Masa orientasi untuk para murid baru di sekolah itu sudah selesai sejak beberapa minggu lalu. Kini kegiatan belajar mengajar pun sudah di mulai. Benar saja, kini Calandra dan Raline menjadi teman satu kelas dan mereka sangat mensyukuri hal itu. Saat teman-teman lain sibuk bertukar teman sebangku atau mencari teman yang cocok, Raline dan Calandra tetap pada formasi semula sejak awal mereka bertemu di masa perkenalan lingkungan sekolah. Mereka memutuskan untuk tetap duduk bersebelahan.
Sejak duduk bersama Raline, Calandra pun jadi semakin dekat dengan Hakim dan Draco, teman Raline sejak dahulu kala. Mereka pun jadi sering menghabiskan waktu bersama walau mereka tidak berada dalam satu kelas bahkan kelas mereka berada di lantai yang berbeda.
“Nih gue bawain lo susu coklat,” ujar Draco kepada Calandra saat keduanya duduk di kantin sekolah sambil menunggu Hakim dan Raline yang sedang sibuk mengantri makanan dan minuman.
“Perasaan gue, gue ngga ada pesen susu coklat sama lo co.“
“Emang ngga. Gue aja yang mau kasih,” balas Draco datar.
“Lahu dari mana kalau gue suka susu coklat?“ tanya Calandra agak kebingungan.
“Ya tahu dong. Kita kan udah sering hang out bareng,” jawab Draco.
“Oh, iya juga ya. By the way gue minum ya ini. Makasih banyak lho,” ujar Calandra sambil meminum susu dalam kotak itu.
“Nanti siang gue anter, mau ngga?“ Tanya Draco.
“Anter gue? Anter kemana?“ mendadak Calandra tak bisa berpikir.
“Lho, bukannya nanti siang, abis pulang sekolah kelas lo ada kegiatan berenang di luar?“ Draco bertanya.
“Kata Raline?“ tanya Calandra mulai menyadari.
“Iya.“ jawab Draco cepat.
“Iya sih tapi kan dari sekolah kita pada naik angkutan umum yang udah disediain pihak sekolah,” ujar Calandra.
“Ya udah lo mah ngga usah naik angkutan umum itu. Lo bareng gue aja naik motor,” Draco menyarankan.
“Trus si Raline gimana? Kasian dia nai,k angkutan umum sendirian“ tanya Calandra sekaligus merasa tidak enak dengan temannya yang satu itu.
“Biar aja, dia mah naik angkutan umum. Toh dia juga ngga bener-bener sendiri kan di angkutan umum itu. Kan ada temen-temen sekelas kalian,” tukas Draco.
“Wah ngaco sih lo. Ngga mau ah gue, kasian Raline,” balas Calandra.
“Pada ngomong apaan sih kalian? Serius amat,” ujar Raline sambil membawa dua mangkuk bakso pesanan dia dan Calandra.
“Gue mau ajak si Calandra buat bareng gue nanti,” jawab Draco sambil membantu Raline meletakan mangkuk bakso di atas meja.
“Kemana?“ tanya Raline bingung.
“Berenang,” jawab Draco lagi sambil memberi isyarat.
“Oh, berenang nanti siang pas pulang sekolah? Ya udah lo bareng si Draco aja Cal,” ujar Raline.
“Lah, terus lo sama siapa?“ tanya Calandra kebingungan.
“Sama siapa? Gue bareng temen-temen satu kelas lah. Pake tanya sama siapa!?“ balas Raline.
“Maksud gue, kita khan biasa kemana-mana barengan, masa sekarang pisah-pisah gini,” lanjut Calandra makin merasa tidak enak dengan Raline.
“Emangnya kalo sekali ini kita ngga sama-sama artinya lo mengkhianati persahabatan kita?!“ ujar Raline.
Calandra terdiam sejenak lalu berkata,”Ya ngga dong.“
“Ya udah kalau gitu. Berarti ngga masalah kalau nanti lo dianter sama si Draco,” ujar Raline sambil mengaduk kuah bakso yang sudah diraciknya dengan saus dan sambal.
Seolah sudah menyepakati keputusan perdebatan itu, mereka pun melanjutkan makan siang mereka sebelum waktu istirahat berakhir.
******
Bel panjang berbunyi sebanyak empat kali, bertanda waktu pulang sekolah telah tiba. Seluruh murid berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing.
Begitu pula Calandara dan Raline yang segera turun dari lantai empat gedung sekolah mereka menuju lapangan sekolah.
Hari ini bukan hanya kelas Raline dan Calandra yang mendapat jadwal kegiata nberenang tapi ada satu kelas lain juga yang mendapat jadwal berenang.
Maka pada titik kumpul itu ada dua kelas yang jadi satu dengan jumlah total murid sebanyak enam puluh murid.
“Udah kumpul semua?“ tanya guru olah raga mereka.
Para murid saling bertukar pandangan berusaha mencari tahu apakah teman-teman mereka sudah lengkap jumlahnya.
“Kayaknya sih sudah pak,” terdengar jawaban dari salah satu murid.
“Bapak absen aja ya. Biar jelas semua udah kumpul apa belum,” balas guru olah raga itu.
Guru olah raga pun mulai mengabsen satu persatu murid yang ternyata sudah lengkap jumlah ya.
“Oke. Karena sudah lengkap semua. Kalian boleh ke lahan parkir depan dan naik sesuai absen yang tertulis di kertas yang sudah saya tempel di jendela depan mobil,” ujar guru opah raga itu memberi intruksi.
“Baik paaakkk… “ balas para murid.
Lalu dengan tertib para murid berjalan menuju tempat parkir mobil-mobil yang akan membawa mereka sampai ke tempat mereka akan melakukan kegiatan berenang.
“Pak, kalau naik motor sama temen boleh?“ tanya Calandra kepada guru olah raga ketika mereka sampai di tempat parkir.
“Tidak bisa Cal. Kalau nanti pas pulang dari sana boleh lah” jawab guru olah raga itu.
“Oh, baik pak. Kalau gitu saya izin sebentar buat kasih tahu temen saya kalau saya tidak jadi bareng dia sekarang,” ujar Calandra meminta izin.
“Oke. Tapi jangan lama-lama. Kita sebentar lagi berangkat,” jawab pak guru.
Calandra melesat cepat mencari Draco di tempat parkir khusus motor yang berada dekat pintu gerbang sekolah.
Calandra tidak memerlukan waktu yang lama untuk menemukan keberadaan Draco yang sedang duduk manis di atas motor matic miliknya.
Melihat Calandra berjalan cepat ke arahnya, Draco mengubah posisi duduknya, yang awalnya santai jadi berubah ke mode siap berkendara.
“Gue ngga jadi bareng lo,” ujar Calandra.
“Lah kenapa? Tadi pas di kantin lo udah setuju buat gue anter ke kolam renang,” balas Draco.
“Ngga boleh sama pak Yuda. Semua harus naik angkutan umum yang udah disewa sama pihak sekolah,” jawab Calandra memberitahu.
“Oh gitu. Ya udah, gue bisa apa?!“ ujar Draco dengan nada kecewa.
“Tapi kata pak Yuda, nanti pas balik dari sana kita baru boleh buat pisah dari kelompok dan pulang sendiri-sendiri,” Calandra menambahkan informasi yang dia dapat dari guru olah raga mereka itu.
“Oh gitu. oke deh kalo begitu. Kalau gitu gue tunggu lo pas balik aja nanti ya, gimana?” ujar Draco yang moodnya kini berubah menjadi senang kembali.
"Terserah lo aja co."
setelah mengabari kondisi yang ada, Calanda pun segera kembali ke tempat parkir dimana mobil yang akan membawa dia dan teman-teman sekelasnya itu ke tempat renang berada.
Setelah mencari-cari mobil mana yang harus dia naiki, akhirnya di mobil terakhirlah Calandra harus naik dan sialnya di mobil itu tidak ada Raline. Dia dan Raline terpisah beberapa unit mobil.
Walaupun Calandra bisa berbaur dengan siapa pun, terlebih lagi teman satu kelasnya, namun tetap saja dia merasa jauh lebih nyaman bila bisaa bersama dengan Raline.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments