“Masak dia ngerjain gua! Jam beker di kamar gua di lambatin setengah jam sama si bocah tengil kutu kupret itu! Mana Papa mau dinas keluar kota lagi, jadi tadi pagi Mama udah sibuk nyiapin bekel buat Papa sama sarapan pagi." Arumi menghela napas lelah, penuh rasa kesal. "Jadi Mama minta tolong sama si Bagas suruh bangunin gua, dia bilang ke Mama kalau gua sudah mandi, lagi siap-siap berangkat sekolah. Padahal gua masih molor di kasur. Kupret memang, adik gak ada akhlak!" kesalnya.
“Hah? Kampret ya adek lo. Terus Mama lu percaya saja sama omongan si Bagas gitu aja? Lah bego banget?!" celetuk Indah.
"Heh ... itu Mak gue!"
"Eh, ya maaf. Keceplosan hehehe. Terus ... terus ... gimana lanjutannya?"
“Terus Mama lu percaya saja sama omongan si Bagas? Kalau lu lagi siap-siap berangkat sekolah gitu aja? Mulutnya si Bagas kan gak bisa di percaya? Mulut buaya," pekik Indah, mencibir.
“Awalnya Mama gua percaya aja. Tapi setelah sepuluh menit gua gak turun ke meja makan, akhirnya Mama mulai curiga. Di samperi dah, Mama gua langsung naik ke lantai dua, mengecek kamar gua dan lihat gua masih tidur sambil ileran di sana."
“Parah banget si Bagas. Orang tuanya aja di kibulin. Gua acungin jempol buat si calon buaya darat!" sahut Indah, tiba-tiba bersemangat setelah mendengar ceritaku.
“Kampret lu, lu sebenarnya teman gua apa Bagas sih, Nyet?!" omelku, menatap kesal padanya.
“Tapi Bagas, itu jahilnya tingkat dewa. Enggak beda jauh sama lu. Anggap aja ini karma lu. Karena dulu sering jahil sama Mang Ucup, hahaha ..." Indah tertawa terpingkal pingkal mengingat kejadian Mang Ucup di SMP dulu.
Dan setelah itu, fakta membagongkan pun terungkap.
Ternyata kami berempat sekelas. Kami pun memasuki kelas IPS-1 yang letaknya tidak jauh dari kantor guru. Kami duduk di bangku belakang, karena hanya itu bangku yang tersisa.
Kami berkenalan secara resmi dan kami memutuskan bersahabat dengan semudah itu.
Selena Putri, anak yang cantik, supel khas anak-anak Jakarta, berambut lurus, berhidung mancung dan badannya tinggi berisi. Dia pindahan dari Jakarta karena tugas dinas ayahnya yang di pindah ke Bandung. Dan anak semata wayang.
Bayu Nugroho, punya badan atletik karena dia pemain voli di sekolahnya dulu. Tapi siapa tahu kalau dia agak feminin? Karena dia anak laki-laki sendiri di keluarganya, terkadang dia di dandani oleh ketiga kakak perempuannya dan menjadi sedikit mempengaruhi kepribadian maco-nya itu. Dia juga pandai masak, dia selalu bawa bekal ke sekolah untuk di makan bersama kami. Baik, kan? Benar-benar inang yang menguntungkan untuk benalu seperti kami yang kadang kere uang saku ini.
Indah Lestari, anak cantik berkulit sawo matang, rambutnya ikal sebahu. Anak yang super cerewet dan suka ganti-ganti pacar. Walaupun terkadang sering menangis sesenggukan karna pacarnya ketahuan selingkuh, tapi entah lusa dia sudah berpacaran dengan cowok baru lagi atau tidak?!
Dan aku, Kayana Arumi, nothing spesial! Gua cuma anak tengah cewek sendiri di keluarga Pak Pranata, si tukang jahilin Bagas, adiknya. Dan Nando, kakaknya. Dengan badan berisi dan tidak terlalu pendek untuk ukuran atlet taekwondo. Yang bercita-cita bertemu oppa-oppa korea.
Begitulah pertemuan pertama kami. Dan sampai akhirnya kami menjadi sahabat yang selalu ada dalam suka maupun sedih.
***
Majalah dinding sekolah penuh sesak dengan murid yang ingin melihat berita terbaru sekolah, berita yang sedang jadi trending topik di seantero sekolah.
“Kira-kira si Rey bakal liburan di mana ya guys?, gua pengen banget ikut liburan bareng si ganteng Rey," ucap Indah, dengan mata berbinar binar.
“Indah yang cantik kayaknya baru kemarin gua dengar lu pacaran sama Tomy si kapten basket, udah putus lu?" tanya Selen, penasaran.
“Gak seru pacaran sama si Tomy udah gua putusin, habisnya gua jengkel, masak waktu gua jalan bareng ke Cafe dia kagak mandi habis latihan basket. Dan lu pada tahu, kan? Gua jengkel banget sama cowok yang bau badan?!” celetuk Indah, ilfil.
Mereka bertiga hanya bisa menggelengkan kepala, tidak heran dengan Indah yang sering ganti cowok seperti ganti CD.
Everyday.
Kelas hening ketika pelajaran Bu Ila, guru pelajaran matematika. Beliau mengatakan jika hari ini akan di adakan latihan ulangan untuk tengah semester.
Anak-anak hanya bisa pasrah, karena tidak ada penolakan untuk Bu Ila. Pelajaran yang rasanya setiap detiknya memakan waktu puluhan tahun.
Bu Ila mengawasi penjuru kelas dengan memasang mode mata elang. Dia menyusuri setiap meja, mencari murid yang berani menyontek.
Tapi sayang, dia tidak menemukannya dan menjadi sedikit kecewa karena merasa gagal mendapat pelampiasan amarah di tengah PMS bulanan melanda.
Kriiiinggg ... kriiinggg ....
“Waktu habis anak-anak, ketua kelas kumpulkan segera ke meja Ibu!" Bu Ila berseru lantang, membuat napas para budak nilai terembus panjang dengan tampang lega.
“Sel, gua sisa dua nomor lagi. Tunggu bentar," pinta Putri, tergesa.
“Nomor berapa?" tanya Selen, pelan, berusaha memperlambat gerakannya.
“29 sama 30?" Mata elang guru matematika itu menatap dua anak yang berkumpul di satu meja. “Selen cepat kumpulkan ke meja Ibu!" serunya, dengan nada horor.
“Oh iya Bu, 29 b 30 a udah buruan kasih ke gua," pinta Selena, merebut kertas jawaban Putri.
“Selena, Putri!" bentak Bu Ila, mulai menunjukkan lengkungan tanduk di ujung alisnya.
“Oh iya Bu, ini sudah semua." Selen segera memberikan semua kertas jawaban itu pada sang guru, dengan wajah kikuk, semi-semi takut kena sembur.
Bu Ila mendengus kasar sambil menerima kertasnya. “Ya, kalau begitu sampai jumpa minggu depan."
Bu Ila pergi keluar kelas, membuat semua anak bersorak murka karena terlalu tegang di ajar oleh guru model Devil seperti Bu Ila. Baru masuk kelas buat napas murid pengap. Kasih materi, udah kayak bunuh siswanya. Mengeri!
“Aaahh kagak tahu sudah berapa nilai gua!"
Arumi mendengar Angel mengeluh karena tidak ada persiapan sebelumnya dan menoleh padanya.
“Angel yang jago matematika saja mengeluh, lah gua apalah daya? Dapat pentungan lagi nih kayaknya. Lu gimana, Ndah, bisa?" tanya Arumi, menyenggol bahu Indah.
“Elah lu, tanya gua Rum? Gua aja asal pilih. Syukur tadi pilihan ganda jadi gampang aja, hahaha," tawa Indah, tanpa dosa.
Arumi mengalihkan pandangannya pada korban berikutnya. “Kalo lu, gimana Bay?"
“Lah lu tanya Bayu, Rum? Jelas bisalah, murid kesayangan Bu Ila kan si Bayu!" jawab Indah, secempreng knalpot bobrok.
“Ke kantin yuk. Gua lapar. Capek pikir gua," ajak Arumi.
“Iya gua juga," sahut Bayu, berdiri dari bangkunya. Bersiap melengos ke kantin dengan Arumi.
“Bayu sama Rumi memang dasar perut karet. Heran gua sama lu Rum, makan banyak tapi kagak gede tu badan," sindir Selen.
“Kan gua atlet taekwondo. Perlu asupan gizi banyak biar stamina gua kuat. Gitu loh Sel."
Bayu mencebikkan bibirnya kesal. “Buruan, gua lapar pengen mi ayam Bu Inem! Kalian jangan tengkar aja kayak ayam mau kawin. Ayo, buruan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Yem
Adik jahil 🤣
2023-03-23
1