Bab 3

Esok harinya tepat jam 22.⁰⁰ malam, jam kerja Ica berakhir. Saat ia keluar dari pintu karyawan dan akan melangkah menuju jalan raya, ia di kejutkan dengan kehadiran dua orang laki-laki di pelataran parkir hotel.

“Mas Roni—Mas Agus?! Kalian kok ada di sini?” tanya Ica dengan raut wajah bertanya-tanya.

Roni dan Agus saling menatap saat mendengar perkataan Ica, Agus tidak tahu ada Roni di situ begitu pun sebaliknya, Roni tidak tahu ada Agus di situ juga. Mereka bertanya-tanya dalam hati “ Kenapa ada Agus di situ?”, begitu pun dengan Roni, “ Kenapa ada Bosnya di situ?.” Tatapan mereka kembali melihat pada Ica.

“Gue jemput elu, Cha” —“Mas jemput kamu, Cha,” ucap Roni dan Agus bersamaan.

Mendengar perkataan mereka berdua, Ica hanya bisa menggaruk keningnya yang tidak gatal karna bingung ada dua pria yang menjemputnya.

“Mm ... Maaf Mas Agus, Ica pulang sama Mas Roni aja,” ucap Ica dengan perasaan tidak enak hati karna harus menolak salah satu di antara mereka berdua. Ia memilih Roni karna mereka bersahabat sedangkan dengan Agus, ia baru saja kenal.

“Oke Cha, tidak apa-apa. Kalau begitu Mas pamit dan kalian hati-hati di jalan,” ujar Agus dengan wajah terlihat kecewa karna Ica memilih pulang bersama Roni.

Ketika Agus pergi, Ica menghampiri Roni.

“Mas Roni kok tumben jemput Ica? Biasanya juga Ngga jemput. Terus itu kenapa Bos Mas Roni jemput Ica juga?,” tanya Ica dengan bingung.

“Memang salah kalau Gue jemput elu? Kan Gue sahabat dan calon kekasih elu, malah bukan calon kekasih lagi tapi calon suami!. Tinggal tunggu elu jawab iya, langsung deh kita ke KUA. Kalau Bos Gue jemput elu, mana Gue tempe,” gurau Roni pada Ica sambil tertawa terbahak-bahak.

“Ye ... Tempe lagi, elu kira jualan gorengan apa! Kumat nih penyakit gilanya. Obatnya sudah di minum Mas?,” balas Ica,” sambil memutar bola matanya dengan jengah dan menoyor kening Roni sahabatnya.

Roni pun langsung merangkul Ica berjalan menuju mobilnya yang terparkir sambil mengacak-acak rambutnya dengan gemas.

“Ih Mas, kusut nih rambut Gue!,” gerutu Ica dengan muka cemberut dan mengenyakkan tubuhnya duduk di jok kursi mobil.

“Maaf ya calon istriku Sayang ... Habis Gue gemas liat elu. Makanya kita nikah yuk, biar Gue bisa unyel-unyel elu tiap hari.”

“Ya elah ... Makin malam makin jadi aja nih penyakit gilanya. Udah buruan jalan! Yang ada Ngga pulang-pulang Gue,” ucap Ica sambil menggelengkan kepalanya.

“Oke My Love! Tapi kita mampir makan nasi goreng dulu ya. Gue lapar, cacing-cacing di perut pada demo nih,” sahut Roni sambil menstater mobilnya dan menjalankannya keluar dari pelataran parkir hotel.

“Wah kalau itu sih Gue Ngga nolak. Kebetulan perut Gue juga lapar. Kita makan di tempat nasi goreng langganan kita kan?,” balas Ica sambil nyengir.

“Yoi Ca” timpal Roni.

Tak lama mobil yang mereka kendarai sampai di kios nasi goreng Lapak 3B langganan mereka. Mereka berdua turun dari mobil berjalan memasuki kios mencari tempat duduk dan meja yang masih kosong. Mereka pun langsung memesan nasi goreng favorit masing-masing dan juga dua gelas es jeruk kesukaan mereka.

Setelah pesanan mereka datang, mereka langsung menyantapnya.

“O ya Ca. Gue yakin Bos Gue suka sama elu deh. Soalnya kalau Ngga ada perasaan sama elu, ngapain juga dia datang ke tempat kerja, jemput elu?. Gue jadi khawatir Bos Gue mau rebut elu dari Gue. Nikah yuk Ca sama Gue, sumpah Gue benar-benar sayang sama elu. Gue janji bakal bahagia in elu,” ucap Roni dengan wajah khawatir Ica akan di rebut oleh Bosnya.

“Apa sih Mas. Memangnya nikah itu gampang?. Nikah itu bukan untuk satu atau dua hari aja loh, nikah itu untuk seumur hidup. Gue hanya ingin menikah sekali dalam hidup Gue. Meskipun Gue tahu nikah itu gambling, bisa awet sampai maut memisahkan atau pun berpisah karna perceraian. Lagian kan kemarin-kemarin Gue udah bilang sama elu, mana mungkin Bos elu suka sama Gue. Suka aneh-aneh aja lu mikirnya. Tapi yang Gue heran Bos elu tahu jadwal kerja Gue dari mana ya?,” balas Ica pada Roni panjang lebar dengan wajah bertanya-tanya dari mana Agus bisa tahu jam kerjanya.

“Ya elah Ca, Gue yakin kita bisa menjalani biduk rumah tangga dengan baik. Apalagi kita itu sudah saling mengenal sifat masing-masing selama 3 tahun dan kita mempunyai banyak kesamaan, mulai dari makanan, minuman dan hal lainnya. Kalau Bos Gue, apa sih yang Ngga dia tahu. Dia mah gampang tinggal suruh anak buahnya cari informasi, dapat deh apa yang dia inginkan.”

“Betul sih Mas, tapi apa semua itu akan menjamin rumah tangga kita akan baik-baik saja? Buktinya banyak tuh yang sudah lama saling mengenal sifat masing-masing dan menikah akhirnya berpisah juga kan. Sudahlah Ngga usah bahas soal menikah atau Bos elu lagi, bikin kepala Gue pusing aja.”

Roni menghela nafas berat saat mendengar perkataan Ica dan melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

“Udah malam Ca, besok kan elu masuk pagi, ayo kita pulang,” ujar Roni sambil berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri penjual nasi goreng membayar apa yang mereka makan dan minum.

Di dalam perjalanan menuju rumah Ica.

“Ca ... Tolong elu pikir-pikir lagi permintaan Gue. Ngga papa elu Ngga cinta sama Gue saat ini, yang penting Gue cinta sama elu. Dan Gue yakin cinta akan datang karna terbiasa. Gue ingin hubungan kita lebih dari pada sahabat. Walaupun kita dalam ikatan pernikahan, kita juga tetap bisa menjadi sahabat. Sahabat dalam suka dan duka hingga maut memisahkan kita,” ucap Roni penuh harap pada Ica.

“Kasih Gue waktu ya Mas. Karna Gue tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan. Semuanya harus Gue pikirkan matang-matang. Gue harap jangan karna permasalahan ini hubungan persahabatan kita jadi retak apa pun nanti keputusannya. Janji?.”

“Oke Gue janji. Dan Gue akan kasih elu waktu selama dua bulan. Deal?,” ucap Roni.

“Oke Deal” sahut Ica sambil tersenyum manis pada Roni.

Setelah 30 menit menempuh perjalanan, mereka berdua pun sampai di depan rumah Ica.

“Makasih Mas sudah antar Gue pulang dan traktir makan nasi goreng. Hati-hati di jalan.”

”Sama-sama Ca. Elu juga hati-hati di rumah ya. Kalau ada apa-apa langsung telepon Gue,” ujar Roni sambil mengacak-acak rambut Ica dengan gemas.

“Sip” sahut Ica sambil mengangkat jari jempolnya dan berlalu keluar dari dalam mobil Roni.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!