Jatuh Dari Sepeda

Ahra pulang sekolah mengendari sepeda, lalu Zeyan bersembunyi di balik pohon bersama teman-temannya. Mereka sudah membuat jebakan, dengan melintangkan tali tambang tengah jalan. Saat Ahra melintas, tali ditarik dari sisi kanan dan kiri jalan.

Bugh!

Ahra terjatuh hingga tersungkur ke aspal, hidungnya mengeluarkan darah bersamaan dengan siku dan betisnya. Ahra meringis kesakitan, berusaha untuk berdiri.

"Hahah... itu akibatnya bila kamu berani melawan dengan kami." ucap Zeyan.

"Apa si salah aku sama kalian, mengapa kalian begitu jahat padaku." jawab Ahra, dengan nada tinggi.

( Author Note: Ini dijadikan pelajaran, jangan dijadikan tiruan. Sesungguhnya perbuatan ini termasuk menzalimi saudara sesama muslim, dan ingatlah setiap perbuatan akan menemui balasannya. )

Saat menjelang Maghrib, Ahra pergi mengaji. Ustadzah Setiana melihat ke arah Ahra, yang baru saja datang. Dia tampak murung akhir-akhir ini, ditindas sungguh menyakiti hati terdalam.

"Bu ustadzah, mengapa kadang kita tidak diperlakukan manusia padahal manusia?" tanya salah satu anak kecil.

"Nak, niatkan dalam hati karena Allah, niscaya tidak kamu temui rasa kecewa. Terkadang kita tidak bisa mendapat balasan serupa, untuk hal baik yang telah dilakukan." jawab ustadzah Setiana.

"Tapi hatiku sakit sekali, dadaku terasa sesak. Aku sudah seringkali mengucapkan istighfar, tapi air mata ini tidak bisa dibendung. Setiap hari aku diganggu, saat akan lewat." ujarnya.

"Anak-anak semua, barangkali perbuatan dzalim yang dilakukan manusia pada kita, untuk menghapus dosa-dosa. Kita jangan pernah membalas dendam, karena itu perbuatan yang tercela. Yang harus dilakukan adalah membuktikan, bahwa kita bisa menjadi manusia lebih baik lagi." Ustadzah Setiana menasehati para muridnya.

Ahra pulang ke rumah, sambil memikirkan ucapan ustadzah. Masih terngiang-ngiang di telinganya, bahwa harus berbuat tulus karena Allah. Ahra bertekad untuk tetap menjadi baik, meski telah diperlakukan jahat oleh Zeyan.

Amini menghampiri Ahra, sambil membawakan nasi dan sayur rebung. Amini tersenyum ke arah putrinya, sambil mengusap lembut kepala Ahra.

"Sayang, kamu makan dulu iya." ujar Amini.

"Iya Bu." jawab Ahra.

Ibunya keluar dari kamar, lalu Ahra menangis tersedu-sedu. Dia membuka lengan bajunya, lalu melepas perban putih yang melingkar di tangan.

"Perih sekali, mengapa mereka tidak berperasaan. Padahal aku juga manusia, aku bisa menangis. Di balik kekuatan ini, ada luka tersendiri." monolog Ahra.

Bukunya dirobek, penanya hancur, tas dibuang ke tong sampah. Tidak ada siapa pun, namun Ahra tahu siapa yang telah menginjak dan merusaknya. Ahra berjalan mengambil uangnya, yang berserakan di lantai. Ahra menangis teringat orangtuanya, yang memeras tenaga untuk kerja. Namun mereka memperlakukan Ahra dengan semena-mena, tanpa tahu penderitaan orang lain.

"Sabar, meski ini menyakitkan. Kamu kuat, meski pun ini sudah keterlaluan. Ayah sudah sulit berjuang, tidak boleh sia-sia." monolog Ahra.

Zeyan dan teman-temannya berjalan mendekat ke arah Rembulan, yang sedang menuju ke sekolah. Rembulan berlari cepat, saat Zeyan membawa silet. Mereka terus mengejar Rembulan, agar mentalnya kena.

"Aku harus sembunyi di mana." monolog Rembulan.

Rembulan memperhatikan sekitar tidak bisa fokus, pikirannya sungguh sangat panik. Dia bingung, di mana harus mencari tempat sembunyi yang aman. Rembulan terbayang-bayang akan silet Zeyan yang tajam. Bagaimana jika mengiris kulitnya yang halus, pasti dia akan cacat. Rembulan meneteskan air mata, mengalami ancaman yang luar biasa.

Terpopuler

Comments

Tati Suwarsih

Tati Suwarsih

aneh!g yg perduli...apalagu d lungkungan sekolah!

2023-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!