Malam yang mencekam diselingi raungan hewan liar dari sebuah hutan yang terbuai. Rembulan tampak menatap penuh kebencian, tanpa awan maupun bintang. Bertampang kokoh, sendirian dalam dinginnya di penghujung gulita.
Lima tahun lalu, seorang anak kecil membelalakkan matanya diselingi dengan tubuhnya yang gemetar. Kedua netranya yang mulia telah ternodai oleh kejadian yang begitu kejam.
Darah bersimbah dari seorang wanita yang saat ini tak lagi bernyawa. Sang anak yang berusia sepuluh tahun itu terus menatap tanpa berkedip karena melihat wanita yang melahirkannya tak dapat bernapas lagi. Sementara di samping wanita itu tampak seorang pria yang menunduk, menyesal.
Apa ini?
Batin anak itu tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia menelan ludah dengan kuat, berusaha menerima hal mengerikan di hadapannya.
Tatapannya kini berpindah pada seorang pria dengan sebuah jarum yang entah apa itu sambil memandangi mayat yang sudah mulai mendingin. Tanpa ada angin, tiba-tiba saja pria itu tertawa begitu keras, memenuhi ruangan. Namun, tampak sebulir air bening tertahan di sudut matanya.
“A-apa yang Ayah lakukan?!”
Setelah beberapa saat hening, sang anak mulai mengangkat suaranya. Terdengar gemetar, tetapi dia berusaha agar tak gentar. Ketakutan membuncah di dalam dadanya. Rasa amarah dan kacau juga memenuhi dirinya. Namun, dia masih merasa bahwa dirinya belum memiliki kekuatan yang besar untuk menandingi pria yang tak lain adalah ayahnya sendiri.
Kini, ibunya telah tiada di hadapannya. Dia membenci dirinya, menyalahkan semua hal yang dia lakukan pada wanita yang membantunya tumbuh dewasa. Saking tak percayanya dia dengan apa yang ada di hadapannya, tanpa berpikir lagi, dia pun mengambil seribu langkah, meninggalkan tempat itu penuh dengan kekecewaan yang besar.
Entah itu rasa kecewa akan dirinya sendiri atau atas kepergian ibunya. Dia terus berlari seraya memaki apa saja yang terlintas di pikirannya, bahkan pada orang-orang yang pernah berada di kehidupannya.
Di tengah malam yang begitu dingin disertai suasana yang mencekam, anak tersebut berlari tanpa arah sampai akhirnya sebuah truk menabraknya hingga tubuh si anak terbentur dinding di samping jalanan.
Ngeri.
Apakah akhirnya dia bisa menyelamatkan nyawanya?
Entahlah.
Semua seperti berlalu begitu saja.
Tatkala matanya telah terbuka, suasana serba putih mengelilinginya. Bau karbol menyeruak. Dia tak tahu lagi harus bagaimana. Tubuhnya terasa lemas, terlebih hatinya yang telah terluka.
Dia tak tahu, apakah dirinya masih dapat hidup atau tidak. Semua kebahagiaannya telah direnggut, bahkan nasibnya kian mengenaskan hingga pada akhirnya seorang pahlawan kecil menyelamatkannya.
Lucas terbelalak.
Jantungnya berdebar begitu kencang. Lagi-lagi, dia bermimpi hal yang sama. Kejadian yang entah datangnya dari mana. Sekuat tenaga dirinya mengatur napas, berusaha menenangkan hatinya yang mendadak jadi kalut.
“Ah, lagi-lagi mimpi lima tahun itu. Siapa sebenarnya anak lelaki yang ada di mimpiku? Aku bahkan tidak mengenalnya. Lagi pula, mimpi itu sungguh mengenaskan. Sebuah mimpi buruk yang tidak ingin aku lihat selamanya!” Lucas terus membatin.
Dirinya begitu kesal. Semua mimpi buruk yang senantiasa menghantuinya adalah mimpi yang sama. Terus begitu hingga dia sampai hafal betul bagaimana kronologi dari mimpi mengerikan tersebut.
Apakah ini adalah sebuah pesan? Lucas tak tahu.
Mendadak, dirinya melihat arloji yang berada di pergelangan tangannya. “Sial, aku harus bekerja!” makinya setelah dia benar-benar pulih dari tidur singkat itu setelah pulang sekolah.
Ya, anggota The Raven masih bisa bersekolah dan bersikap seperti biasa layaknya warga sipil teladan, kecuali orang-orang yang sudah menjadi daftar hitam pemerintah. Namun, mereka harus menyembunyikan identitas agar bisa berinteraksi seperti orang normal.
Lucas yang sedari tadi tertidur di kelas, kini bangkit dengan sigap. Dia segera menuju ke kamar mandi untuk berganti kostum dinas ala The Raven. Sebelum dirinya sampai di tempat ganti, dia terus mengawasi situasi sekitar dengan trik andalannya agar tidak menimbulkan kecurigaan orang lain.
Beberapa orang sudah menuju ke rumah masing-masing, tapi masih ada juga yang berada di sekolah. Entah itu karena mengerjakan tugas atau kegiatan klub sehingga Lucas harus berhati-hati dengan warga sekolah yang masih berada di sini.
Untung saja, kamar mandi pria sedang sepi. Lucas bergegas mengubah diri, mengeluarkan kostum dan memakainya sebagai tugas wajib. Tak berapa lama, akhirnya dia sudah berpakaian rapi menggunakan kostum gagak. Dia bersiap menjadi malaikat hitam yang akan mengantarkan kematian damai dari seseorang yang menjadi targetnya.
Dia keluar dari kamar mandi dengan trik jitu pengelabu andalannya. Lucas bertingkah seperti pencuri yang mengendap dan mencoba menyembunyikan diri dari mata para saksi. Setelah dirasa aman, barulah Lucas melesat begitu cepat menuju tempat yang dituju.
Lucas berlari dari atap ke atap. Dia sengaja tidak menggunakan jalanan biasa agar mengurangi perhatian warga. Hingga pada akhirnya, Lucas tiba di sebuah rumah di ujung distrik. Dia masuk lewat jendela kamar yang besar.
Niatnya, Lucas akan melakukan tugas dengan cepat lalu pergi. Namun, mendadak kedua bola mata Lucas terbelalak. Tubuhnya gemetar, sedangkan mulutnya menahan sesuatu yang hendak keluar dari dalam perut.
Seseorang yang akan menjadi targetnya hari ini malah sudah tak bernyawa lagi dengan darah hitam yang memenuhi tubuh orang itu. Entah siapa pelakunya, tapi Lucas seakan sudah didahului oleh orang lain. Memang benar pekerjaannya selesai lebih cepat, tetapi melihat jasad yang terkoyak dengan bersimbah darah hitam membuat Lucas mual.
Ngeri.
Ini sungguh seperti mendapatkan mimpi buruk!
Perlahan, Lucas berjalan mendekat. Matanya menyusuri dari sudut ke sudut pada tubuh wanita yang akan menjadi targetnya hari ini. Dia adalah wanita berusia 26 tahun. Lucas yakin, dirinya tidak terlambat sedetik pun dari jadwal yang diberikan pimpinannya.
Tubuh wanita itu sedikit terkoyak di bagian jantung. Darah hitam berceceran ke mana-mana hingga mengotori lantai kamar. Bau amis pun menyeruak, menusuk hidung dan membuat isi perut berontak minta keluar. Lucas sebenarnya tidak tahan, tetapi dia amat penasaran dengan korban kebrutalan seseorang.
Dia pun menatap kesal pada Punctura yang dibawa di tangan kanannya. “Sial, aku tidak tahu bahwa dia akan terbunuh begitu sadis. Padahal, Punctura tidak akan meninggalkan bekas pembunuhan semacam ini. Lagi pula, Punctura hanya sebuah jarum yang cairan di dalamnya akan menghancurkan jantung. Lantas, siapa yang membuat targetku mati duluan dengan tragis?!”
Lucas tak percaya bahwa targetnya telah dibantai begitu keji. Padahal selama ini efek Punctura hanyalah merusak fungsi jantung dan berakhir pada darah yang keluar dari mulut. Itu saja, tergantung bagaimana respons tubuh Target yang melawan cairan di dalam Punctura. Jika Target adalah tingkat tinggi, maka efek Punctura bisa mengeluarkan lebih banyak darah hitam dari tubuh si Target.
Mendadak, suara gaduh terdengar. Tanpa berpikir lagi, Lucas melesat keluar lewat jendela rumah tadi dan berusaha menyembunyikan diri. Untung saja di luar ada tanaman pagar, Lucas pun bersembunyi di sana, berusaha mengecilkan hawa keberadaannya.
Setelah dirasa aman, tangan Lucas pun menggenggam begitu erat. Giginya pun mengerat. “Sial, sebenarnya, siapa pembunuh yang sebenarnya?!”
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments