Begitu sampai di kediaman neneknya. Sakinah langsung masuk ke dalam rumah Neneknya yang tidak pernah ditempati lagi hampir 5 tahun lamanya.
Rumah itu di pasrahkan oleh Sakinah kepada pembantu yang selama hidup sang nenek merawat beliau dengan begitu telaten.
Renaldi tidak pernah mengetahui alamat rumah itu. Oleh karena itulah Sakinah memilih untuk kabur ke rumah neneknya yang sudah meninggal sejak lama.
Begitu sampai di rumah neneknya. Sakinah langsung mengetuk pintu dan dia hanya berdiri di depan pintu menunggu Bi warsih untuk membukakan pintunya untuk nya.
Setelah 10 menit menunggu. Akhirnya keluar seorang ibu-ibu yang berusia sekitar 60 tahun dengan tergopoh-gopoh dan mata yang tampak mengantuk. Membukakan pintu untuk Sakinah yang tampak kelelahan setelah menyetir lebih dari 5 jam lamanya.
" Assalamualaikum Bi warsih! Apa kabar bibi?" tanya Sakinah sambil mencium telapak tangan wanita yang sudah tua itu.
Bi Warsih tampak sangat excited melihat kehadiran Sakinah di kediaman majikannya.
" Ya ampun Non Sakinah! Nanti sakit loh ya Allah! Kenapa malam-malam begini datang kemari? Ayo masuk non! Di luar sedang gerimis. Sejak tadi sore di sini terus hujan bahkan sampai sekarang gerimisnya masih belum juga mau berhenti!" ucap di warsih menjelaskan semuanya kepada Sakinah.
Sakinah langsung masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Mata Sakinah nyalang menyapu seluruh ruangan yang memiliki begitu banyak kenangan ketika dirinya masih kecil dulu.
" Rumah ini belum ada yang berubah sama sekali. Semuanya masih sama ketika dulu nenek dan juga kedua orang tuaku masih menempati rumah ini!" ucap sakinah dengan mata berkaca-kaca.
Bi warsih hanya diam saja, dia lalu masuk ke dapur untuk mengambilkan cemilan dan juga teh hangat untuk Sakinah.
" Maaf ya Non di sini hanya ada seperti ini. Semoga non Sakinah tidak keberatan ya? Bibi tidak tahu kalau Non Sakinah akan datang kemari. Jadi saat ini di rumah sedang tidak ada bahan apapun Non. Besok pagi Bibi baru pergi ke pasar untuk berbelanja ya?" tanya Bi warsih sambil mengelus pojok kepala Sakinah yang masih terisak dalam tangisan.
Sakinah menggelengkan kepalanya. " Tidak apa Bi! Saya tidak keberadaan kok untuk makan singkong ini. Kebetulan saya sangat lapar sekali karena belum makan sejak tadi siang!" ucap Sakinah berusaha mengulas senyum kepada Bi warasih yang terkejut mendengar pengakuannya.
" Kok bisa sih Non Sakinah tidak makan dari siang? Memangnya ada masalah apa Non?" tanya Bi Warsih merasa terkejut dan juga heran dengan pengakuan Sakinah.
Sakinah hanya tersenyum dan kembali memakan pisang dan juga singkong yang disembuhkan oleh Bi Warsih untuknya.
" Non Bibi masuk ke dalam dulu ya? Bibi mau membersihkan kamar Non Sakinah dulu agar bisa ditempati malam ini sama Non Sakinah!" Sakinah hanya menganggukkan kepalanya.
Walaupun hanya memakan pisang goreng dan juga singkong rebus. Entah kenapa Sakinah merasa sangat bahagia.
" Walaupun di sini aku harus rela memakan singkong maupun pisang goreng, akan tetapi, aku masih memiliki kehormatanku sebagai seorang wanita tanpa harus melayani laki-laki hidung belang yang ingin membeli tubuhku dari suamiku!" ucap sakinah dengan air mata yang menetes terus di pipinya yang mulus.
Hati Sakinah benar-benar sangat sakit dan terluka. Harga dirinya seakan tercabik-cabik sampai tak bersisa.
Jiwa Sakinah memberontak untuk melawan kezaliman yang dilakukan oleh Renaldi terhadap dirinya.
" Aku tidak sudi Ya Allah, aku gak mau untuk menyerahkan kehormatanku kepada laki-laki yang bukan suamiku! Bahkan sampai saat ini Mas Renaldi belum pernah menyentuhku. Bagaimana mungkin aku malah melayani laki-laki lain di atas ranjang? Lebih baik aku melarikan diri dan tidak pernah melihat lagi Mas Renaldi seumur hidupku in. Hiks hiks!"
Sakinah terus menangis tersedu dan terus berusaha untuk menguatkan hatinya. Tetapi tetap saja jiwanya sebagai seorang wanita memberontak dan marah.
" Ada apa Non? Kenapa Non Sakinah malah menangis? Katakanlah sama bibi kalau non sedang ada masalah. Siapa tahu Bibi bisa membantumu!" ucap di warsih sambil memeluk Sakinah yang terus tergugu dan menangis sedih sekali.
Sakinah tidak sanggup kalau harus menceritakan aib keluarganya sendiri bersama Renaldi. Walaupun Bi Warsih bisa dikatakan bukanlah orang lain. Tetapi tetap saja, Sakinah tidak sanggup untuk mengatakan masalahnya saat ini kepadanya.
Sehingga Sakinah lebih memilih untuk menangis sendiri tanpa mengatakan apa yang ada di dalam hati ini saat ini.
" Bi apakah boleh saya tinggal di rumah ini?" tanya Sakinah dengan suara gemetar.
Bi Warsih langsung mengangguk dan tersenyum kepada Sakinah yang masih belum mau menceritakan masalahnya kepada dirinya.
" Coba katakan sama Bibi? Apa alasannya Bibi tidak menerima Non Sakinah di rumah ini? Sementara rumah Ini kan adalah warisan dari nyonya besar untuk Non Sakinah. Bibi di sini hanyalah membantu saja dan kebetulan juga Bibi tidak punya tempat tujuan selain rumah ini. Non Sakinag juga tahu bukan? Kalau bibi sepanjang hidup hanya mengabdi kepada Nyonya besar. Bibi tidak punya sanak family di manapun. Keluarga Bibi hanyalah keluarga ini yang sejak dulu selalu bersama dengan Bibi!" ucap Bi Warsih.
Sakinah menjadi semakin sedih ketika dirinya mendengarkan kisah hidup Bi Warsih yang ternyata jauh lebih menyedihkan daripada hidupnya.
Sepanjang hidup Bi Warsih dia tidak pernah mengenal apa itu cinta. Apalagi menikah dengan seorang laki-laki. Karena selama ini hidup Bi Warsih hanyalah mengabdi kepada neneknya yang sudah meninggal lama sekali.
Setelah puas menangis Sakinah pun kemudian diantar oleh Bi warsih untuk tidur di kamar yang dulu ditempati oleh Sakinah ketika mereka belum pindah ke Jakarta.
" Selamat istirahat ya Non. Semoga besok ketika bangun perasaan Non Sakinah akan lebih baik dan tidak sedih lagi! Percayalah non Bibi akan selalu mendukung apapun keputusan Non Sakinah. Selama itu membuat Non Sakinah bahagia." ucap Bi Warsih sambil mengelus rambut Sakinah yang terurai panjang.
Sakinah hanya menggunakan jilbabnya ketika dia pergi keluar. Kalau dia ada rumahnya dan bersama dengan para wanita lain. Sakinah tidak keberatan untuk membuka jilbabnya.
" Terima kasih Bi karena sudah mengizinkan saya untuk tinggal di rumah ini. Saya janji akan segera mencari pekerjaan sehingga tidak membebani Bibi selama hidup di sini!" ucap Sakinah sambil melihat Bi Warsih yang langsung tertawa terbahak.
Bi Warsih menggelengkan kepalanya dan tertawa sampai perutnya terasa mulas.
" Non Sakinah ini ada-ada saja. Warisan Nyonya besar di Desa ini banyak sekali Non! Saya selama bertahun-tahun sudah menabungnya dan akan saya serahkan kepada Non Sakinah semuanya!" ucap Bi Warsih sambil tersenyum kepada Sakinah yang langsung keki sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Erarefo Alfin Artharizki
ayahnya sakinah kok bisa ya terjerat hutang sama ortu Renal ?
2023-04-27
0
💥💚 Sany ❤💕
penasaran Ayahnya Sakinah napa bisa terjerat hutang dg Ortu Renal hingga membuat Sakinah penebus hutang, padahal kluarga Sakinah jg kaya.
2023-04-14
0
վմղíα | HV💕
lanjuuttt
2023-03-15
0