Sah

"Kau!!!" ucap keduanya bersamaan.

Emir tersenyum tipis dan terlihat meremehkan Mutia.

"Apa ini gadis yang ingin jodohkan dengan ku?" tanya Emir dengan tatapan remeh pada Mutia, dia bahkan terus menatap naik-turun menilai penampilan gadis itu.

Mutia menatap jengah, dia seakan tengah di kuliti oleh pria itu.

"Lumayanlah, tapi sifatnya enggak banget, dari wajahnya aja kelihatan banget matre dan juga jutek," bisiknya hanya dalam hati.

Dipandang seperti itu oleh Emir Mutia menatap jengah, "apa dia pikir aku setuju dengan perjodohan ini? aku juga tidak mau menikah dengan lelaki modelan seperti itu, pasti dia anak mamie yang manja." batin Mutia menolak

"Aku tidak setuju Nek? aku sudah punya pacar, lagipula apa nggak ada cewek lain?" lanjut Emir membantah sekaligus memohon kepada sang nenek.

Mutia membulatkan matanya, "dia bilang apa? nggak mau?aku pun tak sudi menikah dengannya, enak saja, dia pikir aku ini perempuan apa? cih..." omel Mutia tak terima namun hanya di dalam hati.

Emir tersenyum sinis, membuat gadis itu semakin merasa geram,

"Hei kamu pikir siapa dirimu, aku juga tidak bilang setuju, asal kamu tau aku juga tidak mau menikah dengan kanebo kering seperti mu."

"Apa kamu bilang?" Wajah Emir juga memerah karena marah, ''enak aja kamu bilang aku kanebo kering, dasar papan cucian,"

Mutia hendak membantah namun tangannya ditahan oleh ibunya.

"Sudah stop!" nenek Hamidah setengah berteriak. Menghentikan perdebatan yang tidak berarti ini.

"Apapun yang kalian ributkan, itu tidak akan mengubah keputusan nenek dan juga ibumu, Mutia, kalian berdua harus tetap menikah setuju atau tidak." tegas nenek Hamidah

"Tidak bisa begitu nek?" bantah Emir

Mutia menatap ibunya dengan wajah memelas,

"Ma.. aku akan menuruti keinginan Mama, aku akan menikah dengan siapapun kecuali dia Ma." ucap Mutia menunjuk wajah Emir

Liora menggeleng, Nenek hamidah melirik keduanya yang saling membuang muka, "tidak bisa kalian harus tetap menikah, sekarang juga." ucapnya.

"Tapi nek.."

"Tidak ada tapi-tapian, kau harus ikut perintah nenek."

"Nenek yakin dengan gadis ini, dia ini.."

"Emir, kamu dan dia sudah di jodohkan sejak kecil, tidak ada alasan lagi,"

"Nek!!!"

"Itu dia, penghulunya sudah datang." ucap nenek melihat kearah pintu, tampak dua orang berjalan beriringan, salah satu diantara nya menggunakan kopiah, mungkin itulah yang di sebut penghulu.

"Penghulu? sekarang?" tanya Mutia membulatkan mata. Melirik ibunya menuntut penjelasan.

"Mutia..."lagi suara liora terdengar memanggil namanya. Gadis itu menoleh.

"Mama..."

"Kenapa harus sekarang Ma?"

"Waktu Mama enggak banyak nak, cuma satu keinginan terakhir Mama melihatmu menikah," ucapnya lirih

"Tapi Ma.."

"Ini keinginan terakhir Mama,"

Mutia menitikkan air mata mendengar keinginan ibunya itu,

Sementara nenek Hamidah sedang bicara dengan Emir.

"Dengar, aku tidak main-main dengan ancaman ku. Sekarang terserah padamu, kamu putuskan saat ini juga, menikah dengannya lalu urus perusahaan atau aku akan mencoret namamu dari daftar kartu keluarga dan kau tidak akan pernah lagi mendapatkan apapun dariku. Apa kamu suka menyerahkan semua peninggalan Papamu pada Pamanmu? ancam nek Hamidah

'Sialan wanita tua ini mengancam ku, dia sengaja menggunakan perusahaan untuk membuat ku bertekuk lutut. Baiklah kali ini aku mengalah, tapi hanya kali ini, dan aku pastikan gadis itu sendiri yang akan pergi, karena aku akan menciptakan neraka untuk nya." batin Emir.

"Bagaimana?" tanya nenek karena Emir tak kunjung memberikan jawaban.

"Baiklah aku setuju,'' jawab Emir.

"Tia," panggil Liora

"Aku setuju, asal Mama janji Mama akan operasi dan sembuh,"

Liora tersenyum, "Mana janji nak," ucapnya lagi.

Di sinilah Mereka sekarang, duduk bersebelahan di kursi yang ada di ruangan itu, di depannya telah duduk seorang penghulu yang berhadapan langsung dengan Emir.

Emir terlihat tampan dan berwibawa. Pria itu menggunakan batik senada dengan calon istrinya, yang memang telah di siapkan nenek sebelum nya.

Sedikitpun Emir tidak melirik pada gadis yang sedang duduk menunduk di sebelahnya, tatapannya fokus pada penghulu yang berada di depannya yang mulai acara dan memulai proses ijab qobul.

Tak hanya nenek Hamidah dan juga Melia ada beberapa orang lagi yang menjadi saksi, yaitu Devi, Tante Susan dan dua orang bodyguard sang nenek.

Melia tersenyum bahagia melihat sang adik yang akan segera melepas masa lajangnya sebagai seorang kakak dia juga merasa khawatir karena Emir terkenal suka gonta-ganti pacar, Melia mendengar adiknya tidak pernah memiliki hubungan serius dengan seorang gadis.

Meski kemarin Emir mengatakan bahwa dia memiliki seorang kekasih tapi Melia tidak percaya, karena yang dia tahu adiknya tidak pernah serius berhubungan.

"Bagaimana bisa kita mulai tanya Pak penghulu, apakah kedua pengantin sudah siap?"

"Siap." jawab Emir mantap

Penghulu memulai acara hingga tibalah saat ijab qobul, terdengar dengan lantang suara Emir menghalalkan Mutia Bimantara menjadi istrinya dengan sekali tarikan nafas, dan terdengar sahutan sah daripada para saksi dan undangan.

Mutia memejamkan matanya menahan gejolak rasa yang ada di dalam dada. Hari ini statusnya telah berubah dari seorang lajang menjadi seorang istri.

Seorang istri dari seseorang yang bahkan belum dia kenal sama sekali.

Seperti apa orangnya, Bagaimana sifatnya, Apa pekerjaannya, dan yang paling penting adalah bagaimana karakternya.

Pak penghulu memintanya untuk mencium tangan Emir untuk yang pertama kalinya.

Dengan malas gadis itu mengangkat tangan itu dan mendekatkannya ke hidungnya lalu menciumnya.

Emir juga diperintahkan untuk mencium kening istrinya. Keduanya membeku beberapa saat, Namun Emir adalah lelaki dewasa, mudah baginya menguasai keadaan. Dia maju untuk mencium kening Mutia, namun gadis itu bergerak menunduk hingga akhirnya dia hanya bisa mencium pucuk kepalanya saja.

Selepas kepergian nenek Hamidah Melia mendekati Mutia.

"Hai, kita belum kenalan ya, kenalkan namaku Meliani, Aku adalah kakak dari Emir dan berarti aku juga sudah menjadi kakakmu. Jadi jangan sungkan untuk bicara atau bertanya padaku," ucapnya tersenyum lebar

"Aku mutiara kak," ucap gadis itu yang juga tersenyum ramah kepada Melia.

"Kamu cantik sama seperti namamu," puji Melia

Terima kasih, kakak juga Cantik."

Melia melirik Liora yang terbaring, dia tersemyum ramah.

"Tante pa kabar? sudah lebih baik?" tanya gadis itu pada liora

"Alhamdulillah Tante sudah merasa mendingan,"

"Alhamdulillah, sebaiknya mulai sekarang persiapkan diri tante untuk operasi besok,"

"Besok?" tanya Mutia kaget.

Melia mengangguk, "Bisa kita bicara sebentar," ucapnya pada Mutia, gadis itu mengangguk setuju dan ikut berjalan keluar bersama dengan Melia.

Emir yang melihat kepergian kakaknya juga berniat untuk keluar dari ruangan itu.

"Eh, saya per..permisi dulu Tan," ucap Emir

"Nak Emir!" panggil liora

Langkah Emir terhenti, dia kembali berbalik menatap Liora, "Ya Tante," sahut pria itu pun mendekat.

"Tante tahu kamu terpaksa menerima pernikahan ini, Dan Kamu tidak menyukai mutiara.

Tapi satu hal yang Tante minta nak, Tante mohon apapun kesalahannya jangan pernah menyakitinya, dia sangat rapuh."

Emir diam, 'Bagaimana mungkin, aku justru berniat untuk menceraikannya nanti setelah aku mendapatkan semua warisan itu," batin Emir.

Liora menarik napas dalam, Melihat tubuh lemah Liora Emir merasa tidak tega, dia yang sejak kecil tidak memiliki seorang ibu merasa iba pada wanita yang terbaring lemah di depannya itu.

"Baik Tante, tante fokus aja pada penyembuhan tante."

"Terimakasih,'" ucap Liora tersenyum

*

*

"Maaf jika sebelumnya aku tidak memberitahu mu jika aku adalah kakaknya Emir."

"Eh tidak masalah dok,"

"Kok masih panggil dok, kakak dong,"

"Eh iya, dok eh kak." sahutnya

"Aku cuma berpesan jaga baik-baik ibumu, dan ingat jangan memberikan kabar yang membuatnya kaget apalagi syok, karena itu akan membahayakan nyawanya, apa kau mengerti."

"Mengerti dok,"

"Oh ya, kau pasti bingung bagaimana aku bisa tau, aku adalah salah dokter yang akan serta ikut dalam operasi jantung ibumu, berdoalah semoga ibumu segera sembuh."

"Terima kasih dok,"

Dokter Melia melangkah pergi, dan Mutia berdiri diam di tempatnya, bingung mau melakukan apa.

Semua hal yang baru dia alami membuat nya syok, dalam sekejap statusnya berubah.

Gadis itu masih ingat betul kemarin dia masih seorang gadis yang datang untuk menemui ibunya yang sedang sakit.

Mutia teringat obrolannya dengan dokter jantung kemaren malam.

"Kenapa dengan Mama saya dok?"

"Terjadi kebocoran jantung dan jalan satu-satunya untuk menyembuhkan ibumu adalah dengan operasi pemasangan ring atau cincin,"

"Apakah dengan Operasi ibu saya bisa sembuh?"

"Saya tidak berani menjamin, kita hanya berusaha dan saya katakan dengan jelas, kemungkinannya sangat kecil jadi kalian harus mempersiapkan diri dengan semua kemungkinannya yang terburuk.

"Apakah ibu saya mengetahui nya?"

"Saya rasa Iya, pasien sudah lama tau soal penyakitnya ini "

"Saya harap mbak bisa menerimanya, tetap ingat sekecil apapun kemungkinan itu jika Allah sudah berkehendak pasti bisa, yakinlah."

"Iya dok," sahut Mutia menyeka air matanya.

"Kapan ibu saya harus di operasi?"

"Sesegera mungkin,"

"Bagaimana dengan biayanya?"

"Sudah ada yang membayarnya, kamu tinggal mempersiapkan diri saja."

",Sudah di bayar? siapa yang membayarnya?"

"Silahkan tanya pada bagian administrasi,"

"Baik dok. Terima kasih."

"Satu lagi setelah ibumu sembuh nanti, dia tidak boleh mendengar berita yang mengejutkan. Mau itu berita yang membahagiakan ataupun berita yang menyedihkan. Sekali saja ibu mendapatkan berita yang membuat dia syok maka nyawanya tidak akan tertolong, paham"

"Iya dok,"

**

"Hei kita perlu bicara," ucap Emir membuyarkan lamunan Luna

"Katakan, aku tidak punya waktu,''

"Tidak disini, aku tunggu di alamat ini," Emir memberikan sebuah kartu nama, Mutia melihatnya alamat sebuah kafe

"Aku tidak bisa meninggalkan ibuku?" ucapnya lagi

"Aku tunggu jam lima, jangan membuatku menunggu," sahut Emir tak menanggapi ucapan istrinya, dia pun melenggang pergi.

"Menyebalkan," ketus Mutia menghentakkan kakinya dan berbalik masuk ke ruang perawatan ibunya.

Ada yang tau nggak, Emir mau bilang apa? jangan lupa komen ya ..

Terpopuler

Comments

Far~ hidayu❤️😘🇵🇸

Far~ hidayu❤️😘🇵🇸

cis .. Casanova rupanya si Emir .. kunun katanya punya tapi pacarnya rame ...

2023-03-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!