"Sabar, Non_saya juga bingung mau ngomongin apa. Saya 'kan, cuma babu disini."
"Tapi kamu adalah orang terdekatku di sini, Puspa. Kasih saran kek, apa gimana. Pokoknya, aku ngga mau nikah! Apalagi sama siapa itu ngga tahu."
Semburat bahagia tampak di wajah Puspa. Karena memang, Puspa tak hanya menganggapnya sebagai Nona muda, tapi sudah seperti adiknya sendiri. Tapi, untuk kali ini Ia tak berani memberi saran apapun, karena semua keputusan tampaknya sudah bulat di tangan Tuannya.
Tap... Tap... Tap.... Langkah kaki yang begitu anggun datang tanpa permisi, bahkan mengetuk pintu.
"Bukankah, sudah ku bilang jika kau pergi saja. Aku ingin memberi saran tadinya, tapi malah kau anggap lain."
"Ya, karena setiap perkataan yang keluar dari mulutmu itu semuanya tak ada yang baik." jawab Sora dengan ekspresi datarnya.
"Papi sudah menemukan jodohmu, dia adalah anak seorang pemilik restaurant ternama di kota ini. Dan ketika kalian menikah, Restaurant itu akan di janjikan untuk buka cabang di hotel Papi." ujar Ayu, membongkar semua yang seharusnya masih di rahasiakan.
Ingin rasanya Sora mengelak tak percaya. Tapi kali ini, hati terkecilnya bilang jika Ayu benar.
" Pernikahan akan tetap di laksanakan, meski dengan mempelai pria yang berbeda."
Ayu tersenyum iblis, lalu meninggalkan Sora dan Puspa di kamarnya.
"Hah? Ngga mau, pokoknya ngga mau. Ngga mau di jodohin, apalagi ini sama sekali ngga kenal." gerutu Sora.
"Ya... Bicara saja sama Tuan Papi, tapi kali ini dengan memohon, supaya hatinya luluh."
"What? Memohon?"
"Ya, gimana lagi?" tanya Puspa yang juga kehabisan ide.
Seharian dibuat Sora dan Puspa termenung, dan seharian juga Sora. Tak menyentuh makanannya sama sekali. Nafsu makannya hilang seketika, kekesalannya tak dapat terbendung lagi.
Ia mencoba menemui Sang Papi untuk bicara, tapi nampaknya terlalu sulit untuk bertemu, meski mereka Satu rumah. Papi Sora memilih diam dan menenangkan diri di kamarnya. Malam ini.
"Pi.... Sora ngga mau nikah sama dia, Pi. Papi faham ngga sih, maunya Sora?" teriaknya dari luar, tapi tak di jawab sang Papi.
"Sora nekat bunuh diri loh nanti, kalau Papi begini terus. Sora juga punya hak menentukan masa depan Sora sendiri loh. Ngga bisa begini!" teriaknya lagi, dengan berkali-kali menendangi pintu kamar Papinya, tapi tetap tak di dengarkan.
Sora anak orang kaya, tapi Ia merasa begitu miskin, apalagi jika bicara tentang kasih sayang. Meskipun, apa saja yang Ia minta akan dituruti langsung oleh seisi rumahnya nerdasarkan amanat Papinya. Tapi, ketika Sang Papi memiliki sebuah kehendak untuk Sora, maka Ia pun harus bisa menurutinya sebisa mungkin.
Akhirnya Sora lelah, Ia pun kembali ke kamarnya untuk merebahkan tubuh sejenak.
Tampak Puspa sedang membereskan lemarinya yang penuh dengan pakaian tak terpakai.
"Non, bajunya masih bagus-bagus banget, sumbangin aja ya, ke pembantu sebelah rumah."
"Hmmm,. Terserah." jawab Sora yang tengah memijati kepalanya.
Puspa malam ini di perintahkan untuk selalu menjaga Sora di kamarnya. Hingga tidurpun, Puspa harus berdampingan Sora dan mengusahakan untuk tak pernah lengah.
Pusa sudah berusaha, tapi rasa kantuk manusia normal begitu kuat menggelayut di mata bulatnya itu. Hingga akhirnya Ia bangun tanpa Sora di sampingnya.
"Loh, kemana?" tanya nya pada semua tembok yang menjadi saksi kunci. Pasalnya, semua pakaian yang Puspa bereskan dalam sebuah tas semalam pun hilang.
"Ya Ampun, gimana bisa pergi, di luar 'kan penjagaan ketat?" gumamnya lagi.
Dan kali ini, Puspa segera bangun dan memberi tahu semua orang di rumah itu.
"Tuan besar... Tuan..!" pekiknya berlarian di rumah besar itu.
Semua orang berlarian menghampirinya dan ikut cemas seketika.
"Kamu kenapa?" tanya Ayu.
"No-Nona.... Itu Sora kabur." jawab Puspa dengan terengah-engah.
"Hah! Kabur?"
Ardy dengan begitu cekatan langsung menghubungi semua anak buahnya yang tersebar di seluruh penjuru kota. Ia pun memerintahkan mereka berpencar untuk mencari Sora kemana saja, termasuk ke tempat terpencil dan kumuh sekalipun.
"Jangan lupa, kirim beberapa orang ke Bandara. Siapa tahu, Dia ingin pergi ke luar Negri." himbaunya.
Semua menuruti Ardy dengan sigap. Lalu menyebar sesuai dengan perintah Bos mereka.
"Gawat kalau Papi tahu." ucap Ayu lirih.
"Apa yang gawat?" tanya Papi yang tiba-tiba datang dengan tongkatnya.
"Pa-papi...." Ayu gugup, dan Puspa bersembunyi di belakangnya.
"Katakan! Apa yang terjadi pada berandalan itu?" bentak Tuan Hartono dengan keras.
"Nona Sora meninggalkan rumah tapi saya ngga tahu kapan dan kemana." jawab Puspa tanpa jeda.
"Apa? Sora..... Soraaaaa!" pekik Papinya dengan begitu kuat, hingga nafasnya sesak.
"Pa-papi...." panggil Ayu yang cemas di susul Ardy yang tak kalah paniknya.
Ia langsung memanggil dokter keluarga mereka, dan memeriksanya di kamar. Hampir setengah jam pemeriksaan, tapi belum juga terbangun dari tidurnya.
"Tidak apa, dia hanya syok. Biarkan saja tidur sejenak, dan ketika bangun berikan obat ini. Dan jangan lupa, tenangkan Ia dengan berbagai cara."
"Baik, dok. Terimakasih." jawab Ayu, dengan menerima resep itu, lalu meminta Puspa untuk segera menebus nya.
Ayu dengan setia menunggu sang mertua dengan terus memijat tangannya. Tampak Ayu begitu khawatir, meski hatinya juga lega ketika Sora kabur dari rumah.
Bandar Udara Perdana Halim kusuma, Jakarta.
Sora berjalan dengan menenteng tas besar berisi pakaiannya. Meski Ia tahu, isinya adalah pakaian jadul miliknya. Dan Ia pun kini demikian. Menggunakan celana Jogger hitam, sweter bisgsize berwarna coklat dan topi hitam yang Ia turunkan hingga menutupi wajahnya.
Sora pun tahu jika orang Ardy akan mencarinya ke seluruh kota, dan akan memblokir semua ATM dan credit cardnya. Sehingga ketika pergi, Ia langsung menarik uang yang banyak untuk keperluan kaburnya. Ia pun telah membeli tiket untuk ke suatu tempat yang jauh, yang bahkan tak akan terfikirkan oleh Ardy.
"Perhatian seluruh calon penumpang. Perhatikan foto yang terpajang di layar besar. Terdapat foto seorang gadis yang tengah meninggalkan rumah, bernama Sora Ayudia Hartono. Bagi yang menemukannya di dalam mau pun di luar Bandara ini, harap segera melaporkan kepada satpam atau hubungi nomor yang tertera."
"Shiiiit! Dia bahkan memajang foto terjelekku di depan umum. Berengsek!" gerutunya pada Ardy.
Dengan langkah yakin, Sora membalik tubuh dan berusaha menghindari tatapan orang darinya.
"Itu dia!" pekik seorang pria berjas hitam.
Sora kemudian berlari tanpa jeda, menabrak seluruh orang yang ada di hadapannya, bahkan meloncati pagar pembatas yang ada dengan mulus.
"Aaah, tak sia-sia selama ini belajar taekwondo." pujinya terhadap diri sendiri.
Mereka pun begitu, mengejar meski harus menabrak semua orang yang ada di sana. Tapi beberapa orang melawan karena di anggap sebagai perusuh. Mereka pun tampak di serang oleh para penumpang yang kejar jadwal disana.
"Nona...! Jangan pergi, Tuan mencarimu.." pekik salah satu dari mereka.
Tapi Sora tak perduli, bahkan masih sempat memberikan sebuah kissbye untuknya, dan pergi menggunakan taxi.
"Haish... Sial! Aku rugi tiket pesawat kalau begini. Bagaimana bisa pergi."
"Mau kemana, Nona?" tanya Sang supir Taxi.
"Ke loket Bus aja, naik Bus aja lah biar aman." Semoga pencarian mereka tak sampai kesana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
N Wage
semoga sora adalah seorang wanita tangguh.
tegas,kuat,tak mudah diintimidasi.
2023-03-12
0
Pujiastuti
semoga selamat dan lolos dari keharan anak buah kakakmu ya sora,,,,,
2023-03-12
2