Ternyata untuk mati pun tak semudah itu..
Saat aku sudah benar-benar berpasrah pada Tuhan, dan aku berniat menjatuhkan diri dari atas balkon bermaksud untuk mengakhiri hidupku yang penuh penderitaan ini.
Hidup yang seperti terlepas dari kandang singa, tapi kembali masuk ke kandang srigala. Sama saja, sama-sama membuatku tersiksa lahir dan bathin.
Tiba-tiba aku merasa ada yang menangkap dan menggenggam tanganku erat, lalu menariknya sekuat tenaga hingga aku kembali terjatuh di teras balkon tepat diatas tubuh orang itu.
Aku membuka mata, dan senyumku terkembang saat tau orang yang sudah menyelamatkanku adalah Rega, suamiku yang sudah mulai aku cintai sejak ia menyatakan perasaannya padaku dulu.
"Makasih, Mas. Udah percaya sama aku, " ucapku padanya dengan rona bahagia.
Karena aku berfikir jika ia menyelamatkan ku karena ia sudah sadar atas apa yang sudah aku ucapkan padanya dan ia sudah percaya padaku.
Aku pun sempat memiliki sedikit harapan kebahagiaan saat tiba-tiba Rega menangkap tanganku dan menolongku dengan raut wajahnya yang panik. Seperti orang yang sangat takut kehilangan orang yang paling dicintai.
Untuk sesaat aku merasa bahagia, aku kembali berharap padanya. Berharap untuk dia menjadi pelindungku dari orang-orang yang sudah jahat padaku.
Tapi ternyata tidak, aku salah besar.Rega menyelamatkan ku hanya karena tidak ingin rumahnya ternoda oleh darahku.
"Kalau kamu mau mati, di jalan atau rel kereta sana! Jangan di rumahku. Yang ada nanti dikira aku yang membunuh mu, " ucap Rega dengan keras dan wajahnya tampak sengit.
Perkataan Rega sungguh sangat menyayat hatiku. Harapanku musnah sudah. Kalian bisa bayangkan itu, bagaimana jika suami yang kalian cintai berucap seperti itu pada kalian?
Apa sebenarnya yang sudah membuatnya membenciku begitu saja, babakan dalam waktu beberapa jam saja aku berubah menjadi orang asing baginya.
"Bunuh aku jika memang itu maumu, Mas!" seruku memukul dada yang terasa sesak.
Rega mendengus. Tak menganggap perkataanku.
" Aku ikhlas.." tak terhitung lagi air mata yang tumpah dari kedua bola mataku, menangisi kenyataan yang begitu pahit mendera hidupku.
"Cih! " Raga hanya bersedih melihat aku bersimpuh dengan uraian air mata.
Meskipun aku tak ingin menangis, tapi kenyataan ini membuat air mataku luruh terus dan terus tanpa aku minta.
"Tapi aku nggak akan pernah mengakui perbuatan yang memang nggak pernah aku lakukan, " ucapku dengan air mata yang semakin berderai.
"Mana ada orang yang selingkuh itu ngaku, kalau ada berarti tolol banget tuh orang, " Rega sudah berdiri dan berkacak pinggang. Sedangkan aku masih bersimpuh dibawah kakinya.
Masih terbayang di ingatanku perlakuan manisnya padaku saat awal-awal pernikahan kami. Meskipun ia tergolong orang yang kaku, tapi tak pernah sedikitpun Rega berkata kasar padaku.
Ia selalu memperlakukan orang dengan baik, sekalipun dulu dia baru saja mengenalku, bahkan ia belum tau asal usul ku. Dia mau menerimaku apa adanya. Hal itulah yang membuatku sangat bahagia dan mau saat ia memintaku untuk menjadi istrinya.
Tapi apa kenyataannya sekarang, hanya karena sebuah fitnahan ia berubah menjadi orang yang kasar. Bahkan aku belum pernah melihat sikapnya yang seperti ini sebelumnya.
"Apa yang musti aku lakukan biar kamu percaya sama aku, Mas? " seruku sambil menyeka air mata agar pandanganku sedikit lebih jelas.
"Nggak ada! " jawabnya ketus.
"Foto-foto itu semua rekayasa, Mas, " ucapku dengan sesenggukan.
"Rekayasa? kamu fikir aku bodoh? " Rega menunjuk kepalaku bahkan juga menekannya hingga kepalaku terdongak ke belakang.
"Enggak, Mas.. itu benar-benar hanya tipuan, itu bohong!" ucap ku masih berusaha menjelaskan.
"Aku nggak buta, Anggita! Aku tau mana yang nyata dan mana yang settingan. Dan foto-foto itu nyata adanya, " suara Rega semakin mengeras, hingga nyaliku menciut dibuatnya.
Sepertinya dia benar-benar murka saat ini.
"Tapi aku bahkan pingsan semalam, dan saat bangun, aku sudah lihat kamu pulang. Aku senang, tapi kamu sudah langsung melemparkan foto-foto itu padaku, " aku tetap pada pendirian ku, aku berusaha berbicara apa adanya meski aku tau semuanya hanya akan sia-sia saja.
"Pingsan karena kelelahan habis bercinta dengan pria itu maksudmu? " ucap Rega merendahkanku.
Aku menggeleng lalu mendongak untuk melihat wajahnya. Ada kesedihan, kekecewaan dan luka yang mendalam dari sorot matanya yang memerah.
Aku pun sama, bahkan aku lebih hancur. Saat tak lagi dipercaya oleh suamiku sendiri, orang yang kuanggap pelindungku, kini turut mengabaikanku.
"Aku cinta sama kamu, Mas.. aku nggak mungkin mengkhianati kamu, " ucapku yang seperti gumaman.
Tenggorokanku kering dan terasa sakit, apalagi sekujur tubuhku yang sudah sangat lemah karena sejak pagi belum terisi apapun dan malah sudah mendapat siksaan dari ibu mertua ku.
"Aku sayang sama kamu, Mas. Kamu jangan kayak gini sama aku. Aku sakit.. " ucapku merintih dan mengiba.
Namun bukannya peduli, Rega malah berlalu begitu saja dan masuk ke dalam kamar.
Dari balkon kamar lain yang aku tau itu adalah balkon kamar Raka, aku menangkap dua bayang orang. Ibu mertuaku tersenyum puas melihat Rega marah-marah padaku.
Sedangkan anak kesayangannya menatapku dengan tatapan lapar, tatapan yang sangat menakutkan bagiku.
Aku membenahi gaun tidur yang terpasang di tubuhku, gaun yang kupakai sudah melorot kesana kemari tak karuan. Sebuah gaun tipis berwarna merah menyala, dengan model mini dan sangat menerawang.
Seingatku, aku tak memakai pakaian ini sebelumnya. Bahkan aku sama sekali tak tau kalau aku punya gaun seperti ini. Terlihat sangat seksi dan nakal, pantas saja Raka menyeka air liurnya sejak tadi. Sedangkan Rega menatapku dengan jijik.
Karena aku sudah terlihat seperti ****** yang baru saja menjajakkan tubuhnya.
"Rasain kamu, emang enak dibenci sama Rega, " aku mendengar samar-samar ucapan mama Siska.
Apa dia yang sudah memfitnah ku?
Kenapa? Kenapa dia begitu tega padaku?
Aku jadi teringat foto-foto tadi, didalam foto itu laki-laki yang berbaring disampingku tidak terlihat wajahnya. Tapi tubuhnya, postur tubuhnya seperti tidak asing.
"Apa lelaki itu Raka?" tanyaku pada diri sendiri.
Aku berdiri dengan sempoyongan, tubuhku terasa lemah tak bertenaga. Aku merambat berpegangan pada dinding untuk masuk kedalam kamar.
Kuambil foto-foto yang masih berserakan di lantai. Foto yang tadi Rega lemparkan padaku. Sangat banyak. Ada berbagai macam pose disana.
Aku menutup mulut saat melihat salah satu foto, disana terdapat aku dan lelaki itu seperti sedang berhubungan badan. Pantas saja Rega menyebutku murahan, dan ja-lang.
Hidupku kini terasa lebih buruk daripada di penjara. Setelah Rega menarikku dan menyelamatkanku tadi, hingga aku terlepas dari upaya bunuh diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Helen Gunawan
menarik keren thor critanya
2023-10-23
1
Rin Rs
Adehhh kau sja yg kepedean d kira ditolongin sok banget
2023-10-12
1