Hahahahaha... "
"Hahahaha... "
Suara tawa kencang dari dua manusia berbeda jenis menggema memenuhi sebuah ruangan yang kedap suara. Ruangan yang cukup luas dan di dalamnya terdapat bar mini.
Ada berbagai jenis minuman disana, dari yang non alkohol hingga yang kadar alkoholnya sangat tinggi juga ada.
Kedua orang itu saling duduk bersebelahan dengan tangan masing-masing menggenggam gelas yang berisi cairan minuman keras.
"Mama seneng banget, Ka, " ucap salah satu orang itu yang ternyata adalah mama Siska.
Ibu mertua dari Anggita, dan ibu tiri dari Rega.
Wanita itu kembali menyesap minumannya, dengan senyum dan tawa yang tak lepas dari bibirnya.
"Mama sangat puas, " berkali-kali ia mengatakan hal tersebut.
Raka yang sejak tadi sibuk meminum alkoholnya pun ikut tersenyum.
"Aku juga, " sahutnya.
"Karena aku juga berhasil mencumbui wanita itu," batin Raka.
"Kamu hebat, Raka. Aktingmu sangat pantas diacungi jempol," mama Siska mengacungkan kedua jempolnya kepada Raka, anak semata wayangnya.
"Aa.. Tidak-tidak, kamu bahkan pantas menjadi aktor, " ucap mama Siska dengan antusias memuji putranya.
"Akting? Aku bukan sedang berakting, Ma. Aku sungguh-sungguh dalam melakukannya dan bahkan sangat menikmati nya tadi, " Raka berkata dalam hatinya.
Karena jika sampai ibunya tau akan hal tersebut, pasti mama Siska akan marah padanya.
Lelaki itu ingat saat ia menjamah dan menggerayangi tubuh **** Anggita yang sedang dalam pengaruh obat bius.
Anggita yang memang sudah pingsan karena kelelahan dan kedinginan, masih saja ditambah dengan suntikan bius, terang saja wanita itu hanya bisa terkulai tak berdaya dan sama sekali tak merasakan sentuhan dari Raka.
"Tapi sayangnya aku belum bisa memasukinya.. " keluh Raka dalam hati.
"Hah, sial! " gumam Raka berdecak kesal.
Raka masih membayangkan betapa mulusnya tubuh Anggita, betapa seksinya wanita yang saat ini tengah hamil muda itu.
"Andai aja mama nggak ganggu kesenangan gue, dan gue bisa masuk," Raka memejamkan matanya, mengkhayalkan tentang sesuatu yang tidak seharusnya ia bayangkan.
"Ah... " desahnya seorang diri.
Ia sangat ingin merasakan bagaimana nikmatnya berhubungan dengan Anggita. Karena hanya dengan memandangnya saja sudah membuatnya bergairah, apalagi saat ia harus bersandiwara menggerayangi Anggita, hal itu sungguh membuatnya menggila.
"Kenapa wanita itu bisa sangat mempesona di mataku, apa yang membuatnya berbeda dari gadis lain, " sesungguhnya Raka sendiri pun tak tau kenapa dirinya bisa tergila-gila dengan Anggita yang adalah istri dari kakaknya sendiri.
Meskipun Rega hanyalah kakak tirinya, tetapi mereka tetaplah satu ayah, mereka sedarah kan. Lagipula masih sangat banyak wanita lain diluar sana jika Raka berfikiran waras.
Tetap saja, Raka sangat ingin merasakan wanita itu. Hampir saja ia lepas kendali dan tak bisa membendung hasrat terlarang nya lagi. Bahkan ia hampir berhasil merenggut kehormatan wanita yang merupakan kakak iparnya sendiri. Tapi sayang.. Raka belum seberuntung itu, mama Siska datang di waktu yang sangat tepat.
Wanita yang memiliki wajah jutek dan berwatak sadis itu langsung menarik kerah belakang Raka dan memarahi anaknya habis-habisan.
"Mama nyuruh kamu buat bersandiwara, Raka. Bukan benar-benar menyentuhnya. Mama nggak sudi! " hardik mama Siska menghempaskan cengkeraman nya pada baju Raka begitu saja.
"Slow, Ma. Raka pura-pura doang kok, " ujar Raka mengelak.
"Hampir saja aku berhasil, " kesalnya bergumam dalam hati.
"Mama akan carikan kamu wanita yang lebih segala-galanya dibanding dia, wanita udik dan kampungan macam dia itu nggak pantes buat kamu, " omel mama Siska pada Raka.
"Hmm, " Raka hanya menjawabnya dengan malas.
"Kamu itu anak Mama satu-satunya, kamu harus bisa lebih unggul dari si Rega itu, jangan sampai malah kamu dapat bekasnya, " mama Siska masih terus mencerocos tiada henti sampai Raka malas untuk meladeninya.
"Iya, Ma, " Raka memilih untuk kembali menenggak minuman alkohol dari botolnya langsung. Daripada harus terus mendengar ocehan dari ibunya tersebut.
"Apa masalahnya kalau Anggita cewek kampungan, norak dan polos. Justru itulah yang aku sukai, daripada cewek-cewek disini yang semuanya sudah binal kelakuannya, " fikiran Raka melayang-layang bersamaan dengan kesadarannya yang semakin berkurang.
Mama Siska yang merasa di abaikan oleh anaknya hanya bisa mendengus sebal dan pergi dari kamar Raka tersebut.
Wanita paruh baya itu kemudian pergi ke ruangan pribadinya. Ruangan yang ia pergunakan untuk menyusun rencana dan menyimpanmenyimpan semua alat juga obat-obatan yang ia pergunakan untuk melumpuhkan suaminya selama ini.
Juga untuk membuat rencana agar bisa merebut perusahaan yang saat ini tengah Rega jalankan.
Mama Siska kembali tertawa saat melihat lembaran demi lembaran foto yang berisi Anggita dengan seorang pria.
"Ini baru permulaan, Anggita. Aku akan membuat hidupmu seperti di neraka. Sampai kamu sendiri tidak akan sanggup untuk bernafas di dalamnya, "
Mama Siska menatap tajam foto yang di pegangnya sejak tadi, kemudian ia meremat foto tersebut dalam genggamannya hingga buku-buku jarinya memutih.
"Dan kamu Rega, nikmatilah masa-masa kekjayaanmu saat ini. Karena tak akan lama lagi, perusahaan yang kamu pimpin sekarang ini akan jatuh ke tangan anakku, " seringaian jahat tampak dari bibir merah wanita paruh baya itu.
°°°
Anggita merasakan sakit pada raganya, tapi ia masih bisa menahan sakit itu. Tapi luka pada hatinya, tak mampu ia sembuhkan begitu saja. Sedangkan untuk menahannya, ia merasa sudah tak mampu lagi.
"Rasa sakit karena di siksa oleh ibu mertuaku, di lecehkan oleh Raka disetiap waktu, dan kini masih harus ditambah dengan tatapan kebencian dari suamiku sendiri, " gumam Anggita yang masih menangis seraya duduk bersimpuh di samping ranjang.
Anggita ingat wajah Rega saat marah padanya tadi, "apa aku akan sanggup saat melihat wajahnya?"
"Apa aku akan bisa bertahan hidup di sampingnya? " terbayang juga wajah Rega saat tersenyum, kemudian saat Rega marah lagi.
Wajah Rega dengan berbagai macam reaksi bermunculan dalam ingatannya.
"Tapi aku juga nggak bisa ninggalin Rega dibawah bayang-bayang Mama Siska yang kejam itu, " Lalu terbayang juga bagaimana kejamnya sang ibu mertua dalam memfitnah dirinya, sampai Rega masuk kedalam jerat kebohongan dan segala fitnahan yang ibu tirinya itu buat.
Tangannya meremas semua foto-foto yang berisi dirinya dan sorang lelaki yang belum jelas siapa orang tersebut.
"Apalagi jika harus meninggalkan papa Refan yang sudah aku anggap seperti papaku sendiri. Keadaan papa bener-bener membuatku nggak mungkin bisa meninggalkannya. Papa Refan udah baik banget sama aku selama ini,"
Anggita juga merasa tak tega dengan keadaan ayah mertuanya yang semakin hari semakin memburuk efek obat pelumpuh syaraf yang di berikan oleh sang ibu mertua.
"Sungguh aku benar-benar ingin mati saja daripada harus hidup seperti ini. Tapi kenapa mereka tak pernah mengizinkanku, dan mereka hanya senang menyiksaku saja.."
Sebenarnya apa salahku, ibu mertua?
Kenapa kau begitu sangat membenciku?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments