"Cepat Robin! "
"Saya sedang berusaha, Tuan! "
Sebuah mobil sedan melaju dengan kecepatan maksimal di jalanan yang lengang. Tapi hujan deras yang mengguyur disertai petir yang menggelegar sedikit menghambat laju mobil tersebut.
"Di depan banjir, Tuan, "
"Astaga.. "
"Saya akan memutar, Tuan. "
"Dia sudah sangat kritis, Robin, "
"Saya akan usahakan secepatnya, Tuan. Saya juga sudah menghubungi ambulance agar cepat mendapatkan pertolongan pertama, "
Pria yang memangku kepala Anggita menghela nafas kasar. Ia tak tau apa yang sudah terjadi pada wanita itu. Keadaannya sangat mengenaskan saat ini, dan dipikirannya hanya ingin segera sampai di rumah sakit agar wanita itu bisa segera tertolong.
"Apa yang sebenarnya sudah terjadi padanya, Robin? "
"Saya juga tidak tahu, Tuan, "
"Apa dia mencoba untuk bunuh diri lagi? " gumamnya dengan pandangan menerawang.
Rasa khawatir dan takut bercampur menjadi satu. Tak bisa ia pungkiri rasa cintanya terhadap wanita itu semakin membesar meskipun ia ingin sekali membencinya.
Ia dibutakan oleh sebuah fitnahan yang membuatnya gelap mata dan memberikan hukuman pada wanita lugu itu. Bukan hukuman berupa siksaan ataupun membersihkan rumah seperti yang selalu diberikan oleh ibu mertuanya, tapi dengan diamnya pria itu sudah merupakan hukuman yang sangat menyakitkan bagi Anggita.
Rega, ya lelaki yang sudah menyelamatkan dan kini membawa Anggita ke rumah sakit adah Rega, suami Anggita sendiri. Lelaki itu mengusap kepala Anggita yang basah oleh air hujan, sebenarnya ia dan Robin pun juga basah karena menolong Anggita tadi.
"Da-darah? " tapi alangkah terkejutnya ketika ia melihat telapak tangannya dan mendapati noda merah disana yang ia yakini adalah darah Anggita.
"Cepat, Robin! Anggita mengeluarkan bayak darah!" teriak Raga semakin panik.
"Saya usahakan secepat mungkin, Tuan, " Robin pun menambah laju mobil yang disetir olehnya.
Kejadian sebelumnya...
Rega dan Robin yang baru saja kembali dari pekerjaan mereka di luar negri, memutuskan untuk segera kembali ke rumah setelah pesawat mereka mendarat.
Robin menawarkan untuk menginap di hotel, tetapi Rega memilih untuk segera pulang saja. Entah kenapa, perasaan nya mendadak tidak enak. Ia terus terfikir kan oleh Anggita, istrinya.
Sebenarnya beberapa bulan belakangan ini ia sering merasa tak nyaman dalam hatinya. Semenjak ia menerima paket berupa foto-foto dan video yang berisi istrinya sedang bermesraan dengan lelaki lain.
Lebih tepatnya berselingkuh, begitu ia menyebutnya. Maka dari itu, ia pun berfikir mungkin karena perselingkuhan istrinya itulah yang membuat hatinya sering merasa tak nyaman.
Tapi ini merupakan kedua kalinya perasaannya nya sungguh tak enak. Ia selalu saja terbayang oleh senyum sang istri sebelum pertengkaran mereka, lalu senyum itu berganti dengan tangisan, rintihan, jeritan serta teriakan daeinAnggita yang meminta tolong, memohon maaf dan mengiba.
"Ada apa denganku sebenarnya? Kenapa aku slelau memikirkan wanita ja-lang itu? " gumamnya yang sering tak fokus pada pekerjaannya karena tiba-tiba dihantui oleh bayang-bayang Anggita yang sedang bersedih.
Pertama kali saat ia benar-benar merasa hatinya tak nyaman adalah saat ia melihat Anggita menenggak cairan deterjen saat disiksa oleh ibu mertuanya dengan ditempeli setrika.
Yang kedua kalinya adalah saat ini, meski rasa lelah dan kantuk yang teramat sangat sudah menghinggapi nya, ia tetap kekeh untuk secepatnya pulang karena perasaannya yang sudah tak nyaman dengan fikiran yang selalu tertuju pada Anggita. Sampai Robin menyerah untuk membujuknya dan mengantarkannya pulang.
Dan benar sana, begitu sampai dihalaman dan baru saja turun, kedua orang itu dikejutkan oleh suara teriakan samar-samar dan langsung menyusul tubuh Anggita yang meluncur ke bawah. Tanpa berfikir lagi, Rega maupun Robin langsung secepat kilat berlari menerobos derasnya hujan untuk menangkap tubuh kurus Anggita.
"Jangan...! " samar-samar terdengar teriakan dari lantai atas, tepatnya kamar Robin yang menghadap halaman.
Kedua orang itu mendongak mencari sumber suara, namun siapa sangka keduanya dikejutkan oleh seseorang yang terlempar begitu saja ke bawah.
"Robin! "
"Awaaas...!
" Jangan... ! "
"Anggita..!" entah sadar atau tidak, teriakan itulah yang keluar dari mulut kedua pria dewasa tersebut.
Rega sendiri pun tak tau kenapa ia bisa meneriakkan nama istrinya itu, mungkin karena gilirannya sedang dipenuhi oleh nama Anggita, atau memang perasaannya mengatakan jika orang tersebut adalah iatrinya, Anggita.
Rega berlari sekuat tenaga berusaha untuk bisa menangkap sosok itu, Robin lun juga melakukan hal yang sama.
"Robiin... " teriak Rega lagi bersamaan dengan mendaratnya tubuh Anggita ke dalam dekapannya.
Namun kencangnya dorongan Anggita yang terjatuh secara terlempar, membuat Rega kewalahan dan hampir terjatuh ke belakang, tapi Robin dengan sigap menangkap tubuh Rega dan Anggita yang ada di dalam dekapannya sehingga kedua orang itu jatuh menimpa Robin.
"Syukurlah, " gumam Robin. Meskipun pria itu merasakan sakit di punggungnya, tapi ia sangat bersyukur karena Anggita dapat diselamatkan di waktu yang tepat.
"Anggita... Anggita ... , " seru Rega menepuk-nepuk pipi Anggita. Tapi tak ada respon sedikitpun dari wanita itu.
"Ambil mobil, Robin! Kita bawa dia ke rumah sakit terdekat secepatnya, " titah Rega pada asisten pribadinya tersebut.
Robin beranjak, "baik, Tuan, " lelaki itu segera melakukan apa yang perintahkan.
Rega menggendong tubuh lemah Anggita ke dalam mobil dan berusaha membangunkan istri yang sudah beberapa bulan ini ia acuhkan.
"Anggita.. bangunlah! Apa yang terjadi padamu? " Rega menepuk-nepuk pipi, dan batu Anggita secara bergantian.
Ia juga menggosok-gosok tangan Gita yang sangat dingin, wajah wanita itu sangat pucat dengan bibir yang membiru. Rega juga merasakan tubuh Anggita menggigil di alam bawah sadarnya, saat lelaki itu menyentuh beberapa bagian tubuh istrinya, ia merasakan dingin seperti es batu pada tubuh Anggita.
"Apa yang sebenarnya sudah terjadi, Anggita? kenapa kamu tak pernah memberitahu apapun padaku? "
Robin mengerutkan kening mendengar perkataan atasannya, "Bukankah Anda sendiri yang sudah mengacuhkannya, Tuan? " ucapnya dalam hati.
"Kenapa kamu selalu mencoba untuk bunuh diri? Apa karena rasa bersalah mu padaku, sampai-sampai kamu memutuskan untuk mengakhiri hidupmu? "
"Saat Anggita sadar saja kau tak mau bicara padanya, giliran orangnya pingsan baru ngomong panjang lebar, " gumam Robin menggerutu pelan, yang sebenarnya juga merasa kesal terhadap Rega yang berbuat seenaknya terhadap istrinya.
Rega mengacuhkannya, tak memperdulikan nya, bahkan menuduhnya tanpa mau mendengarkan penjelasan daei Anggita terlebih dahulu.
"Padahal Anda orang yang cerdas, tetapi begitu mudahnya Anda termakan oleh sebuah fitnah yang dilakukan oleh mama tiri Anda itu, "
Robin memang sudah sering merasa curiga terhadap Mama Siska, yang merupakan ibu tiri dari atasannya itu. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa karena mata hati Rega sudah tertutup oleh kasih sayang yang besar terhadap wanita paruh baya tersebut.
"Saya harap, Anda secepatnya akan mengetahui kebenaran-kebenaran yang tersembunyi, Tuan, " doa Robin dalam hatinya seiring ia menginjak pedal gas dengan kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments