Motor mereka ditabrak

Seruni sedang berdandan memakai bedak dan lipstick yang Ia beli kemarin sepulangnya dari pabrik.

Ia mengoleskan lipstik tipis di atas bibirnya, dan mencoba untuk memakai eyeshadow di kelopak matanya.

Ia melihat ke arah cermin dan ketika semuanya sudah rapih, Seruni bergegas keluar untuk bersama Tiwi pergi ke tempat kerjanya.

" Wah kamu pintar juga ya, baru aku ajari kemarin sekarang sudah bisa dandan"

" Ini semua kan berkat kamu Tiwi, tapi aku terlihat medok ngasih?" Seruni mencoba menghapus bedaknya dengan tangan.

" Enggak kok udah cantik pas dandanannya "

Mereka berdua berjalan ke arah pabrik bersama beberapa orang lainnya yang hendak bekerja pagi ini.

Seruni dan kedua temannya mulai bekerja di bagian packing, semula Ia melakukan semuanya dengan sangat hati-hati dan pelan-pelan karena takut jika keramiknya Rusak.

Tapi setelah beberapa jam, Seruni sudah bisa meningkatkan kecepatan kerjanya.

Supervisor Seruni yang mengawasi seruni dan kedua temannya merasa senang dengan kinerja Seruni.

Ia bahkan menyuruh dua orang lainnya untuk bekerja secepat Seruni.

Seruni sangat menikmati pekerjaannya, sehingga ia tidak merasa bosan dalam pekerjaannya.

Tidak terasa hari demi hari berlalu dan sekarang sudah tepat satu tahun Seruni bekerja di pabrik keramik ini.

Sudah dua bulan ini Seruni dipilih menjadi pekerja terbaik karena kinerjanya yang bagus dan juga tidak pernah absen.

Oleh karena itu nama Seruni dikenal oleh banyak orang akan prestasinya itu.

"Aku loh sebagai temanmu bangga banget kamu bisa jadi karyawan teladan dua bulan berturut-turut"

" Ah kamu bisa aja Tiw"

" Bener loh aku benar-benar bangga padamu, tidak salah aku mengajakmu bekerja di pabrik ini dulu "

" Betul, aku juga merasa beruntung bisa bekerja di pabrik keramik ini"

Selama Seruni bekerja satu tahun di pabrik ini, Iya sudah bisa membiayai sekolah adik bungsunya dan membelikan kalung dan gelang untuk ibunya di kampung.

Kemarin baru saja Seruni menerima surat dari Ibunya. Dalam suratnya, Ibu sangat senang diberikan kalung emas dan gelang emas oleh Seruni.

Dalam suratnya tidak henti hentinya Ibu mengucapkan rasa syukur karena Seruni mempunyai hidup yang lebih baik sekarang.

Surat-surat yang selalu ibunya kirimkan menjadi penyemangat Seruni untuk makin giat bekerja dan menaikkan ekonomi keluarganya.

Selain bekerja di pabrik, Seruni juga menjual baju batik yang ia jual di pabrik dan ketika libur Ia berkeliling di daerah kosannya untuk menjual batik batik itu.

Ia meminta bantuan Kakaknya untuk membelikan baju batik, lalu di kirim ke Bekasi untuk kemudian seruni jual kepada teman dan tetangga tetangganya.

Dari hasil menjual baju batik dan bekerja, Seruni ingin mengumpulkan uang untuk membeli sebidang tanah di dekat tempat kerjanya.

Seruni mempunyai mimpi untuk memiliki rumah dan kontrakan agar dapat menambah penghasilannya kelak.

Tidak main-main, Seruni selalu menabung dengan giat semua pendapatan yang Ia terima.

Ia membagi uangnya untuk di kirim ke kampung, dan hanya sedikit yang Ia gunakan untuk hidup, sisanya Ia tabung di bank.

Ia jarang membeli baju ataupun keluar jalan-jalan seperti teman temannya yang lain.

Ia hanya ingin mengumpulkan uang untuk membahagiakan ibunya dan juga menggapai mimpinya.

" Apa sudah ada tanah yang ingin kamu beli? "

Tanya Tiwi suatu hari ketika menemani Seruni berkeliling kampung untuk menjual baju batiknya.

" Ada, aku sudah mengincar tanah yang di depan toko Makmur Jaya. Kemarin aku lihat ada plang kalau tanah itu di jual "

" Lalu kamu sudah hubungi pemiliknya? "

" Belum, sepertinya uangku belum cukup jadi aku mau menabung dulu sementara waktu "

" Oh begitu, Kenapa nggak kamu tanya dulu saja mungkin harga tanahnya masih murah di daerah sana "

" Aku nggak berani Tiw, nanti saja jika tabunganku sudah lumayan, baru aku tanyakan harga tanahnya "

" Kamu nggak mau beli tanah juga Tiw? "

" Aku nggak mau selamanya di sini Run, kalaupun Aku membeli rumah rasanya Aku ingin membeli rumah di Wonosari saja dekat dengan Ibuku"

" iya ya, tapi punya tanah di sini enak banget aku lihat, tinggal di bangun kontrakan kita sudah menghasilkan uang tiap bulannya "

" Betul, disini kontrakan atau kosan sangat diminati "

Mereka tiba di pos kamling tempat Runi menjajakan jualannya. Mereka berdua langsung menggelar baju batik yang beraneka warna.

" Oh iya Run, aku bulan depan mau memasang telepon di rumahku, kamu mau sekalian pasang juga untuk di rumahmu tidak, biar aku kasih tahu orang telkomnya "

" Boleh biar nanti aku kasih tahu Ibuku kalau di rumah akan dipasangi telepon"

Seruni senang sekali, dengan adanya telepon di rumah, Seruni tidak perlu lagi repot-repot untuk berkirim surat.

Cukup menuju ke Wartel maka ia bisa langsung menghubungi ibunya di kampung.

Tidak beberapa lama dari mereka menjejerkan dan menggantung baju batiknya di pos kamling, para pembeli mulai berdatangan.

Serui dan Tiwi mulai sibuk melayani pembeli.

Orang datang dan pergi membeli baju batik seruni. Baju batiknya terkenal dengan bahannya yang adem dan harganya yang murah dan juga bisa di cicil.

Itu membuat dagangannya selalu laris manis di beli oleh pembeli.

Setelah hari menuju sore, mereka berdua mulai membereskan kembali sisa baju baju untuk di masukan kembali ke dalam tas.

" Makasih loh Tiw udah membantu aku "

" Sama sama Run, aku juga bosan di kosan "

" Mau aku traktir apa Tiw? "

" Apa saja "

" Sate mau? "

" Sate enak juga Run "

Tidak beberapa lama dari ucapan Twi, perutnya berbunyi kerucukan.

Mereka berdua pun menertawakan bunyi perutnya Tiwi.

" Sabar ya Tiw, kita taro barang dulu lalu pinjem motor Mbak Ningrum untuk beli sate "

Penjual sate langganan mereka jaraknya lumayan jauh dari kosan mereka, sehingga harus menggunakan motor untuk menuju kesana.

dan satu satunya yang punya motor di kosan mereka hanya Mbal Ningrum.

Mereka sering meminjam motor Mba Ningrum untuk membeli makan, biasanya mereka akan membawa makanan juga untuk Mbak Ningrum sebagai ucapan terima kasih.

" Kami pinjem dulu ya Mbak " Ucap Tiwi kepada Mbak Ningrum yang lagi menyeterika baju.

" Santai, pake saja "

Di dalam perjalanan mereka baru menyadari jika lampu motor Mbak Ningrum mati, sehingga orang di lajur sebrang tidak bisa melihat mereka.

" Pelan pelan saja Tiw, ngeri aku ga ada lampu begini "

" Iya iya, sudah pelan pelan kok "

Dan tidak lama dari pembicaraan mereka, datang sebuah motor dengan lampu yang terang kearah mereka dan menabraknya.

Walaupun mereka berdua tidak dalam kecepatan tinggi, tapi Tiwi dan Seruni terjatuh dari motornya.

Orang yang menabrak mereka pun membantu Tiwi dan Seruni untuk bangkit dari jatuhnya.

Dan betapa kagetnya mereka karena yang menabrak mereka berdua menggunakan seragam polisi.

Keringat Seruni mengucur, Ia takut karena Tiwi tidak mempunyai SIM dan motor mereka tidak ada lampu kendaraan.

Takut takut Seruni dan Tiwi melihat Pak Polisi yang ada di depannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!