Sekhu mengerjabkan mata nya perlahan saat rasa pusing menyerang nya, Sekhu memijit pelan pelipisnya kemudian bangkit dari tidur nya yang nyenyak.
"Ah.. kepala ku terasa pusing.. " Gumam Sekhu mengusap wajahnya.
Mata nya menerusi setiap ruangan kamar itu yang nampak begitu sepi dan sunyi, Sekhu mengingat ingat apa yang terjadi pada nya semalam.
"Ah, obat perangsang sialan itu.. " Ucap Sekhu dengan kesal.
"Tunggu apa aku melampiaskan nya pada Naima, dimana gadis itu?" Sekhu menyibak selimut yang menutupi tubuh nya dan merasa aneh.
"Celana ku masih lengkap dengan ikat pinggang, itu berarti aku dan Naima tidak melakukan apa pun.. " Timpal Sekhu langsung bangkit dan keluar kamar.
Nampak pelayan sudah bekerja membersihkan sisa sisa pesta semalam sedang kan sekarang sudah jam 09.00 pagi, asisten pribadi Sekhu menghampiri nya yang nampak bingung.
"Tuan Sekhu, apa anda mencari seseorang?" Ucap Shirkan menghampiri Sekhu.
"Di mana Naima? " Ucap nya dengan marah.
"Nona, sedangkan duduk di taman tuan. " Shirkan nampak takut melihat mata tajam Sekhu.
"Bawa dia padaku, sekarang. " Bentak Sekhu sebelum meninggal kan Shirkan.
"Baik, tuan. " Shirkan langsung menghampiri Naima yang diam melamun.
"Nona Naima, maaf tuan Sekhu mencari anda dan meminta anda segera datang ke kamar pribadi tuan Sekhu. " Ucap shirkan lembut.
"Aku tidak mau, pergi lah. " Ucap Naima datar.
Naima sedang menikmati udara pagi yang segar meninggal Sekhu yang belum bangun karena mabuk semalam, mungkin saat dia bangun dia akan menghabisi Naima saat itu juga.
"Nona, saya mohon jangan mempersulit pekerjaan kami. Nona tahu jika tuan marah kami bisa dihabisi saat itu juga.. " Jelas shirkan takut.
Naima menghala nafas kasar kemudian meninggal kan shirkan yang menunduk untuk pergi menemui Sekhu yang memanggilnya.
"Untuk apa dia mencari ku, apa dia ingin mempekosa ku lagi? " Ucap Naima kesal mengingat kejadian semalam.
Pelayanan menunduk saat melihat Naima berjalan masuk tanpa suara, Naima langsung berjalan menaiki lantai dua menuju kamar pribadi Sekhu.
Jantung nya berdetak begitu kencang pikiran nya melayang saat nanti Sekhu menayai dirinya tentang apa yang terjadi semalam, bagaimana Naima akan menjelaskan nya.
TOK TOK TOK
Naima mengetuk pintu.
"Masuk.. " Pekik Sekhu dengan keras.
"Bagaimana ini?" Ucap Naima.
Naima masuk dan langsung menatap Sekhu yang sudah siap dengan pakaian kerja nya, Sekhu melemparkan dasi padanya dan lansung di tangkap oleh Naima.
"Pasangkan dasi itu, cepat. " Ucap Sekhu dengan keras.
"Kau tuli? " Bentak Sekhu kesal melihat Naima yang mematung.
Naima nampak terkejut kemudian berjalan menghampiri Sekhu dan berjinjit untuk memasang dasi itu pada leher nya.
"Menunduk lah, aku tidak sampai. " Ucap Naima pelan.
Sekhu menjajarkan tubuh nya dengan tubuh Naima hingga deru nafas berbau mints itu tercium oleh hidung Naima, gadis itu begitu gugup saat mata tajam Sekhu menatap nya tak beralih.
Dengan cepat Naima memasang kan dasi itu kemudian mundur dan menghindari tatapan Sekhu yang tajam.
"Sudah selesai bukan, aku akan pergi. " Ucap Naima hendak meninggal kan kamar.
"Tunggu.. " Cegah Sekhu.
Naima menghela nafasnya dengan begitu berat.
"Apa yang kau lakukan dengan lehernya ku, apa kau ingat membunuh ku semalam? " Ucap Sekhu berhasil membuat Naima membeku.
"Bagaimana bisa dia tahu, tentang memar itu. " Batin Naima.
"Aku berbicara dengan mu Naima, tak bisa kah kamu menatap ku hemz.. " Ucap Sekhu mendekati Naima.
Naima berbalik dan menatap Sekhu yang semakin dekat dengan nya, Naima menggeleng sembari mundur perlahan menghindari Sekhu.
"A.. a.. ku., aku tidak sengaja, maaf.. " Ucap Naima takut.
Sekhu semakin dekat dan mengurung Naima diantara dua tangan kekarnya di tembok kamar yang dingin, menatap tajam Naima yang kini sesak nafas karena tatapan tajam Sekhu.
"Apa yang kau lakukan padaku, semalam Naima? " Sekhu mengulang kembali pertanyaan nya.
"A.. a. a. ku.. aku.., emzz itu aku.. eh.. " Ucap Naima gugup.
"Apa kau gagu sekarang ha, jawab yang benar Naima? " Sekhu semakin kesal dengan tingkah Naima.
"Aku tidak sengaja memukul mu den vas bunga, sungguh aku tidak bermaksud begitu aku takut kau sedang mabuk dan meracau.. aku.. hanya.. melindungi diriku. " Cerca Naima membuat Sekhu semakin marah.
"Seperti itu caramu memperlakukan suami mu, apa kau tidak pernah didik dengan benar oleh orang tua mu? "
"Iyaa tentu aku tidak didik dengan benar, karena kedua orang tua ku sudah meninggal dalam kecelakaan itu mengapa aku harus bersama dengan dua orang biadap yang sudah menjual ku padaku mu. Yang jauh lebih biadap lagi. " Mata Naima nampak berkaca kaca saat Sekhu menghina orang tua nya.
"Jadi mereka bukan orang tua nya, pantas saja mereka begitu tega menjualnya padanya dengan harga yang cukup mahal. " Batin Sekhu melepaskan kungkunganya pada Naima.
"Jangan berharap bisa lepas dariku, tetap lah berada dirumah ini selagi aku pergi. " Ucap Sekhu sebelum meninggal kan Naima yang diam menunduk.
Naima luruh ke lantai mengingat kedua orang tua nya yang telah tiada dan juga orang tua angkat nya yang begitu tega menghancurkan hidup nya saat ini, kenapa mereka begitu tega padanya padahal Naima begitu menurut pada mereka dan setiap hari bekerja tanpa lelah.
"Mama.. paaa.. Naima rindu, kenapa Tuhan tidak berpihak pada ku..? " Ucapan Naima dengan tangis yang pecah.
Naima masih mengenakan kemeja besar milik Sekhu karena tidak ada pakaian untuk nya, setelah puas menangis Naima berjalan ke arah balkon kamar dan diam menatap para pekerja dirumah Sekhu.
Tok tok tok
Pintu kamar pribadi Sekhu diketuk.
"Siapa? " Pekik Naima.
"Nona, saya Shirkan ingin mengantar pakaian nona Naima. " Ucap Shirkan.
"Pakaian? " Gumam Naima langsung berdiri dan membuka pintu kamar.
"Maaf mengganggu nona,ini pakaian yang sudah di beli oleh tuan Sekhu untuk nona. " Ucap Shirkan lembut.
"Sebanyak ini, mau ditarok dimana? " Naima bingung harus di apakan pakaian sebanyak itu di dalam kamar yang bahkan hanya ada satu lemari itu pun milik Sekhu.
"Permisi nona.. " Shirkan dan beberapa pelayan masuk kedalam kamar nya dan membuka Wall in closet milik Sekhu yang Naima tidak ketahui.
Mulut nya menggaga lebar ternyata bukan ada wall in closet di dalam kamar itu dan semua pelayanan langsung menata rapi semua pakaian sepatu dan tas yang baru saja di beli oleh Sekhu.
"Apa dia sudah gila, ini pasti menghabiskan banyak uang. " Ucap Naima duduk menatap mereka yang sibuk.
"Pak Shirkan, aku boleh izin pergi keluar sebentar saja. " Ucap Naima menatap Shirkan yang masih sibuk mengarahkan semua pelayanan.
Shirkan menatap Naima yang memohon padanya kemudian menggeleng.
"Nona harus tetap di rumah, tidak boleh pergi tanpa izin tuan Sekhu. Jangan panggil saya dengan sebutan Pak nona, panggil saja saya shirkan. "
Naina memutar bola matanya dengan sebal, lantas apa yang akan dia lakukan di kamar ini apa dia harus seharian melihat mereka menatap semua barang barang baru itu.
"Cepat ini sudah jam 10.00 pagi, tuan akan kembali pukul 12.00 siang. " Ucap Shirkan.
"Untuk apa dia kembali, aku pikir orang seperti dia lebih suka menghasilkan waktu di kantor? " Celetuk Naima.
"Tuan akan makan siang dirumah nona, biasanya nyonya Kirana yang akan menemani nya karena beliau sedang berada di bali jadi nona Naima yang akan melayani tuan Sekhu. " Jelas Shirkan.
"Huaf.. aku bosan. " Naima beralih menatap balkon kamar nya.
"Pak Shirkan, bisakah aku mendapatkan ponsel ku kembali? "
"Ponsel nona ada di tuan Sekhu, jika ingin nona bisa meminta nya langsung. "
"Sekhu Sekhu Sekhu saja, tidak ada orang lain kah dirumah ini yang lebih berkuasa dari pada Sekhu? " Naima nampak frustasi.
"Tenang nona, semua akan jauh lebih baik jika nona tidak melawan tuan Sekhu dan nyonya Kirana. "
"Atau aku akan bunuh diri saja, mungkin penderitaan ku akan jauh lebih baik. " Ucap Naima membuat semua pelayanan menatapnya.
"Kenapa? "
"Jika nona bunuh diri, maka kami semua yang ada disini juga akan ikut bunuh diri bersama nona Naima. Jika tidak maka hidup kami jauh lebih menderita dari apa yang nona rasa kan, denger nona Naima jangan pernah membuat masalah dengan tuan Sekhu atau melawan nya. " Shirkan berbicara dengan serius.
"Anda belum mengenal siapa itu tuan Sekhu, jadi saya peringatkan pada nona untuk jauh lebih hati hati saat berhadapan dengan tuan. "
"Memang dia siapa, aku bahkan tidak kenal dengan nya. Dia sudah membuat ku kehilangan pria yang aku cintai dan sekarang dia ingin menghancurkan hidup ku. " Keluh Naima.
"Tuan hanya ingin seorang putra nona, karena nyonya tidak bisa memiliki keturunan itu kenapa sampai sekarang mereka belum diberi seorang anak. "
"Jadi dia mandul? "
"Tidak nonya subur, hanya saja entah apa yang membuat nya tidak ingin memiliki seorang anak dari tuan. "
"Kenapa tidak mengadopsi anak saja atau membayar wanita untuk melahirkan anak? "
"Tuan ingin seorang putra dari garis keturunan nya sendiri, kalau untuk wanita bayaran tuan tidak ingin anak nya memiliki darah kotor dari wanita wanita itu. "
"Kau begitu tahu tentang Sekhu, lalu apa lagi? "
"Tuan Sekhu sudah bermain dengan banyak wanita, termasuk beberapa pelayanan dirumah ini. " Shirkan menatap pelayanan yang sedang menata pakaian.
"Apa, dia bilang dia mencintai istri tapi dia suka bergonta-ganti wanita? "
"Sudah lah nona, sebaiknya sampai sini saja anda tahu tentang tuan selebihnya biar anda tahu sendiri. " Shirkan mulai kembali fokus dengan pakaian Naima.
Naima diam memperhatikan mereka yang menyibukkan diri bahwa tidak ada suara yang terdengar, mata Naima begitu ngantuk kemudian memilih untuk tidur di samping balkon kamar nya.
Setelah tiga jam akhirnya mereka selesai menatap semua pakaian tak lama pintu terbuka lebar menampakkan Sekhu yan baru saja pulang kerja, membuat mereka semua menunduk.
"Di mana Naima? " Ucap Sekhu dingin.
"Nona tertidur di sofa tuan, mungkin dia kelelahan. " Ucap Shirkan.
"Ku pringatan, jangan pernah ada lagi yang bisa masuk kedalam kamar ku apa kalian paham? "
"Paham tuan. "
"Pergi tinggalkan kamar ku. "
Mereka semua keluar dari kamar Sekhu yang nampak tidak senang saat begitu banyak orang masuk kedalam kamar pribadinya, yang kini mungkin sudah tidak pribadi karena sudah ada Naima.
Sekhu berjalan menatap Naima yan tidur dengan begitu pulas dan masih mengenakan baju kemeja putih nya, paha mulus Naima terekspos sempurna membuat Sekhu mendesah sebal.
"Bagaimana bisa dia tertidur dengan pakaian yang hampir terbuka itu, wanita bodoh. " Ucap Sekhu menggendong Naima pindah ke atas kasur.
Sekhu meletakkan Naima dengan pelan matanya tak berkedip saat sedikit kancing kemeja yang Naima kenakan terbuka dan nampak gundukan putih mulus yang begitu indah.
"Ah, aku tidak bisa menahannya.. " Ucap Sekhu.
Sekhu mencium bibir tipis Naima yang masih terlelap dengan nyaman tanpa terganggu dengan apa yang Sekhu lakukan, tangan pria itu melepaskan kancing baju Naima satu persatu dengan pelan.
"Indah.. " Gumam Sekhu menatap kedua bukit kembar Naima yang belum pernah tersentuh.
Sekhu mengecupnya dengan pelan kemudian meremas nya membuat Naima mengeliat geli saat lidah Sekhu menghisap dan bermain dengan dua bukit kembar nya.
Sekhu melepaskan kemejanya menatap Naima kembali yang kini hanya menekankan bra berwarna pink dan hotpants yan begitu pendek.
Sekhu naik ke atas tubuh Naima menatapnya dalam dengan mata sayu kembali mengecup bibir manis Naima dengan sedikit tidak sabar, sedangkan tangan nya meremas gemas gunung nya.
"Ah.... " ******* keluar dari mulut Naima membuat Sekhu menggila.
Mata coklat Naima terbuka sempurna dan langsung bertemu dengan mata hitam sayu milik Sekhu yan menatapnya penuh minat.
"Apa ya kau lakukan... " Pekik Naima terkejut.
"Berhenti berteriak dan layani aku dengan puas.. " Ucap Sekhu mengelamkan kepala nya pada gunung kembar Naima membuat gadis itu memberontak.
"Tidak... ku mohon, aku belum siap.. " Ucap Naima berusaha mendorong Sekhu menjauh dari tubuh nya.
Sekhu tidak peduli dengan pekikan dan juga cakaran yang Naima berikan nafsu sudah terlalu menguasai dirinya membuat nya tidak peduli dengan teriakan gadis itu.
Naima berteriak saat dengan kasar Sekhu memasuki diri nya yang masih virgin dengan begitu kasar, Naima berharap akan ada yang mendengar suara nya namun semua itu tidak ada berarti karena kamar itu kedap suara yan memang di buat khusus untuk Sekhu.
"Ah.. " Sekhu mendesah panjang saat kenikmatan berhasil dia dapat kan dengan begitu nikmat.
"Kau membuat ku merasakan nikmat yang luar biasa Naima, kau memang luar biasa. " Ucap Sekhu yang belum juga melepaskan milik nya dari Naima.
Naima hanya terisak saat mahkota yang dia jaga untuk laki-laki yang dia cintai kini sudah hilang dirampas begitu kasar, Naima memalingkan wajahnya dari tatapan Sekhu yang merasa puas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments