Suasana menjadi ramai karena orang-orang berbisik seraya menanyakan hal apa yang akan terjadi kepada Kapten Gibran yang begitu dihormati, bahkan oleh seluruh kapten di The Raven. Menurut rumor, jika seorang kapten dipanggil oleh komandan pendiri The Raven, maka akan terjadi sesuatu yang buruk.
“Siap!” jawab Gibran dengan lantang seakan memang sudah mempersiapkan diri sebelumnya. Kemudian, dia berjalan tanpa ragu dan penuh percaya diri meskipun di dalam hatinya terus berisik karena berusaha menenangkan hati.
Suasana di sekitar semakin ramai. Semua orang memiliki satu pertanyaan yang sama.
“Apa yang akan terjadi dengan Kapten Gibran?” tanya Han seketika. Dia juga penasaran, terlebih dirinya merasakan sesuatu yang aneh akan terjadi. Sebenarnya, Han merasa berat atas kepergian Gibran saat ini meskipun kapten barunya itu hanya menerima perintah undangan dari atasannya.
Han ingin sekali menghentikan kepergian Gibran, tetapi dirinya yang baru saja direkrut oleh The Raven tidak boleh bertingkah lebih. Apalagi sebelumnya dia telah mengambil tindakan gegabah sampai hampir menghabisi nyawa orang lain.
Han pun hanya bisa memandangi punggung Gibran dari belakang. Ah, tampak sekali beban berat yang tengah dipikul oleh sang kapten. Namun, pria itu senang sekali menyembunyikan semuanya seakan memang baik-baik saja, padahal Gibran juga butuh seseorang untuk berbagi beban yang sedang dipikulnya sendirian.
“Hei, sebenarnya apa yang akan terjadi dengan Kapten Gibran?” tanya Han lagi kepada teman-teman barunya. Kecemasannya begitu tampak jelas.
Namun, jujur saja, Lucas, Ace maupun Bima juga tak tahu apa yang akan terjadi nanti sebab setiap kapten yang dipanggil oleh Raymond selalu menyembunyikan sesuatu kepada anak-anak didik mereka. Maka dari itu, tak ada anak didik yang tahu pertemuan menegangkan antara seorang kapten dan komandan pendiri The Raven.
Hanya rumor-rumor belaka yang tersampaikan dari telinga ke telinga dan belum tentu benar adanya.
“Jika mau tahu, kenapa tidak kalian selidiki saja?” kata seseorang yang mendadak saja merangkul Han dan Ace, membuat wajah kedua lelaki itu memerah. Sebab, keduanya tiba-tiba saja dirangkul oleh wanita yang begitu cantik dan memesona laiknya bidadari.
Kedatangan wanita yang bagi mereka sangat mendadak ini membuat seisi ruangan malah menatap Han dan Ace. Keduanya pun semakin malu karena menjadi pusat perhatian sebab saat ini mereka dirangkul oleh wanita idaman seluruh pria di The Raven.
Bagaimana tidak, wanita itu memiliki mata dan rambut yang berwarna hitam, tampak begitu tegas tetapi menghangatkan. Dia mengepang rambut panjangnya itu dan memiringkannya ke sebelah kiri. Wanita itu memakai kaos singlet berwarna army. Badannya sedikit berotot, tampak kuat.
Sungguh wanita yang membuat semua pria bisa tergila-gila dengannya, apalagi Han. Baru pertama kali dia melihat wanita secantik ini. Namun, wanita bak bidadari tersebut memiliki tato di punggungnya, karena memakai kaos singlet, Han dapat melihatnya walau sedikit.
Ace menyeringai puas. “Kapten Therra, kalau kau dekat-dekat denganku, lama-lama nanti aku akan menikahimu loh,” ancam Ace seraya menaik turunkan alisnya. Sementara di sisi lain, Lucas memandang tak peduli sebab dia sudah tahu tingkah Ace dan Therra seperti apa.
“Tak apa, Lucas. Aku siap jadi istrimu hahaha,” jawab Therra seraya memukul pelan punggung Ace, menggodanya.
Dia senang sekali bercanda dengan Ace. Mereka berdua sering kali melakukan candaan bersama dan mencairkan suasana. Berbeda tatkala Therra melakukannya dengan Lucas, yang ada wanita itu hanya akan ditinggalkan tanpa sepatah katapun.
Namun, hal itu tidak mengurangi ketertarikan Therra pada anak-anak didik Gibran, sebab baginya, entah mengapa mereka semua menarik perhatian Therra sebagai kapten dari squad tujuh.
Kemudian, dia melirik ke arah Han yang berusaha menundukkan matanya, tak mau melihat Therra yang begitu menggoda imannya. Therra menyeringai bak iblis tatkala melihat wajah baru di The Raven.
“Hoya, hoya, rupanya kapten galak kalian merekrut anak baru, ya?” tanya Therra seraya mengelus rambut Han tanpa seizinnya, padahal tinggi Therra selisih dua sentimeter dari Han.
Tentu saja hal itu membuat pipi Han kian memerah. Terlebih, sudah sangat lama dia tidak dielus dengan lembut seperti ini. Ah, sungguh hangat. Han jadi teringat ibunya yang senantiasa mengelus rambutnya seperti Therra saat ini.
“Jadi, siapa namamu, Anak Muda?” tanya Therra kemudian.
“Han.”
Tatapan Therra mendadak tajam seraya memindai dari segala sisi tubuh Han. Dia menyusuri betul-betul seakan sama sekali tak mau terlewat satu detail pun dari diri Han yang menarik perhatiannya. Kemudian, Therra menyeringai kecil.
Plak.
Plak.
Tangannya mendarat di punggung Han. “Bagus,” katanya seraya menepuk-nepuk punggung Han dan tertawa puas seperti menemukan emas di lumpur yang hitam.
Therra begitu antusias, tetapi Han, dia sama sekali tidak mengerti dan hanya terima saja perlakuan Therra padanya. Han hanya menurut, ikut tertawa kecil meski dia tak tahu Therra menertawai apa.
Beberapa saat kemudian, Therra pun berhenti tertawa. Lalu dia mendorong Han dan Ace seraya berkata, “Sudah cepatlah pergi jika kalian ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan kapten galak kalian. Semoga kalian tidak kaget.” Kemudian, tangannya bersilang di depan dada dengan senyum yang meyakinkan.
Sementara anak-anak didik Gibran itu malah dibuat kebingungan. Benarkah diperbolehkan jika mereka melihat apa yang terjadi dengan Gibran?
Namun, melihat dorongan semangat dan kepercayaan diri dari Therra membuat anak-anak didik Gibran malah seakan diberi perintah baru untuk bisa menjawab kekhawatiran mereka terhadap sang kapten.
“Baiklah.”
Tanpa berpikir lagi, mereka berempat pun kini tanpa ragu menuju tempat yang sudah ditunjukkan Therra sebelumnya. Sebuah tempat yang jarang sekali dikunjungi oleh anggota The Raven kecuali para petingginya.
Tempat itu berada di “kastil” sebelah. Saking pentingnya tempat tersebut, tentu saja para penjaga bermuka sangar ada di sana. Han, Lucas, Ace, dan Bima pun menyusuri tempat itu dengan mengendap-endap laiknya maling yang tengah mencuri barang.
Mereka melakukan banyak pengelabuan dari mata para penjaga. Sebisa mungkin mereka mengecilkan hawa keberadaan.
Gedung tembok yang tampak seperti kastil atau benteng itu memiliki dua lantai dengan ruangan bawah tanah yang mengerikan dan menurut perkataan Therra, Gibran berada di lantai paling dasar. Artinya, tentu saja berada di ruang bawah tanah.
Kini, mereka berempat sudah sampai di lantai pertama setelah berhasil mengalahkan para penjaga. Mereka sempat melakukan pertempuran kecil guna menyingkirkan “anjing penjaga” Raymond. Tentu saja hal itu mudah bagi mereka yang sudah dilatih sekian lama oleh Gibran.
Namun, baru saja mereka hendak memasuki ruangan bawah tanah, tiba-tiba saja seseorang keluar dengan raut wajah penuh amarah. Dia adalah Raymond, sang komandan pendiri The Raven.
Sontak saja Han, Lucas, Ace, dan Bima langsung mengambil tempat, menyembunyikan diri mereka di tempat yang tak terjangkau pandangan Raymond. Sebenarnya, tempat persembunyian mereka tidaklah bagus karena Raymond bisa saja melihat mereka sebab mereka hanya bersembunyi di balik vas keramik yang besar.
Tentu saja hal itu tidak membuat mereka dapat bersembunyi seutuhnya. Jika saja kepala Raymond menengok ke arah sebelah kiri, maka keempat bocah itu sudah langsung terlihat. Namun, kali ini keberuntungan berpihak kepada anak-anak didik Gibran.
Raymond keluar dengan perasaan yang buruk sehingga tidak peduli dengan keadaan sekitar dan berlalu begitu saja. Hal itu membuka kesempatan bagus bagi Han, Lucas, Ace, dan Bima. Tanpa berlama-lama lagi, setelah Raymond menaiki anak tangga untuk menuju ke lantai dua, keempat anak itu langsung masuk ke ruangan bawah tanah dengan cepat sebelum Raymond menyadari kehadiran mereka.
“Yosh!” sorak Ace dengan gembira seraya terus berlari menuruni anak tangga menuju ruangan bawah tanah yang gelap dan pengap. Bau tanah yang basah dan lingkungan yang lembap sudah menjadi ciri khas ruangan bawah tanah itu. Hanya ada beberapa obor yang menjadi alternatif lampu.
Namun, kegembiraan mereka semua mendadak hilang seketika tatkala mendengar rintihan dari seseorang di ujung ruangan.
“K-Kapten Gibran?!” teriak mereka secara bersamaan tatkala melihat Gibran tersungkur di atas tanah seraya merintih kesakitan.
Sebenarnya, apa yang tengah terjadi dengan Gibran?
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments