Pendengar Misterius

Di kamar Rena, Luna baru saja selesai memandikan Rena. Dengan telaten, Luna merawat Rena seperti adiknya sendiri.

"Nah, sekarang Rena udah wangi. Udah siap buat bobo, Kak Luna siapin susu dulu, ya. Rena mau tunggu, atau mau di gendong?" Tanya Luna, Ia berusaha untuk aktif berkomunikasi dengan Rena.

"Ndong." Rena menjawab dengan bahasa bayinya.

"Ok, gendong aja ya. Abis minum susu, Rena tidur. Boleh main dulu, tapi habis main Rena bobo. Ok?" Luna masih mengoceh sembari membuat susu.

Luna membawa Rena ke tempat tidur, dan memberikan susu pada Rena.

"Yuk minum susu!" Seru Luna.

Rena berbaring, Ia menikmati susu buatan Luna.

Lagi-lagi, tanpa Luna sadari Ia tengah di awasi oleh seseorang.

Seseorang itu tampak fokus memperhatikan setiap gerak gerik Luna, dan tampaknya Ia puas dengan kinerja Luna yang baru sebentar itu.

"Bagus."

Seseorang itu pergi meninggalkan kamar Rena, dan setelah Rena tertidur Luna pun keluar dari kamar.

"Huh. Menyenangkan ternyata ngerawat anak bayi," ucap Luna.

Krruuulluuukk.

"Aduh." Luna memegang perutnya.

"Laper," ucap Luna.

Ia pergi menuju kamarnya, saat masuk Ia mendapati sang adik yang tertidur.

Saat hendak masuk, langkah Luna terhenti akibat teguran Bi Yuni.

"Neng!" Tepuk Bi Yuni pada bahu Luna.

"Eh, Bibi. Ngagetin aja, kenapa Bi?" Tanya Luna.

"Hehe maaf, ya. Bibi mau ngajak makan, yuk. Neng belum makan, kan? Sama ajak adiknya juga." Bi Yuni menuturkan.

Luna melirik ke dalam kamar, "adik Aku udah tidur, tapi Dia belum makan sih."

Bi Yuni mengintip ke dalam kamar Luna, dan melihat adik Luna yang memang sudah tertidur.

"Ya udah Neng makan aja sama Bibi di dapur, terus nanti bawain juga makanan buat adik Neng ke kamar. Kalau kebangun malem terus laper udah ada makanan," ujar Bi Yuni.

"Oh, gitu ya Bi. Ya udah deh kalau gitu." Luna dan Bi Yuni pun beralih menuju dapur untuk makan malam.

Di dapur Luna Bi Yuni segera makan, saat itu juga menjadi momen dimana Luna dan Bi Yuni saling mengenal lebih jauh.

"Jadi Neng tinggal berdua sama adik?" Tanya Bi Yuni.

Luna mengangguk, "iya, Bi. Sebenarnya Aku masih punya keluarga dari Ibu, tapi saudara Ibu yang lain orang berada semua. Sedangkan Ibu, buat sehari-hari aja pas-pasan. Biasalah, Bi. Kalau Kita susah kan mana ada yang mau nganggap Kita saudara," ujar Luna sembari tersenyum miris.

Bi Yuni menghela nafasnya, Ia merasa iba pada Luna.

"Terus setelah orang tua Neng meninggal kan Neng belum dapet kerja, buat makan sehari-hari dari mana?" Tanya Bi Yuni yang merasa ingin tahu semua tentang Luna.

"Orang tua Aku meninggal pas dimana Aku kelulusan, harusnya Mereka datang ke sekolah tapi takdir berkata lain. Setelah Ibu sama Bapak meninggal, kebutuhan Aku sehari-hari di bantu sama pemilik kontrakan. Beliau baik banget, Bu. Sampai Aku di tawari untuk masuk yayasan sama guru di sekolah Aku, Aku mau aja karena memang lagi butuh kerjaan buat memenuhi kebutuhan aku sama Nuka. Alhamdulillahnya sekarang Aku udah kerja," tutur Luna dengan haru.

Bi Yuni tersenyum, lalu mengelus lembut puncak kepala Luna.

"Neng yang sabar, ya. Semua yang terjadi di hidup Neng pasti itu yang terbaik, dan semoga Neng sama Nuka selalu di lindungi dan di dekatkan dengan orang-orang baik. Dan betah juga kerja disini," ujar Bi Yuni.

"Aamiin, semua doa baik semoga berbalik sama Bibi." Luna berucap dengan penuh syukur.

Dan lagi, percakapan Luna dan Bi Yuni di dapur di dengar oleh seseorang.

Selesai makan malam, Luna dan Bi Yuni bermaksud untuk beristirahat.

Bi Yuni sudah berpamitan dan masuk ke dalam kamar untuk tidur, dan Luna juga segera masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.

Di dalam kamar, Luna sudah merasa lelah. Matanya sudah terasa berat, dan Luna segera membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Baru saja Luna memejamkan mata, Luna kembali terbangun karena suara ketuka dipintu kamarnya.

"Siapa ya ketuk pintu malem-malem," gumam Luna sembari mengumpulkan kesadarannya.

Dengan langkah gontay, Luna berjalan menuju pintu.

Ketika Luna membuka pintu, Ia terkejut karena Ica sudah berdiri di depannya.

"Eh, Ica. Kenapa berdiri disini? Kamu belum tidur?" Tanya Luna.

Ica menggelengkan kepalanya, "Ica gak bisa tidur."

Luna menghela nafas, "ya udah Kakak temenin mau?" Tanya Luna.

"Boleh. Tapi Ica maunya tidur di kamar Kak Luna aja," cetus Ica.

"Hah? Kok di kamar Kak Luna, kamarnya kecil enakan di kamar Ica. Yuk Kak Luna temenin," ujar Luna.

"Ya udah deh." Ica mengerti lalu Mereka berjalan menuju kamar.

Sesampainya di kamar, Ica lekas berbaring di tempat tidur.

Luna memperhatikan raut wajah Ica, dan bermaksud menanyakan keadaan Ica yang tampak lesu.

"Emm kalau boleh tahu, Ica kenapa? Kok kayak lagi sedih?" Tanya Luna dengan hati-hati.

Ica memalingkan wajahnya ke sembarang arah, Ia menyembunyikan rasa gelisahnya.

"Ica sedih lihat Mami yang belum sembuh juga," ujar Ica.

Luna terdiam, Ia lalu berusaha untuk menenangkan Ica.

"Kalau Kakak boleh tahu lagi, emang Mami Selina sakit apa?" Tanya Luna.

"Kata Tante Yuke, Mami sakit parah. Dan gak bisa sembuh," ujar Ica sembari menahan tangisnya.

"Sakit parah?" Luna bergumam, Ia lalu memeluk Ica untuk menenangkannya.

"Ica dengerin Kakak, ya. Mami pasti sembuh," ucap Luna.

"Tapi kata Tante Yuke, Mami akan meninggal. Terus nanti Tante Yuke yang akan gantiin Mami," ucap Ica sembari menangis.

Luna memeluk Ica, dan mengusap punggunngnya.

"Ssstt, jangan nangis. Pokoknya doakan saja semoga Mami segera sembuh, dan jangan dengerin apa kata Tante Yuke. Udah malam, Ica tidur ya!" Pinta Luna.

"Temenin. Kak Luna tidur juga di samping Ica!" Bujuk Ica.

Luna sedikit merasa ragu, namun Ia tak enak jika menolak.

"Ya sudah, Kak Luna temenin Ica tidur."

Luna berbaring bersama Ica, dan malam itu Mereka tidur bersama.

Malam itu, untuk pertama kalinya Ia tahu sesuatu tentang majikannya.

Namun Luna sempat merasa heran, mengapa Yuke berbicara hal yang membuat Ica bersedih. Luna menilai, Yuke sangat ingin jika majikannya itu tak pernah sembuh dari sakitnya.

Namun Luna harus menjaga diri, agar tidak terlalu ikut campur pada urusan pribadi majikannya. Niat Luna di rumah itu hanyalah bekerja, jangan sampai Ia kehilangan pekerjaannya hanya gara-gara terlalu ikut campur terhadap masalah yang bukan urusannya.

"Selamat tidur Ica, mimpi yang indah. Aku doakan, semoga Mami Kamu segera sembuh dan sehat seperti sedia kala. Aku harap Kamu tidak merasakan kehilangan orang tua disaat usiamu yang masih kecil." Luna mencium kening Ica.

Terpopuler

Comments

0mezell

0mezell

Baru bab satu tapi udah sukses bikin ku nyesek baca nya🥺

2025-02-11

0

Dewa Rana

Dewa Rana

ceritanya beda dari yg lain thor....

2024-12-03

0

Rusmini Rusmini

Rusmini Rusmini

pede banget yuke ...

2024-10-29

0

lihat semua
Episodes
1 Majikan Pertama
2 Peraturan Rumah Khafi
3 Perkenalan
4 Pendengar Misterius
5 Pesona Khafi
6 Sepatu
7 Rahasia Yuke
8 Pengalaman Pertama Luna
9 Status Sosial
10 Jiwa Besar Seorang Nuka
11 Luluhnya Hati Khafi
12 Salah Paham
13 Dugaan
14 Rencana Selina
15 Isi Dalam Buku
16 Tanda-Tanda
17 Akhir Perjuangan Selina
18 Kegundahan Khafi
19 Kejutan Untuk Luna
20 Ancaman Yuke Untuk Luna
21 Hal Tak Terduga Dalam Hidup Luna
22 Meminta Waktu
23 Keputusan Luna
24 Penolakan Yuke
25 Jebakan
26 Bapak Tua
27 Identitas Pak Tua
28 Ijab Qobul
29 Resepsi
30 Malam Pertama
31 Tatapan Pertama
32 Perjanjian
33 Jalan Berdua
34 Permintaan Nuka
35 Status Luna
36 Tentang Erik
37 Jalan Berdua
38 Mencari Alasan
39 Cemburu
40 Kuasa
41 Salah Siapa
42 Ketidaktahuan Erik
43 Kejadian Konyol
44 Menutupi
45 Kekhawatiran Khafi
46 Tiket Bulan Madu
47 Rasa Penasaran Erik
48 Kedatangan Erik
49 Ungkapan Perasaan
50 Pergi Tanpa Pamit
51 Kedatangan Khafi
52 Kemarahan Khafi
53 Keputusan Khafi Tentang Bulan Madu
54 Rencana Yuke
55 Tegang
56 Bali
57 Menyerahkan Diri
58 Kecewa
59 Menguntit
60 Racauan Luna
61 Pindah Hotel
62 Membuka Hati
63 Sia Sia
64 Kejahatan Yuke
65 Kecurigaan Khafi
66 Permintaan Maaf
67 Kondisi Erik
68 Kejujuran Erik
69 Permintaan Erik
70 Kekhawatiran Luna
71 Keputusan Erik
72 Mengikuti Proses
73 Pulang
74 Kejutan
75 Lemah
76 Khawatir
77 Merasa Bersalah
78 Kembali Lemah
79 Dua Kabar Dalam Satu Waktu
80 Asinan
81 Masalah Kandungan
82 Menunggu
83 Gelombang Cinta
84 Lahir
85 Ucapan Terima Kasih
86 Akhir
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Majikan Pertama
2
Peraturan Rumah Khafi
3
Perkenalan
4
Pendengar Misterius
5
Pesona Khafi
6
Sepatu
7
Rahasia Yuke
8
Pengalaman Pertama Luna
9
Status Sosial
10
Jiwa Besar Seorang Nuka
11
Luluhnya Hati Khafi
12
Salah Paham
13
Dugaan
14
Rencana Selina
15
Isi Dalam Buku
16
Tanda-Tanda
17
Akhir Perjuangan Selina
18
Kegundahan Khafi
19
Kejutan Untuk Luna
20
Ancaman Yuke Untuk Luna
21
Hal Tak Terduga Dalam Hidup Luna
22
Meminta Waktu
23
Keputusan Luna
24
Penolakan Yuke
25
Jebakan
26
Bapak Tua
27
Identitas Pak Tua
28
Ijab Qobul
29
Resepsi
30
Malam Pertama
31
Tatapan Pertama
32
Perjanjian
33
Jalan Berdua
34
Permintaan Nuka
35
Status Luna
36
Tentang Erik
37
Jalan Berdua
38
Mencari Alasan
39
Cemburu
40
Kuasa
41
Salah Siapa
42
Ketidaktahuan Erik
43
Kejadian Konyol
44
Menutupi
45
Kekhawatiran Khafi
46
Tiket Bulan Madu
47
Rasa Penasaran Erik
48
Kedatangan Erik
49
Ungkapan Perasaan
50
Pergi Tanpa Pamit
51
Kedatangan Khafi
52
Kemarahan Khafi
53
Keputusan Khafi Tentang Bulan Madu
54
Rencana Yuke
55
Tegang
56
Bali
57
Menyerahkan Diri
58
Kecewa
59
Menguntit
60
Racauan Luna
61
Pindah Hotel
62
Membuka Hati
63
Sia Sia
64
Kejahatan Yuke
65
Kecurigaan Khafi
66
Permintaan Maaf
67
Kondisi Erik
68
Kejujuran Erik
69
Permintaan Erik
70
Kekhawatiran Luna
71
Keputusan Erik
72
Mengikuti Proses
73
Pulang
74
Kejutan
75
Lemah
76
Khawatir
77
Merasa Bersalah
78
Kembali Lemah
79
Dua Kabar Dalam Satu Waktu
80
Asinan
81
Masalah Kandungan
82
Menunggu
83
Gelombang Cinta
84
Lahir
85
Ucapan Terima Kasih
86
Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!