanyakan kaum Adam memang seperti itu, walaupun tidak semua.
Masa muda yang merupakan masa dimana lelaki mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dan mencoba hal-hal baru, berlaku juga untuk Fernando.
Tapi pada akhirnya, bukankah suatu saat kapal yang berlayar di samudera harus kembali ke daratan, nahkodanya harus pulang menuju rumahnya yang nyaman.
Tempatnya melepas penat, juga bersandar dan berbagi kisah yang dialaminya selama mengarungi lautan yang luas.
Wanita yang bukan hanya cantik dari segi fisik tapi juga hatinya, wanita yang mencintainya, karena ia seorang Fernando bukan seorang CEO dari beberapa hotel, resort juga villa yang ada di negara ini.
Ada tanya dalam hatinya, apa laki-laki brengsek seperti dirinya pantas mendapatkan wanita Solehah?
Lelaki itu menatap langit dari balkon apartemennya, tak terlihat bintang di atas sana, ia menghela nafas, sepertinya memang saatnya dirinya berhenti.
Ia teringat tentang sahabat sekaligus big bosnya, Benedict Johnson Wright, yang sudah menemukan jalan pulangnya, meskipun harus dengan cara licik yang ia ajarkan.
Walau sahabatnya bukan pemain wanita, tapi tanpa diketahui siapapun, sahabatnya itu orang yang ambisius dalam mewujudkan keinginannya.
Hanya dirinya, Alex, juga Troy dan Richard yang tau seperti apa seorang Benedict, bahkan Rama yang lebih lama bersahabat dengan Benedict tidak tau seberapa berbahayanya lelaki itu.
Lelaki berdarah dingin, yang diam-diam akan menghancurkan lawannya, perlahan tanpa kenal ampun.
Orang seperti Benedict saja bisa dapat wanita baik-baik dan tulus seperti Ayudia, bagaimana dengan dirinya? Bukankah seorang Fernando hanya seorang pemain wanita,
Kelakuan bejat Fernando hanya sebatas wanita saja, itupun atas dasar suka sama suka, dan lelaki itu juga tau diri untuk memberikan tunjangan finansial ada wanita yang ia kencani, seimbang bukan?
Fernando bukan seorang pemakai obat terlarang atau berjudi, untuk minum alkohol pun, hanya saat ia mengunjungi club' malam atau ketika sedang banyak pikiran dan lelah saja seperti sekarang.
Apa bisa ia mendapatkan istri yang diinginkan oleh Uminya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments