Episode 1
si tamvan
Yoh guys, cs new lagi nih, moga kalian suka ye:v
"Ekhem!! Sebelum gw mau ngasih tau, kalo di sini akan ada logat Jawa yang mungkin akan susah di pahami. Jadi jika ada yang paham, bisa tanya dengan komentar.
dan latar tempat untuk episode Pertama ini adalah Desa ygy."
Seorang pria yang sedang duduk di samping makam, dengan membacakan doa-doa.
Setelah berdoa cukup lama, kemudian dia memegangi batu nisan itu dan menciumnya
Ternyata itu adalah ibunya, yang meninggal beberapa hari yang lalu.
Terlihat jika Pria itu sangat terpukul atas kepergian ibunya itu, lalu dia meneteskan air matanya dan mulai menangis.
Febri
Hiks...kenapa, kenapa Ibu meninggal kami..
Pria itu menangis tersedu-sedu tanpa henti, sambil bertanya-tanya kepada ibunya yang didalam kubur itu.
Disisi lain terlihat 2 orang pria, yang sedang memperhatikan Febri dari jarak jauh.
Melihat Febri yang menangis didepan makan ibunya, membuat kedua pria itu menjadi kasihan padanya.
Rosy
Huhhh... kasihan sekali Febri
Dika
Iya cok, hikss...aku jadi ingin ikutan menangis
Rosy
Yeeee si anj*ng malah ikutan nangis!
Dika
Coba kau diposisi ne Febri, nangis nggak?
Dika
Ooo... gitu ya, yowes aku sumpah no ibumu nyusul besok
Rosy
Weh.. janganlah cok, masa kowe doa no ibu ku meninggal
Dika
Yee..Katane tadi nggak nangis
Rosy
Y-yaa...Ish udahlah, ayo kita pulang!
Rosy yang bingung harus menjawab apa, lalu memutuskan untuk pulang dan meninggalkan Dika.
Dika yang melihat tingkah laku sahabatnya itu, hanya tertawa cengengesan.
Sebelum beranjak pergi, Dika melihat kearah Febri yang masih duduk disamping makam ibunya.
Dika
Yang sabar Feb, aku yakin ini cobaan yang berat bagimu
Dika lalu berlari menyusul Rosy yang berjalan sudah lumayan jauh.
Hari sudah mulai gelap, Febri yang tadinya duduk menangis di samping makam ibunya sambil mengeluarkan uneg-unegnya.
Kini sudah mulai tenang dan berhenti menangis
Febri
Semoga ibu tentang di sana, dan bertemu dengan ayah
Info: Saat Febri masih kelas 3 SD, ayah Febri mengalami kecelakaan yang membuat ia meninggal dunia.
Febri lalu berjalan pulang, meninggalkan makam ibunya
Sesampainya di rumah, Febri lalu mencuci kaki dan tangannya
Febri lalu menoleh kearah asal suara itu, dan terlihat seorang wanita separuh baya yang sedang mengambil jemuran.
Bude
Habis dari pemakaman ya?
Bude
Owalah, kok ngasi jam gini toh?
Febri
Tadi soalnya doain untuk ibu agar tenang di sana
Bude seketika diam mendengar perkataan dari Febri, karena dia sangat paham dengan perasaannya Febri.
Karena selama ini, Febri sudah bolak-balik ke pemakaman ibunya selama 7 hari full.
Selama itu Febri selalu pulang terlambat, dan dengan mata yang merah seperti habis menangis.
Febri
Kalo gitu Febri masuk dulu ya bude, mau mandi
Febri lalu masuk kedalam rumahnya, sedang bude masih berdiri di sana.
_Woww, gg banget latahnya ☕🗿
Bude
Hishh! Kowe kok ngageti wae
Pakde
....Febri wes muleh?
Pakde
Ooo... Kasihan ya, ws 7 hari bolak-balik makam
Bude
Ya pye maneh, Febri iku bocah e sayang banget sama ibuk ne
Pakde
Hehehe...iya, kayak cinta ku padamu
Bude
Halahh, tuwek-tuwek kok gombal
Bude
Wes sana mandi, baumu iku lo kayak ta*k wedos
Pakde
Iya-iya tak mandi aku
_Hehehe, apakah kalian paham gaes☕🗿
Sementara itu di posisi Febri
Perempuan yang mempunyai paras cantik dan wajah putih mulus, dengan rambut hitam halus dan panjang. postur tubuhnya yang ramping.
Dia adalah adik perempuan Febri yang bernama Helena, yang masih menduduki di kelas 10 SMA.
Karena kecantikannya itu, banyak laki-laki di desa itu mau pun desa tetangga yang menyukai Helena.
Orang-orang di desa itu, menyebut Helena dengan sebutan kembang desa.
dan tidak kalah penting juga, dia adalah satu-satunya keluarga Febri yang masih ada saat ini.
Helena menatap wajah Febri dengan sek sama, dan melihat mata Febri yang kemerahan.
Helena
Kakak habis nangis?
Febri
Sudahlah, kakak mau mandi dulu
Febri lalu berjalan melewati Helena, dan mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi.
Helena yang melihat tingkah kakak menjadi kasihan, walaupun terjadi hal sama.
Namun Helena tidak terlalu memikirkannya, walaupun dia sebenarnya juga sedih atas kepergian ibunya.
Malam harinya, Febri dan Helena sedang makan bersama.
Mereka makan dengan lauk seadanya seperti tempe, tahu dan sayur bayam.
Helena
Kakak ayo makan, nanti makanannya jadi dingin loh
Febri
*melahap makanannya*
Helena
makanannya, enakkan?
Febri melihat wajah adiknya yang menatap dirinya dengan penuh harapan, agar mendapatkan pujian dari kakaknya itu.
Febri
Ini enak sekali Helena, kamu memang sangat pintar dalam memasak
Helena
Hehehe... makasih kak
Febri
Oh ya, bagaimana sekolahmu? nggak nakal kan?
Helena
Aman kak, Helena selalu mengingat nasehat dari kakak
Febri seketika menjadi terdiam sejenak, dan itu membuat Helena yang melihatnya bertanya-tanya
_Okeh cuy sekian dulu episode kali ini, maaf jika ada bahasa yang mungkin kalian tidak mengerti
si tamvan
Oke sekian dari saya
si tamvan
terimakasih, see you next episode
Comments
Iga Bakar
Akun saya hilang😭 ini gw rio si banyak bacot itu
2024-02-11
1
ωαηi
org malay bilek🗿
2023-12-23
0
Rio
tidak
2023-12-04
0