"Wanita ini harus kita penjarakan! Dia pasti mata-mata." salah satu pria yang ternyata dari sekelompok tentara nampak agresif melihat Nina yang tidak sadarkan diri. Semua belum ada yang berani memegang tubuhnya takut jika ternyata ini hanya sebuah pancingan untuk mereka.
"Apa yang kalian lihat? Dia butuh pertolongan." Seorang pemimpin dalam kelompok itu yang bernama Kevin segera mendekat. Tangannya mendarat pada kening Nina. Denyut nadi pun ia periksa dan ternyata Nina hanya pingsan. Segera Kevin membawanya masuk ke dalam helikopter yang jaraknya beberapa meter dari tempat mereka saat ini berkumpul.
Sesuai dengan kesepakatan jika mereka akan kembali ke kota malam ini juga usai rapat. Selama perjalanan tak ada satu pun dari mereka yang berani berbicara saat Kevin memberi perintah untuk membantunya merawat Nina. Beberapa luka mereka bersihkan dengan cekatan dan memberinya obat.
"Nina dimana Ayah?" ketika tiba di rumah justru Riana menghampiri sang suami yang nampak sulit mengatur napasnya.
Ketiga pria yang berniat menghabisi nyawa Nina justru kembali tanpa membawa jejak wanita itu. Semua orang yang ada di rumah itu tak ada yang berani bersuara melihat kemarahan dari Faris.
"Dia sudah kami habisi di jurang desa sebelah." ujar Bara adik dari Nina.
Mendengar itu Riana menangis histeris. Terlebih ia melihat bercak darah di parang sang suami yang ia pikir itu adalah darah sang anak ketika di habisi nyawanya. Riana menggeleng tak percaya, air matanya bercucuran kian derasnya saat ini.
"Anakku...tidak. Kalian jahat!" Ia berteriak memukul dada sang suami.
"Hentikan, Riana!" Suara menggema dari Faris membuat Riana berlari ke kamarnya. Ia menangisi kepergian sang anak yang bahkan ia tidak tahu dimana keberadaannya saat ini.
Di ruang tengah Faris dan sang anak serta Reno sang kakak nampak bebincang-bincang.
"Apa yang kita katakan pada warga, Faris? Nina pasti akan di tanya mereka kemana perginya. Sedangkan di usia pernikahan mereka yang masih baru belum waktunya untuk meninggalkan desa ini." tanya Reno pada Faris.
Sebab memang benar adanya. Peraturan di desa mereka jika menikah dengan seorang yang memiliki derajat tinggi di desa itu tentu tidak semudah itu membawa gadis keluar begitu saja dalam waktu yang cepat. Devan, suami Nina harus melewati beberapa upacara untuk pelepasan Nina ke kota. Bahkan beberapa syarat harus bisa Devan lewati dengan ujian.
Namun, semua telah usai dengan pria itu kabur membawa banyak perhiasan yang Faris berikan di acara pernikahan mereka. Mengira Devan benar sosok pria yang kaya dari kota membuat mereka sangat yakin, bahkan Devan melakukan acara pernikahan dengan mewah di desa itu yah meski di hitung itu hanya acara sederhana bagi orang kota seperti Devan.
Sayangnya, keluarga Nina sangat haus akan kehormatan. Dengan mudahnya ia menjodohkan Nina pada pria kota yang ia tidak tahu asal usulnya.
"Aku pun tidak tahu harus menjawab apa, Kak. Akan ku pikirkan itu saat ini." Dengan tubuh lelahnya Faris melangkah memasuki kamarnya.
Wajah seram itu sungguh membuat Riana sangat muak. Ia benar-benar tak suka melihat wajah sang suami saat ini. Desa tempat mereka tinggal saat ini memanglah sangat jauh dari perkotaan. Dan itu membuat mereka sedikit tertinggal tentang perkembangan zaman yang semakin mengerikkan. Dimana pernikahan bukanlah suatu hal yang serius bagi sebagian orang.
Riana memilih keluar dari kamar meninggalkan sang suami dan tidur di kamar Nina. Ia begitu sedih kehilangan sang anak. Satu-satunya anak gadis yang sangat ia sayangi justru harus berakhir dengan sia-sia. Bahkan Nina begitu banyak di idamkan oleh pemuda di desa itu.
***
Satu persatuu pria dengan penampilan siap bertempur meloncat dari helikopter kala benda berkipas itu mendarat sempurna di helipad di salah satu markas mereka. Satu mobil ambulance menyambut mereka atas perintah Kevin sang pemimpin. Pria itu menggendong Nina hingga meletakkan wanita itu di ambulans.
Mereka menuju rumah sakit khusus tentara. Di perjalan Nina merasa tubuhnya bergerak seolah dalam perjalanan. Samar matanya terbuka begitu berat. Rasa pusing menyerangnya kala darah di tubuhnya begitu banyak terbuang.
"Siapa dia?" tanya Nina dalam hati yang tak kuasa untuk bersuara sebab terlalu lemas. Hanya pandangan mata yang kecil melihat wajah tampan dengan coretan di wajahnya. Sungguh Nina merasa berada di dunia mimpi. Sebab dalam ingatannya ia sudah meloncat setinggi mungkin namun sebuah benda panjang untuk kedua kalinya laju terlempar ke arah tubuhnya.
Yah, parang itu adalah milik sang adik yang ingin sekali mencabut nyawa sang kakak. Di saat itu pula Nina tidak sadarkan diri. Itulah sebabnya ia mengira jika dirinya tidak selamat dan saat ini sedang berada di surga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Wirda Wati
lanjuut
2023-04-15
0
🇬 🇪 🇧 🇾
ceritanya bagus dan enak dibacaaa.sukses othor❤️
2023-03-12
2