Tiga hari berlalu, itu artinya Wisely sudah tiga hari menempati villa tanpa bisa pergi ke manapun selain berjalan-jalan di sekitar villa. Sungguh hal yang membuat dirinya semakin stres dan membuatnya terjebak. Rasa jenuh dan marah mendera dirinya, ingin protes namun kepada siapa.
Pagi itu seperti biasanya ia membuat sarapan pagi dalam hening dengan raut wajah muram. Apa yang dikatakan oleh para pelayan waktu itu benar. Persediaan makanan lengkap dan dapat bertahan lama karena ia termasuk orang malas makan.
Roti panggang dengan olesan srikaya, telur rebus dan segelas susu tertata di atas meja makan. Itu adalah hasil dari olahan tangannya pagi itu.
Dengan wajah datar Wisely menikmati sarapan itu. Pikiran selalu berpusat pada seseorang, pikiran yang sejak tiga hari ia berada di sana.
"Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana cara untuk aku keluar dari villa ini?" Wisely bergumam kepada dirinya sendiri. Ya, tidak ada kendaraan yang dapat membawanya ke manapun. Mobil, sepeda motor sama sekali tidak ada.
Sungguh suaminya itu membatasi akses untuk dirinya. Bahkan jaringan untuk berkomunikasi saja sengaja di putuskan. Benar masalah ini tidak adil, Wisely ingin protes ketika suaminya atau siapapun yang akan berkunjung ke villa.
Dengan helaan nafas kasar ia menyandarkan punggungnya usai menyesap segelas susu hingga tak bersisa, hingga menyisakan warna putih di ujung ke-dua bibirnya.
Brak!
Bunyi dentuman cukup keras yang berasal di atas meja tepat di depannya spontan saja membuat lamunan level tinggi Wisely membuyar. Ia sungguh kaget karena terjadi begitu saja. Kedatangan sosok itu sama sekali tak ia sadari.
"Kau puas! Menghancurkan segala-galanya!" suara lantang dan penuh penekanan itu membuat Wisely menadah ke atas.
Deg!
Matanya melebar setelah tau siapa sosok yang tengah berdiri dengan ke-dua tangan di masukan ke kantong celana dengan tatapan tajam dan rahang mengeras seperti ingin menelannya bulat-bulat.
Karena tidak sanggup membalas tatapan mengerikan itu, ia segera membuang muka sembari mengigit bibir bawahnya, memandang sebuah map yang baru saja di lemparkan tepat di atas meja yang hampir saja mengenai gelas bekas susunya.
"Aku sangat membencimu!" usai melemparkan kalimat kejam di ikuti rasa jijik itu, lelaki berwajah tampan tersebut bergegas dengan langkah lebar meninggalkan meja makan menuju tangga.
Wisely yang dilemparkan dengan kalimat kejam dengan mimik jijik itu hanya bisa terdiam dengan tatapan kosong masih memusatkan pandangannya di sebuah map. Apa yang dikatakan oleh lelaki itu yang tak lain adalah suaminya sama sekali tak membuatnya marah.
Tangan Wisely meraih map tersebut, dalam diam ia sudah dapat memastikan isi dalam map yang sudah berada di tangannya.
Sebelum membukakannya, Wisely mengatur nafasnya untuk sedikit tenang terlebih dahulu. Mulai merasa tenang, map itupun di buka dengan perlahan. Kemudian mulai membaca setiap tulisan yang tertera di sana. Di sana juga terdapat beberapa kartu dan sebuah kunci brankas.
Dengan mata terpejam Wisely menyudahi. Ternyata beberapa dokumen penting itu adalah salah satunya pemindahan kepemilikan perusahaan dan juga harta kekayaan Januar menjadi atas namanya, sesuai keinginan Wisely dari awal.
Seharusnya Wisely senang menerima semua ini, namun itu tak berlaku bagi wanita yang baru tiga hari itu menyandang status menantu keluarga Januar.
Masih dengan wajah datar Wisely merapikan dokumen-dokumen itu kembali seusai mencerna semuanya. Karena perasaannya menjadi kacau membuatnya berniat mengurungkan diri ke dalam kamar.
Di dalam kamar Wisely mendudukkan tubuhnya di sofa panjang dengan raut wajah penuh salah. Mengingat dokumen-dokumen itu membuatnya teringat pada kejadian yang menyatukan mereka dalam pernikahan.
"Hiks....hiks....!"
Sejak beberapa jam wanita itu menangis dengan posisi duduk di sebelah seorang lelaki yang tengah tertidur pulas. Wanita itu membalut seluruh tubuhnya hingga leher dengan sebuah selimut tebal. Ia terus saja menangis seakan sesuatu besar yang terjadi kepada dirinya dengan lelaki tersebut.
Sementara lelaki itu sama sekali tak merasa terganggu. Deru nafas halus masih saja terdengar tenang menemani tidur yang begitu pulas.
Tiga puluh menit kemudian tiba-tiba tidurnya terusik usai wanita itu menangis sejadi-jadinya begitu nyaring. Dengan mata berat lelaki itu berusaha membuka matanya.
Samar-samar pandangannya berpusat pada wanita yang terduduk di sebelahnya sembari menangis tersedu-sedu.
Karena tak habis pikir, lelaki itupun memperhatikan penampilannya. Matanya melebar setelah mendapati dirinya yang hanya mengenakan pakaian dalam.
Seketika kepalanya bertambah semakin pusing. Berusaha mengingat bagaimana bisa dia berada di dalam kamar asing tersebut. Dan lebih mencengangkan lagi ada wanita asing di sebelahnya dengan keadaan kacau.
Wanita itu pun mencecar dirinya hingga mengancam yang berhasil membuatnya tak bisa berkata-kata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
❤ Nadia Sari ❤
Suami Wisely siapa ya?
2023-03-13
0