Bab.7

Saat Kane merasakan tangan devandra yang merangkulnya, wajahnya berubah kesal. Ia menusuk rusuk devandra dengan sikut lengannya, membuat devandra melenguuhh kesakitan yang akhirnya melepaskan rangkulannya.

Kane secepatnya melepaskan diri, segera menjauh dari devandra mengumpat kesal sambil memelototinya. "Ish! Ngapain sih loe and the geng rese loe itu datang kesini. Motel gue tertutup buat kalian! Jadi cepet pergi sana, jangan ganggu kesenangan gue!" usir Kane ketus.

"Bebeb-ku ... ayo tambah lagi juteknya. Kamu tau gak? Hari ini aku masih lapar, lapar akan kasih sayangmu. Kali aja kan nih perut jadi kenyang dijutekin sama kamu!" gombalnya sambil tertawa, diikuti tawa dari para pengikutnya.

Kane terus saja meladeni celotehan devandra, tanpa sadar ada sorotan tajam menatap mereka berdua. Darah Ken bergejolak, insting membunuhnya muncul. Jika dirinya diperbolehkan, ia akan menerkam tubuh penggoda pasangannya itu.

Memejamkan mata, Ken mencoba tenang. Taringnya yang memaksa keluar, ia hentikan. Membuka matanya setelah merasa normal kembali. Berjalan menghampiri Kane.

"Kane ... apakah mereka teman-temanmu?" tanya Ken senormal dan setenang mungkin.

"Bukan temen deket, cuma kenalan satu kampus," kata Kane asal ucap mengangkat bahunya masa bodo.

"Ah ... cuma kenalan. Halo, saya ken. Ah! Karena kane memanggilku dengan nama kesayangan, jadi kamu bisa panggil saya seperti Kane memanggil namaku. Panggil saya Ken Ken..." ucap Ken dengan santai tapi sengaja memprovokasi.

Wajah devandra berubah kemerahan, amarahnya menguasainya. Tangannya mengepal erat, siap untuk beradu jotos dengan rivalnya.

Saat suasan tegang, tiba-tiba terdengar suara tawa yang sangat keras dan tepukan tangan. Tentu saja menertawakan mereka.

Kane tentu saja kenal suaranya, benar saja si kerempeng Dita yang sedang tertawa.

"Hahahaha ... ya ampun Kane, sejak kapan loe memelihara dua singa jantan. Lihat mereka berdua saling unjuk gigi di depan loe! Gue udah gak tahan jadi penonton, hahahaha," Dita tergelak dengan sangat puas.

Kane semakin kesal mendengar sindiran Dita, ia melempar tisu yang di atas meja ke tubuh Dita. Ia menatap kesal dua lelaki di depannya, berjalan pergi meninggalkan mereka semua disana.

Sambil masih memaki kelakuan Devandra, ia masuk ke dalam motel untuk mencari minuman tanpa alkohol. Dirinya kurang suka minuman keras, meskipun hidup disini sangatlah bebas.

Setelah meneguk minumam dingin agar kepalanya lebih fresh, ia lalu kembali keluar untuk bergabung dengan yang lainnya.

"Hei! Kau masih belum pergi!" teriak Kane pada devandra.

Devandra mengangkat bahu, mengedipkan sebelah matanya dan memberikan kiss jauh pada wanita itu. Dia bertekad tidak akan kecolongan, ia akan terus menempel pada Kane.

Kane hanya bisa menghembuskan nafas kesal, ia tidak bisa berbuat apapun.

Barbeque siap dihidangkan, mereka segera mengambil piring untuk menikmatinya.

Ken sedang mengambil piring untuk Kane, tiba-tiba ia mendengar teriakan kesakitannya. Ia bergegas menghampiri kane, mangangkat tangannya yang melepuh merah.

"Aw perih," pekik kane saat Ken memeriksa lukanya.

Sasha tersenyum puas, ia dengan sengaja menjatuhkan udang panas ke tangan Kane.

"Kamu gak apa-apa?" Ken bertanya dengan nada cemas.

"Kamu gak apa-apa, Beb?" Devandra bertanya, berbarengan dengan Ken.

Dua lelaki itu bertanya sambil tarik menarik tangan Kane yang sudah memerah, mereka berdua tidak ada yang mau mengalah.

Kane merasa ingin memukul seseorang, melihat tingkah konyol mereka berdua. Dengan kasar ia melepas tangannya dari mereka berdua, berbalik pergi masuk ke dalam motel untuk mencari salep bakar dengan emosi.

Ken menatap punggung Kane yang berjalan jauh, merasa bersalah karena sudah terbakar cemburu dan tidak memperdulikan kesakitan Kane lebih dahulu. Ia segera berjalan menyusulnya.

Devandra yang ditinggalkan, segera berbalik badan dan langsung menatap tajam Sasha.

"Loe sengaja jatuhin tuh udang panas pada tangan Kane?!" tanya Devandra kesal.

"Gak lah ... ngapain aku kayak gitu. Mungkin tangan aku aja yang licin, jangan nyalahin aku Dev, aku beneran gak sengaja," jawab Sasha bohong, mimik wajahnya terlihat berkata jujur.

Devandra pun tak ingin memperpanjang lagi masalahnya, ia mengambil minuman koktail yang ada di meja. Merasa sangat haus karena kesal mengingat tangan Kane yang disentuh lelaki bule tadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!