Alunan musik rancak terdengar di ruang tengah yang disulap menjadi tempat pesta kecil. Kebosanan yang menyeruak membuat para penghuni mencari cara untuk mengusirnya. Beberapa penulis memilih untuk menghabiskan malam dengan berkumpul, sambil berbual-ria penuh gelak tawa.
Cornellio Syam sedang asyik mengobrol dengan Adrianna Chen di sudut ruangan yang temaram. Keriuhan malam membuat mereka terhanyut suasana, tanpa peduli dengan apa pun yang di sekitarnya. Gelas-gelas minuman beralkohol diedarkan menambah hangat suasana.
“Aku tidak minum minuman beralkohol,” tolak Aldo Riyanda, ketika Rania menawari satu gelas minuman berbuih padanya.
Pria muda tampan itu sedang asyik dengan majalah ilmiah yang sedang ia baca. Kehadiran Rania sama sekali tak menarik perhatiannya.
“Tak ada salahnya mencoba ...,” kata Rania lagi. Seulas senyum tersungging penuh makna, seolah isyarat untuk mengajak bercinta.
“Lebiih baik tidak. Atau aku tak akan berhenti.” Aldo Riyanda tetap pada pendiriannya. Sorot matanya tetap berfokus pada buku yang sedang dibaca.
“Saat yang lain menikmati pesta, kamu masih saja membaca buku. Tidakkah itu sia-sia? Sementara banyak hari lain yang dapat kamu pakai untuk menuntaskan bukumu,” tanya Rania.
“Sia-sia? Buku ini lebih berharga daripada segala kebodohan yang terjadi di malam ini. Aku memilih menyendiri, walau di sekelilingku begitu riuh. Aku tak peduli!”
Rania tersenyum.
Maira yang malam itu tampil dengan gaun terbuka mendekati Rania. Dengan gerakan cepat, segera mengambil gelas yang ada di tangan Rania.
“Buat aku saja!” kata Maira, kemudian menenggak isi gelas itu sampai tandas.
“Bukannya kamu sudah minum tadi?” tanya Rania.
“Satu gelas lagi belum membuatku mabuk, Sayang!” sungging Maira.
Di mini bar, Michael tampak serius mencatat di hasil investigasinya dalam sebuah buku catatan kecil. Suara hingar-bingar musik sama sekali tak mengusik konsentrasi. Ia lebih fokus dengan apa yang ditulisnya. Sesekali ia menatap kosong, sambil mengernyitkan dahi. Ada sesuatu yang dipikirkannya.
“Kamu mau kopi?” tawar Rania kepada Michael.
“Aku nggak minum apa pun. Biarlah aku menuntaskan kasus ini!” kata Michael.
“Lebih baik kamu mencari tempat sepi agar terhindar dari kegilaan ini.”
“Menurutmu di bagian mana dari rumah ini yang benar-benar terhindar dari segala macam kegilaan? Semua yang ada di rumah ini adalah hal-hal gila!” ujar Michael.
“Take your time, Michael!” Rania berlalu meninggalkan pria berambut coklat itu, beredar ke seluruh ruangan untuk mencari lawan bicara yang sepadan dengannya.
Karena tak ada yang seorang pun yang sepadan, Rania bergerak menjauhi arena pesta menuju dapur. Kepalanya agak pening, karena menenggak segelas minuman beralkohol. Ini adalah pengalaman pertama baginya. Rasa penasaran membuatnya mencoba. Untuk menghilangkan pening, ia berpikir mungkin segelas air mungkin akan membantu untuk mengembalikan kesadaran.
“Mabuk?” tiba-tiba terdengan suara pria di belakangnya yang datang tiba-tiba. Yoga dengan seringai yang khas, muncul bagai setan yang datang tiba-tiba tanpa diundang.
Rania terkejut, tetapi tidak membalikkan badan ia cukup hapal dengan suara itu. Air dalam botol ia tuang dalam gelas.
“Tidak. Hanya sedikit pusing. Aku perlu segelas air!” kata Rania.
“Aku melihat apa yang kamu lakukan di pesta tadi.” Yoga mendekati Rania, membelai bahunya dari arah belakang.
“Memangnya apa yang kulakukan?” Rania tak bergeming.
“Aku melihat kamu beredar menggoda tiap pria yang ada di sana. Apakah aku belum cukup untuk memuaskanmu?” Dengan kasar, Yoga membalik tubuh Rania sehingga sebagian air yang ada di gelas terpercik membasahi baju Rania. Wajah mereka kini berhadapan. Tatapan liar Yoga berpadu dengan tatapan gugup Rania.
“Kami hanya berbincang ....”
“Oya? Kurasa itu bukan perbincangan yang normal. Terutama saat kamu berusaha menarik perhatian Aldo Riyanda. Senyum genitmu itu bisa saja membangkitkan gejolaknya,” ujar Yoga.
“Tidak seburuk yang kamu pikirkan, Sayang ....” Rania membelai pipi kekasih gelapnya itu.
“Satu hal, aku akan membunuh siapa pun yang menjamah tubuhmu!” geram Yoga.
Gemetar menjalar di sekujur tubuh Rania. Cengkeraman Yoga menguat. Dengan sekali hentak, tubuh wanita muda itu berhimpit ke tubuh Yoga. Bibir Yoga mulai menelusuri leher Rania. Tangannya mulai menyusup ke balik blus yang dikenakan Rania.
“Jangan di sini ...,” erang Rania.
“Aku mau di sini!”
Tiba-tiba suara Helen mengejutkan aktivitas pasangan itu. Sontak mereka melepaskan pelukannya. Kali kedua mereka tertangkap basah seperti ini, setelah sebelumnya Karina secara tak sengaja melihat perbuatan mereka di dekat kolam renang.
“Pergilah kalian dan carilah kamar!” perintah Helen.
“Maafkan kami, Helen. Kami hanya ....” Rania berusaha menjelaskan. Parasnya berubah pasi. Ia berharap hubungannya dengan Yoga tak diketahui siapa pun.
“Stop! Berhentilah bersandiwara. Aku tahu semua yang kamu lakukan!” potong Helen.
“Aku akan bergabung ke pesta!” ujar Yoga.
“Aku juga!” sambung Rania
***
Di sofa yang bergaya klasik, Maira masih berceloteh bersama Hans tentang hangatnya malam ini. Suara gelak tawa sesekali terdengar di antara mereka. Wajah dingin Hans menatap setiap lekuk tubuh Maira tanpa berkedip, seolah singa hendak menerkam mangsanya.
“Aku tak melihat Tiara Laksmi malam ini!” kata Hans.
“Siapa peduli dengan penulis murahan seperti dia? Kurasa dia sedang mencari inspirasi di kamarnya atau entah kemana. Tak seorang pun peduli dengannya!” Maira memberi komentar sambil menyesap minuman beralkohol yang digenggamnya.
“Dia sangat seksi, bukan?” desis Hans.
“Kamu menginginkannya?”
“Aku menginginkan banyak wanita, Maira! Aku dilahirkan untuk bercinta dengan banyak wanita. Karena hanya dalam dekapan wanita aku bisa memperoleh inspirasi menulisku, ” seringai Hans.
“Aneh ...,” cibir Maira.
“Apanya yang aneh?”
“Kamu menulis tentang mitologi, dewa-dewa kuno dan segala macam fantasi di negeri dongeng. Lalu apa hubungannya dengan dekapan wanita? Seharusnya kamu menulis tentang adegan ranjang, dan menggambarkan setiap detail yang kamu lakukan!”
Hans tertawa. Perkataan Maira tak dipedulikannya. Tatapan matanya semakin tajam, siap menerkam.
“Aku akan melihat apa yang dilakukan si seksi itu. Kamu tunggu aku di sini!” kata Hans sambil beranjak dari tempat duduknya.
“Kamu mau ke kamar Tiara dan bercinta dengannya?” selidik Maira.
“Apa pun yang kulakukan, bukan urusanmu!”
Hans melangkah menjauhi arena pesta. Langkah tegapnya bergerak menaiki tangga sempit berkarpet marun itu. Setelah sampai di depan kamar berpintu merah, ia mengetuk.
Tok-tok-tok
Wajah Tiara Laksmi tersembul ketika daun pintu terbuka. Sayang, parasnya berubah lesu ketika ia tahu yang mengetuk si muka vampire, Hans Christopher.
“Mau apa?” ketus Tiara.
“Menjemputmu untuk bergabung di pesta!”
“Aku lagi tidak enak badan. Lebih baik aku istirahat. Maaf!” tolak Tiara Laksmi.
“Ayolah! Ini adalah malam bersenang-senang buat kita, berkumpul layaknya keluarga. Pesta itu takkan lengkap tanpa kehadiranmu. Ayolah, minum segelas bir akan menghangatkanmu!” rayu Hans.
“Carilah gadis lain, Hans!”
“Aku senang lihat kamu marah, Tiara. Itu membangkitkan nafsuku.” Senyum sinis Hans terukir di ujung bibirnya.
Belum sempat Tiara merespons, dari arah lain muncul Aldo Riyanda dan Michael. Mereka berdua berjalan dengan langkah tergesa.
“Kalian melihat Karina?” tanya Michael dengan gusar.
“Karina? Ia tidak ikut berpesta malam ini?” tanya Hans.
“Kami tidak melihatnya sejak sore tadi,” kata Aldo Riyanda.
“Tadi sore aku bertemu di ruang baca bersama Cornellio. Dia bilang akan pergi ke kebun teh untuk mencari udara segar. Kukira sudah kembali di kamarnya,” sambung Tiara.
“Tak ada di kamarnya!” kata Michael semakin gusar.
“Jangan-jangan dia kabur ...” sungging Hans.
“Kabur dari kastil ini menuju kota sama saja dengan bunuh diri. Hanya ada kebun teh, tak ada apa pun. Jarak ke kota hanya bisa ditempuh dalam waktu dua jam menggunakan mobil. Tak ada jalan keluar!”
“Jadi bagaimana?” tanya Hans.
,
“Mari kita tunggu sampai besok pagi!”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 390 Episodes
Comments
𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊 𝚜𝚌𝚘𝚛𝚙𝚒𝚘 🦂
yeee.. dripda kamu, kelakuan mu yg murahan🙄🙄
2024-11-30
0
IG: _anipri
jangan-jangan si Yoga. kan kemarin Karina liat Yoga sama Rania lagi nglakuin hal nggak guna!
2023-01-04
0
IG: _anipri
masa sih Cornellio yg bunuh Karina?
2023-01-04
0