SERUNI

SERUNI

Kepergian Seruni

Seruni sedang membantu Ibunya menjemur jagung hasil panen mereka. Nantinya jagung jagung itu akan di jual ke pasar.

" Ganti bajumu dulu Nduk, itu seragam masih bagus kok di coret coret begitu eman tenan " Ujar Ibu Seruni sambil menjejerkan jagung.

" Ga apa Bu kan untuk kenang kenangan, lagi pula semua temen temenku bajunya di coret coret juga "

Hari ini adalah hari kelulusan seruni. Ia susah menuntaskan jenjang sekolahnya di SMA.

Jika teman temannya yang lain berpikir untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang selanjutnya, tapi tidak dengan seruni.

Ia ingin segera bekerja dan mencari uang sebanyak banyaknya. Padahal semua Kakak nya mendukung Seruni untuk kuliah, tapi Ia tidak mau.

Ia hanya ingin cepat bekerja dan mencari uang yang banyak.

Salama ini Seruni tinggal bersama Ibu dan adiknya. Bapaknya sudah meninggal sejak Seruni SD dan kedua Kakaknya sudah tidak serumah karena keduanya sudah menikah dan ikut bersama suaminya.

" Kamu sudah menghubungi temanmu di bekasi? "

" Sudah Bu, aku sudah info akan berangkat besok dengan bis "

" Kamu sudah yakin dengan keputusanmu Nduk? "

" Nggih Bu, doakan runi ya Bu agar bisa seperti Tiwi "

" Amin, Ibu selalu mendoakan kamu agar selalu selamat, sehat dan berlimpah rezeki "

Pratiwi atau yang biasa di panggil Tiwi adalah tetangga Seruni di kampung.

Ia merantau ke Bekasi setelah lulus SMA dan bekerja di pabrik keramik.

Selama Ia bekerja lima tahun, rumah tiwi yang semula sederhana sekarang sudah di bangun dan menjadi besar.

Bukan hanya itu, Ia juga mampu menyekolahkan kedua adiknya dan memberikan motor untuk Bapaknya.

Tiwi lewat suratnya selalu bercerita bahwa bekerja di pabrik sangat menyenangkan karena banyak menghasilkan uang.

Apalagi jika banyak lembur, makin banyak uang yang akan Tiwi dapatkan.

" Coba kalo kamu kerja di jogja, lulusan di jogja dapet gaji berapa? ga banyak Runi. Sudah kamu ikut aku kerja di sini saja, mumpung sedang ada lowongan kerja "

Mendengar dan melihat cerita cerita Tiwi yang merantau ke Bekasi memicu Seruni untuk mengikuti jejak Tiwi.

Sudah tiga bulan yang lalu sebelum keberangkatan Seruni, Ia memberitahukan kepada Ibunya jika ingin merantau seperti Tiwi.

Awalnya Ibu Seruni berat melepaskan anak perempuannya itu sendirian, tapi setelah di yakini bahwa nanti Ia akan bekerja bareng Tiwi tetangganya, Ibu Seruni akhirnya menyetujuinya.

" Besok berangkat jam berapa Runi? "

" Di tiket jam tujuh pagi Bu "

" Ya sudah kamu pulang saja ga usah bantu Ibu lagi, bereskan barang barangmu jangan sampai ada yang ketinggalan.

" Sebentar lagi Bu, Aku ingin lebih lama dengan Ibu "

" Manja gitu kok mau merantau Nduk " Ujar Ibu sambil tersenyum.

Malam harinya Seruni sibuk memasukan semua baju dan perlengkapan lainnya.

Ia membawa dua tas besar berisi pakaian dan satu kardus titipan dari keluarga Tiwi untuk anaknya.

Ibnu yang membantu memasukan bajuku ke dalam tas mulai meneteskan air mata.

Aku yang melihat Ibu menangis langsung memeluknya.

" Jangan sedih Bu, Runi akan sering sering pulang kok Bu. Ibu sehat sehat ya sama Bagas "

" Rumah akan semakin sepi tanpa kehadiran kamu Runi, Bagas juga sudah mulai besar dan senang main, Ibu jadi sering sendiri "

" Mbak Tati dan Mbak Sri kan sering main kesini Bu untuk jenguk Ibu jadi Ibu ga kesepian "

" Kamu sehat sehat di sana ya Runi, jangan telat makan dan jangan pernah ninggalin shalat ya Nduk "

" Nggih Bu, Runi akan selalu ingat pesan Ibu "

" Ya sudah kali suda selesai semua langsung istirahat ya Nduk, biar besok tidak telat " Ibu beranjak keluar dari kamar Bella untuk istirahat.

" Ngih Bu "

Jauh dari Ibu pasti akan sulit untuk Seruni, tapi Ia ingin masa depannya dan Ibunya bisa lebih baik dari sekarang.

Seruni juga ingin membangun rumah Ibu, ingin membelikan tanah untuk Ibu bertani dan ingin membelikan Emas.

Dari Seruni lahir hingga sekarang, Ibunya tidak pernah menggunakan Emas.

Maka membelikan itu semua adalah salah satu cita cita Seruni.

Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, Seruni sudah mempacking semua barang-barang yang akan dibawanya besok.

Setelah semuanya selesai, Seruni beranjak untuk tidur agar besok tidak kesiangan.

Di rumah Seruni sudah ada kedua Kakaknya dan suami mereka yang ingin mengantar kepergian Seruni.

Mas Tri, suami Mbak Tati sudah membawa mobil untuk mengantar Seruni ke pangkalan Bis.

" Dompetnya hati hati Runi, taro di bagian paling bawah, Mbak denger di Jakarta banyak copet " Ujar Mba Sri mengingatkan.

" Wong Runi mau ke Bekasi kok bukan ke Jakarta " Mba Tati menimpali ucapan Mba Sri.

" Yo sama aja, Jakarta sama Bekasi sama sama ada copetnya toh "

Mereka semua hanya tertawa mendengar jawaban dari Mba Tati.

Karena jarak umur Mba Tati dan Mbak Sri hanya dua tahun, sehingga mereka terlihat seperti teman ketimbang kakak dan adik.

Bahkan Mba Sri ga pernah memanggil Mba Tati dengan sebutan Mbak. Tapi walaupun begitu mereka berdua sangat kompak dalam menjaga Ibu.

Setiap minggu mereka berdua bersama keluarganya masing masing pasti akan menengok Ibu, dan jika Ibu ada sesuatu yang mau di beli, keduanya selalu membelikan untuk Ibu.

Tidak hanya itu, kedua nya selalu memberikan seruni uang jajan dan jika sedang ada di rumah, Seruni sering di traktir makanan makanan mahal.

Bahkan jika Seruni ingin kuliah keduanya akan membantu biaya kuliah seruni dan ketika Seruni ingin bekerja dan tidak ingin kuliah keduanya mendukung pilihan seruni.

Seruni sangat beruntung memiliki Kakak seperti Mbak Tati dan Mbak Sri yang selalu mendukung apapun yang Seruni lakukan selagi positif.

" Kalo nanti ada yang ngasih minum juga jangan di terima ya Runi, takutnya nanti di kasih obat tidur "

" Iya Mbak "

Sesampainya di terminal Bis, Mbak Tati dan Mbak Sri membantu membawakan barang barang Seruni.

Ibu sudah tidak bisa menahan tangisnya, sambil memeluk Runi Ibu memberikan pesan kepadaku  " Kamu jaga diri baik baik ya Runi, jangan lupa kirimi kami surat "

" Iya Bu, aku akan kirimi Ibu surat setiap minggu. Ibu jangan lupa makan ya Bu, jangan capek capek di sawah " Rumi memeluk Ibunya erat sambil menahan tangisnya.

Ia tidak mau membuat keluarganya khawatir dan berat melepas kepergiannya ke Bekasi.

Sopir Bis sudah membunyikan klakson tanda bis akan segera berangkat, Seruni bergegas untuk naik.

Sesampainya di tempat duduknya Ia melihat sekali lagi keluarga yang mengantar kepergiannya.

Doakan anakmu ini ya Buk, agar bisa sukses merantau ke kota orang, ucap Seruni dalam hati.

Dan bis pun melaju meninggalkan terminal bis untuk menuju ke kota Bekasi.

Terpopuler

Comments

Fitri

Fitri

semangat

2023-09-25

0

Fitri

Fitri

Aku sudah mampir kak

2023-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!