Pembantuku Konglomerat
"Padahal, aku sudah meninggalkan pria yang ku cintai demi menuruti permintaan Papi, yang menjodohkan kita. Tapi, kenapa kamu justru berselingkuh, ketika hari pernikahan sudah semakin dekat?"
Ucap Sora Pranata, yang memergoki calon suaminya sedang berselingkuh dengan wanita di dalam kamar apartemantnya. Dua pasangan selingkuh yang kini hanya mengenakan pakaian minim, dengan canggung harus menerima semua emosi Sora. Padahal, Dua minggu lagi Sora akan menikah dengan sang pria, dan semua persiapan nyaris sempurna.
Sora yang demi menjadi anak berbakti, rela meninggalkan Sang kekasih yang sudah di pacarinya selama Lima tahun, untuk menikahi Afdal. Ia adalah anak dari sahabat dekat ayahnya.
"Maaf, jika kamu mau memaafkanku... Kita akan lanjutkan pernikahan. Tapi jika kamu tak ingin, aku akan minta Papa batalin semuanya."
"Gampang kamu ngomong begitu? Keluargaku akan malu, kamu tahu ngga?" pekik Sora dengan begitu kuat.
"Aku sudah bilang, aku ngga cinta sama kamu. Kamu 'kan, yang nekat mau menikah sama aku."
"Iya... Aku yang bodoh karena telah menuruti semua kemauan Papi. Padahal aku sudah memiliki kekasih. Ya... Aku yang salah, mungkin ini karmaku. Sudahlah, terimakasih atas semua perhatianmu selama ini."
"Besok aku akan bawa Papa ke rumah, untuk membatalkan semuanya." ucap Afdal.
"Jangan, itu akan membuat orang tuaku malu. Apalagi, ketika orang bilang jika anak gadisnya telah di tolak mentah-mentah oleh Pria." senyum Sora kecut.
"Biarkan, mereka tahu jika Aku yang memutuskan. Setidaknya, kecewanya hanya padaku."
Sora kemudian melepas cincin pertunangan mereka, dan memberikannya kembali pada afdal. Dan dengan langkah gontai, Sora berjalan menapaki lorong Apartemen yang begitu panjang itu.
Cliiiing! Pintu lift terbuka, dan Ia langsung masuk kedalamnya. Ia sendirian, hanya dapat menatap bayangannya sendiri yang begitu menyedihkan. Ia akhirnya menuerah dengan keadaan, dan duduk memeluk lututnya. Air mata yang Ia tahan akhirnya pecah, Ia menangis sejadi-jadinya di dalam keheningan dan kesendirian itu. Menangis hingga sesak dan lemas, tapi hatinya sedikit lega.
Pintu kembali terbuka, Sora mengusap bersih air mata di pipinya. Ia pun segera kembali pulang, dan mengatakan penbatalan pernikahannya pada Sang Papi.
Plaaaak!
"Bodoh, kenapa kamu batalin? Bisa hancur persahabatan Papi sama Om Leo kalau begini."
"Maaf, Pi. Sora ngga cinta sama Afdal."
"Cinta? Apa kamu bisa kenyang karena cinta? Bahkan lelaki pengecut itu, tak pernah berani untuk mendatangi Papi, atau bahkan berusaha merebut kamu dari afdal. Sadar, Sora... Dia ngga pantas kamu perjuangkan!"
"Maaf, Pi." sesal Sora, yang duduk menunduk dhadapan sang ayah.
Perkataan Papi Sora, jika mantan kekasih Sora itu tak layak di perjuangkan. Bahkan, Ia telah pergi jauh entah kemana, bahkan tanpa kebar sama sekali, seolah hilang di telan bumi.
Semua orang tahu, jika mereka sebenarnya saling mencintai, dan tak sedikit yang mendoakan, jika mereka berjodoh dan akhirnya akan bersanding di pelaminan. Tapi apa boleh buat, bagi Sora orang tuanya lebih penting kala itu.
Kini, gadis berusia Dua puluh empat tahun itu hanya bisa diam. Semuanya telah hancur, pernikahan batal, bahkan mantan kekasihnya entah dimana. Ia tak punya arah dan tujuan lagi sekarang.
Sehari semalam pasca kejadian yang mengecewakan, seluruh anggota keluarga kembali sibuk, tapi bukan karena bahgia. Mereka dengan penuh rasa kecewa, berusaha membatalkan semua yang telah di rencanakan. Cancel Weding Organizer, Cancel dekorasi, bahkan membakar semua undangan yang telah diberi nama dan alamat yang akan di tuju. Beberapa kerabat pun sibuk menelpon kerabat jauh lainnya, untuk memberitahu semua pembatalan. Tapi, semua begitu sulit dan nyaris tak bisa.
Sora tahu, hati mereka sangat perih dsn kecewa. Tapi, jika Sora tetap memaksa pernikahan itu terjadi, maka pernikaha itu akan menjadi pernikahan yang tidak sehat di kemudian hari.
Sang Papi, kini hanya bisa menatapnya dengan perasaan yang begitu kecewa. Mungkin, andai saja bisa dan pantas, Ia akan memukuli Sora berkali-kali, seperti ketika Ia masih kecil dulu. Sora puas dengan ayunan tangan Sang Papi yang memang telah mendidiknya dengan keras dan harus selalu perfectional itu. Hingga Ia tak mau, jika ayahnya tahu bahwa Ia lah yang telah mengalami penolakan itu.
"Non, Ya Allah... Kenapa begini sih?" tanya Puspa, Asisten rumah tangga yang khusus diperuntukkan untuk Sora.
Puspa seusia dengan Sora, sehingga mereka begitu akrab dan nyambung jika mengobrol berdua dengan berbagai tema. Apalagi, Puspa adalah anak Mbok Iyem yang sudah puluhan tahun mengabdi pada keluarga Papinya.
Tuan Pranata sendiri adalah seorag konglomerat, pemilik Hotel Prasasti dengan cabang yang lumayan banyak di indonesia. Kekayaannya tak di ragukan lagi, dan tak akan habis untuk Tujuh turunan.
Pagi hari setelah kejadian menyakitkan itu. Tuan Pranata sengaja mengumpulkan orang yang ada di rumahnya. Sora bukan anak semata wayang, Ia memiliki seorang Kakak laki-laki berama Ardiansyah Pranata (Ardi). Ardi pun sudah memiliki istri dan seorang putra bernama Akito Ardi Pranata. Mereka tampak hidup bahagia, dan Ardi mengurus salah satu hotel milik Ayahnya. Hanya saja, Istri Ardi yang bermama Ayuna, sedikit kurang ramah pada Sora.
"Ada apa, Papi kumpulin kami disini?" tanya Ardi.
"Papi ingin membicarakan masalah Sora. Seperti yang kalian tahu, jika Sora sudah di pastikan batal menikah dengan afdal." jawab Tuan Pranata.
"Ya, semua orang tahu itu. Dan bahkan Satu keluarga besar seolah kehilangan muka karena kasus ini." lirik Ayuna, pada Sora yang sedari tadi hanya bisa diam meratapi nasibnya.
"Ya, seperti yang kalian tahu.... Bahwa sebenarnya Papi akan memberikan Saham utama Papi pada Sora, tapi karena pernikahan tertunda, maka pengalihan itu juga tertunda. Ardi masih menjadi pemegang sementara sekarang." ujar Tuan Pranata.
"Hah, Sementara? Bukankah, seharusnya Mas Ardi adalah pewaris utama dari semua aset Papi?" celetuk Ayu.
"Ayu... Apa-apaan kamu? Ini bukan hak kamu untuk bicara." tegur Ardi padanya.
"Aku hanya ingin mempertahankan Hak dari seorang anak lelaki satu-satunya di keluarga ini, Mas."
"Tapi ini semua bukan urusanmu. Stop berbicara!" tegas ardy pada istrinya.
Ayu mendengkus kesal, bibirnya mengerucut, tapi tetap berusaha elegan di depan satu keluarga. Rasa tak senangnya pada Sora semakin menjadi-jadi, karena Ia lah penghalang Sang suami mendapatkan tahtanya.
"Aku berharap, kau terus menjadi masalah untuk keluarga ini. Hingga akhirnya, Papi akan jengah dan membuangmu." gerutu Ayu dalam hati, sembari menatap Sora dengan sinis.
Seusai sarapan, mereka semua bubar dan pergi untuk bekerja di kantornya masing-masing. Sedangkan Sora. Mengajak keponakannya Akito yang berusia Lima tahun itu untuk bermain bersama.
"Udah gagal nikah, masih Pede aja gitu, duduk santai di rumah. Kalau aku, udah minggat karena malu. Ya, meski diri sendiri ngga malu, tapi udah mempermalukan keluarga." sindir Ayu pada Sora.
"Aku akan pergi, jika waktunya pergi." Sora dengan santai menjawab ucapan kakak iparnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Memyr 67
𝘀𝗼𝗿𝗮 𝗮𝗻𝗮𝗸 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝗯𝗲𝗴𝗼? 𝗮𝘆𝘂𝗻𝗮 𝗰𝘂𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗹𝗮𝗶𝗻 𝗱𝗶 𝗸𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿𝗴𝗮𝗻𝘆𝗮. 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗹𝗮𝗶𝗻 𝘆𝗴 𝗸𝗲𝗯𝗲𝘁𝘂𝗹𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗶𝘀𝘁𝗿𝗶 𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸𝗻𝘆𝗮. 𝗸𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮 𝗵𝗮𝗿𝘂𝘀 𝗻𝗴𝗶𝗸𝘂𝘁𝗶 𝗮𝘆𝘂𝗻𝗮 𝘆𝗴 𝗻𝗴𝗴𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝗵𝘂𝗯𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗮𝗵 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗸𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿𝗴𝗮𝗻𝘆𝗮?
2023-09-24
0
YuliaMile
agak laen kakak iparnya
2023-05-03
0
Putri Minwa
mantap thor
2023-04-02
0