Apa Salahku, Ibu Mertua?
Tamparan di pipi Gita dari Nurdin tak mampu gadis itu hindari saat sang ayah tiri mengetahui bahwa suaminya baru saja meninggal.
Rasa pilu dan sedih karena baru saja ditinggal mati oleh sang suami, ditambah dengan tuduhan dari ayah tirinya membuat perasaan Anggita semakin hancur.
Plak ...
"Kau membunuh suamimu, Gita? Apa kau tidak waras? Kau mau masuk penjara, hah!" suara Nurdin menggelegar, membuat semua tetangganya mendengar dan mulai berbisik-bisik ada apa gerangan.
Seorang gadis yang tengah polos, tak berpakaian sama sekali dan hanya berbalut selimut, tengah menangis tersedu-sedu dan menggoyang-goyangkan tubuh seseorang yang tergeletak di sampingnya.
Lelaki itu setengah telanjang, ia tampak terkulai tak berdaya dengan memegangi dadanya yang terasa sesak. Lelaki itu menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya hingga tak dapat berkata-kata. Namun ia memaksakan diri untuk mengucapkan satu dua patah kata kepada gadis yang sedang menangis di sampingnya tersebut.
"Akh-ku ... men-cinta-imu, Ang-gita. Tap-i ak-u tak mam-pu lag-i men-jaga-mu. Ku-har-rap, kau bis apa baha-gi-a de-ngan le-laki la-in, " ucap lelaki muda itu dengan terputus-tupus dan nafas tersengal-sengal pada gadis yang bernama Anggita.
"Enggak, Mas... Mas nggak boleh ninggalin aku, ayo kita ke rumah sakit dan Mas Ridwan akan sembuh, " ajak Anggita.
"Ak-ku engh ... gak kuw-at lagi, Git-a. Ku-mohon rela-kan a-ku, raih-lah ke-bahagiaan-mu. A-ku sang...ngat men-cinta-imu... " Ridwan menghembuskan nafas terakhirnya setelah mengucapkan kalimat itu pada Gita, istrinya yang baru saja dinikahinya tadi pagi.
"Mas Ridwan...! " seru Anggita, "Mas Ridwan nggak boleh ninggalin aku!" Teriak Gita mulai meraung.
"Bukannya Mas Ridwan udah janji akan melindungi aku sama ibu dari bapak tiriku?"
"Mana janjimu, Mas?" Teriak gadis itu lagi.
"Bahkan Mas Ridwan baru menikahiku tadi pagi, apa Mas udah mau meninggalkanku dan menorehkan lebel janda padaku secepat ini? " Gita histeris, ia terus menggoyang-goyangkan raga Ridwan yang sudah tak bernyawa itu.
Ya, Anggita harus menjadi janda dalam waktu satu hari pernikahan. Bahkan KTP nya saja belum berganti status.
Anggita Dewi, Seorang gadis yang polos dan lugu. Ia hidup di sebuah desa yang mayoritas penduduknya adalah petani, ayahnya sudah meninggal saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Sehingga ibunya yang dulu masih muda memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang lelaki yang kaya dan datang melamarnya.
Dengan dalih agar Gita tetap mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. Juga agar hidup mereka lebih berkecukupan, Nimas, ibunya Gita menerima pinangan tersebut dan menikah dengan lelaki itu.
Namun siapa yang menyangka, jika lelaki bernama Nurdin yang mengaku orang kaya tersebut ternyata hanya berbohong, ia hanya mengincar kecantikan Nimas saja. Bahkan ia adalah seorang pemalas yang hanya menjadi benalu dalam kehidupan Nimas dan Anggita.
Hingga Anggita pun terpaksa harus ikut bekerja membantu ibunya berjualan gorengan dan bekerja menggarap sawah meski ia masih kecil. Bahkan hasilnya hanya akan di hambur-hamburkan oleh Nurdin si ayah tiri tersebut.
Anggita yang semakin beranjak dewasa, mulai mencoba melawan saat ia melihat ibunya dipukul oleh ayah tirinya tersebut, namun justru dirinya ikut mendapatkan pukulan dari Nurdin.
Hari demi hari Gita lalui hidup dengan melihat kekejaman ayah tirinya. Bahkan saat ibunya mengandung pun, Nurdin tetap memaksa Nimas untuk bekerja mencarikan uang untuknya bersenang-senang di luar sana.
Disaat seperti itulah Ridwan datang bak pahlawan, ia yang memang menyayangi Gita, melamar gadis itu. Nurdin yang melihat Ridwan adalah anak dari lurah desa tersebut, tentu saja setuju dengan niat baik Ridwan.
Pernikahan pun dilangsungkan dengan mewah di desa Gita, tamu-tamu undangan berdatangan hingga membuat kedua mempelai kewalahan hingga kelelahan.
Tanpa ada yang tau jika Ridwan mempunyai riwayat penyakit jantung yang ia simpan sendiri selama ini. Hingga pada malam harinya saat mereka akan melakukan ritual malam pertama, tiba-tiba saja penyakit Ridwan kambuh karena efek dari kelelahan, hingga Ridwan pun harus menghembuskan nafas terakhirnya saat malam pertamanya dengan Anggita.
"Tidak, Pak! Gita tidak membunuh Mas Ridwan, Gita mencitai Mas Ridwan, mana mungkin Gita membunuhnya! Mas Ridwan kena serangan jantung, Pak ... Buk ... percaya sama Gita, " Gita meyakinkan semua orang dengan air mata berderai.
"Kalau kamu tidak mau ditangkap polisi, pergi dari kampung ini sekarang juga! Jangan pernah lagi menampakkan batang hidungmu disini! " Gita merasa bagai disambar petir mendengar perkataan Nurdin.
Mau kemana ia pergi, selama ini ia tak pernah keluar dari desa itu. Dan ia juga tidak sanggup kalau harus meninggalkan ibunya bersama lelaki jahat seperti Nurdin.
Tetapi tetangganya yang malah terprovokasi oleh ucapan Nurdin, ikut mengusir Anggita. Bahkan Anggita tak diperbolehkan untuk melihat wajah suaminya untuk yang terakhir kalinya.
Gita meronta ketika Nurdin menyeretnya keluar rumah, ia berteriak ingin melihat jenazah suaminya untuk kali terakhir, sebagai salam perpisahan darinya.
"Izinkan aku melihat Mas Ridwan untuk terakhir kalinya, Pak. " ucap Gita memohon seraya bersimpuh di kaki Nurdin.
"Pergi kamu sekarang juga! Sebelum warga ada yang menghubungi polisi, " bentak Nurdin pada anak tirinya tersebut.
Sang ibu hanya bisa turut menangis tersedu melihat anak yang sangat dikasihinya selama ini harus pergi meninggalkannya dengan keadaan yang kacau, juga dengan penyebab pengusiran pula.
Gita terpaksa membawa langkahnya pergi meninggalkan desa itu tak berbekal apapun. Masih untung ia tadi sempat mengenakan pakaiannya meski hanya berupa sebuah daster panjang.
Wanita itu menyusuri jalanan tak tentu arah karena dia memang tak tau mau kemana dan sedang berada dimana. Sampai pagi menjelang Gita masih saja terluntang lantung di jalanan dengan keadaan tubuh yang mulai lelah dan perut yang keroncongan.
Hingga ia melihat sesosok lelaki paruh baya yang duduk di kursi roda. Kursi roda itu melaju ke jalanan dan si lelaki paruh baya itu meminta tolong dengan suara lirih.
"Tolong..."
"Tolong... "
Tanpa berfikir panjang dan seakan mendapatkan tenaga kembali, Gita berlari semampunya dan menangkap kursi roda tersebut. Gita langsung mendorongnya dengan cepat hingga ke tepi jalan dan berputar ke depan kursi roda untuk menghentikannya agar si lelaki paruh baya yang duduk di atasnya tidak terjatuh. Alhasil tubuh Anggita lah yang jatuh terjengkang.
Dari belakang kursi roda, tampak dua orang pria berpakaian formal dan rapi berlari mendekat, satu pria memegang kursi roda dan satu lagi membantu Anggita untuk duduk.
"Anda tidak apa-apa, Nona? " tanya salah seorang laki-laki muda itu.
"Saya nggak papa, " jawab Anggita singkat pada lelaki itu dan beralih menatap lelaki paruh baya yang di tolong nya tadi.
"Apa Bapak tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?" tanyanya pada lelaki paruh baya yang duduk diatas kursi roda tanpa memperdulikan kedua lengannya yang terluka dan mengeluarkan darah.
Hal tersebut mampu membuat ketiga lelaki itu tertegun. Dalam fikiran mereka bagaimana bisa ada seorang gadis sebaik itu di zaman yang sudah seperti saat ini. Kemudian mereka pun mengajak Gita pulang untuk mengobati lukanya.
"Siapa dia? " Tanya seorang wanita paruh baya berpenampilan elegan dengan raut wajah tidak suka. Penampilan Anggita yang seperti gembel membuatnya merasa jijik.
"Ceritanya panjang, Ma. Lebih baik aku antar papa ke dalam dulu buat istirahat, biar dia diobatin sama Ambar, " jawab lelaki yang merupakan anak dari si pria paruh baya tersebut.
Rega Harsono, lelaki berusia 30 tahun. Ialah seorang lelaki yang memiliki sikap baik, hal itu menurun dari ayahnya. Ia juga merupakan anak yang penurut bagi kedua orangtuanya, termasuk pada ibunya yang notabene hanya seorang ibu tiri.
Ia merupakan CEO Harsono Grup. Sebuah perusahaan yang bergerak dibidang mall dan hotel. Semenjak ayahnya lumpuh, ia menjalankan perusahaan itu menggantikan ayahnya. Hal tersebut memicu kecemburuan pada Raka yang merupakan adik tirinya, dan kemarahan Siska sang ibu tiri. Karena Siska ingin jika anak kandungnya lah yang memimpin perusahaan tersebut.
Saat di dalam kamar, ayah Rega yang bernama Refan Harsono menyampaikan sesuatu yang membuat seisi rumah cukup terkejut.
"Rega, Anggita adalah gadis yang baik dan tulus. Papa sangat ingin memiliki menantu seperti Anggita. Tolong, menikahlah dengannya. Papa yakin dia akan menjadi istri yang baik untukmu dan ibu yang baik untuk anak-anak mu."
"Apa?! Jangan mengatakan yang tidak-tidak. Dia gadis kampung, tidak berpendidikan dan dekil. wanita kampung ini tidak mungkin menikah dengan Rega yang tampan dan mapan. Lagi pula, Mama sudah mempersiapkan calon istri untuknya. Mama tidak setuju!" tolak mama Siska yang sudah merasa tak suka pada Anggita sejak melihatnya pertama kali.
Tentu saja calon yang dipersiapkan olehnya adalah yang bisa ia ajak bekerjasama untuk mengeruk harta kekayaan keluarga Harsono.
Memang ini bukan kali pertamanya papa Refan menyuruh sang putra untuk menikah, karena memang umur Rega sudah pantas untuk membina rumah tangga. Dan juga usianya yang sudah tua serta kondisinya yang sudah lumpuh dan sakit-sakitan membuatnya ingin sekali melihat putra sulungnya itu menikah dan membina rumah tangga yang bahagia.
"Bukannya Rega menolak permintaan Papa untuk menikah, tapi Rega ingin fokus pada kesembuhan Papa dan juga pertumbuhan perusahaan dulu. Lagipula Rega belum punya calon istri, dengan siapa Rega mau menikah? " tolak Rega secara halus pada waktu itu saat sang ayah mengutarakan keinginannya di depan seluruh keluarga nya.
Mama Siska sang ibu tiri justru setuju dengan keinginan yang diutarakan oleh suaminya, karena ia memiliki rencana dibalik persetujuannya itu. Ia segera mencari dan mempersiapkan seorang gadis yang akan ia ajak bekerja sama untuk melancarkan segala rencana jahatnya.
Makanya saat Papa Refan menyuruh Rega menikahi Anggita, mama Siska tentu saja menolak mentah-mentah niat dari suaminya itu. Sebab ia sudah merasa tak suka pada Anggita sejak melihatnya pertama kali, gadis yang menurutnya jelek, kampungan dan dekil.
Ia berdalih jika Anggita tidak cocok dengan Rega yang tampan dan mapan, dan dia sudah memiliki calon yang tepat untuk Rega. Calon yang sudah ia training sedemikian rupa dan akan bekerjasama dengannya dalam mengeruk harta kekayaan keluarga Harsono.
"Baiklah kalau memang itu mau Papa, Rega akan menikahinya, " pada akhirnya Rega menerima permintaan ayahnya karena baktinya sebagai anak. Ia pun tak tega jika harus terus menolak permintaan ayahnya tersebut.
Apalagi papa Refan yang meyakinkan dirinya jika Anggita bisa mengurus ayahnya itu dengan baik setelah mereka menikah nanti sehingga Rega bisa fokus pada perusahaan.
"Terserah! Bahkan kalian tidak mengenal siapa gadis itu, bagaimana kalau dia hanya seorang anak penipu? " Seru mama Siska marah, namun berusaha mengendalikan nya karena tak ingin Rega tau niat hatinya yang sesungguhnya.
Papa Refan tersenyum penuh arti, "aku juga dulu menikahimu saat baru beberapa hari mengenalmu 'kan? Karena kau menyelamatkan Rega waktu itu, dan dia mendesaakku untuk menikah denganmu, "
Mama Siska melengos, ia masih sangat ingat sandiwara yang ia buat beberapa puluh tahun silam. Untuk menutupi hal itu, ia terpaksa menerima pernikahan Rega dengan Anggita.
"Aku tetap tidak akan menerima gadis itu sebagai menantu di rumah ini. Aku dan dia berbeda, aku berkelas dan dia sangat kampungan, "
Siska tak bisa mengakui jika Anggita mengingatkannya akan masa lalunya.
🥀🥀🥀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Risky Titi sarlinda
mau tanya tau gak apa judul novel Kavita dan vara punya ku kehapus lupa lagi apa judul nya kasi tau ya yang tau 😁🙏🙏
2023-06-04
0
Om Rudi
teganya Mas Ridwan. mayat kok tega
2023-03-12
2
👑Meylani Putri Putti
kasihan amat ya, baru nikah udah meninggol
2023-03-09
1