Ting! Ting!
Bel istirahat berbunyi, dan seluruh siswa keluar kelas. Ada yang ke kantin, ada yang menonton Ahra dihukum, ada juga yang bermain bola.
"Hei, pinjam bola kamu." Zeyan menunjuk seorang laki-laki.
"Tidak mau ah." jawab Yoyok.
"Kamu berani melawan aku, tidak tahu siapa aku." Zeyan membenarkan dasinya sendiri, berlagak berkuasa.
Yoyok memberikan bola, lalu Zeyan tersenyum jahat. Zeyan sengaja menendang bola, hingga mengenai kepala Ahra. Kepala Ahra kesakitan, karena pukulannya kuat.
"Aduh, kepalaku sakit. Ya Allah, kuatkan aku." Ahra memegangi kepala belakangnya.
Zeyan melakukannya lagi, selama berulang-ulang. Ahra jadi tontonan seluruh siswa dan siswi, yang berada di emperan tingkat atas. Zeyan mendekat ke arah Ahra, dan mendorongnya hingga jatuh tersungkur.
"Hukuman ini belum seberapa, aku bisa berbuat sesuka hatiku. Apa lagi, bila kamu terus melakukan perlawanan." ancam Zeyan.
"Beraninya tadi mengadu ke Ibu Indri." Eybo menendang betis Ahra.
"Kalian jahat, kalian manusia dzalim. Terutama kamu Zeyan, yang menggunakan harta di jalan kesesatan." Ahra menatap Zeyan, dengan seluruh rasa benci.
Zeyan mendorong pundak Ahra. "Apa kamu ha, di sekolah ini siapa temanmu? Berani-beraninya melawan aku, yang jelas banyak teman. Bilang saja kamu iri, karena tidak bisa membayar banyak orang untuk menolong. Hahah... hahah..."
Ahra berdiri dari posisi duduknya, yang sembarangan itu. "Kamu kira dengan seperti ini, kamu akan kekal bahagia. Justru, ini membuatmu terlihat krisis moral."
Tiba-tiba saja muncul kepala sekolah, yang baru keluar dari ruangan. Dia memanggil Zeyan, dan teman-temannya.
"Mengapa siswi satu itu berada di lapangan?" tanya kepala sekolah.
"Si Ahra ini dihukum Ibu Indri. Namun malah santai-santai, lihatlah sengaja lesehan di lapangan. Aku tadi menegurnya, malah dia marah-marah." Zeyan pura-pura baik.
"Terima kasih Zeyan, Bapak akan panggil Ibu Indri." Bapak kepala sekolah langsung pergi.
"Sama-sama Pak." Zeyan tersenyum, sambil melambaikan tangan.
Mereka segera berlari ke kelas, membuka tas Ahra diam-diam. Mereka menggunting tugas karya seni, yang telah dibuat susah payah oleh Ahra. Lalu setelahnya, membuang ke dalam tong sampah.
"Ahra, kamu kalau main-main hukumannya akan Ibu tambah." teriak ibu Indri di kejauhan.
"Tidak Bu, aku tidak sengaja terjatuh." Ahra berusaha sabar, meski kenyataannya tidak begitu.
Kini dia berdiri lagi, dengan kaki sebelah. Ahra terus melakukannya, sampai pelajaran Seni Budaya tiba.
Ahra menghela nafas lega, setelah sampai ke dalam kelas. Ibu Thanti menanyakan perihal tugas, dan mereka semua mengumpulkan di meja guru. Hanya Ahra yang mondar-mandir tidak tentu arah.
"Ahra, mana tugasmu?" tanya ibu Thanti.
"Tadi ada Bu di dalam tas." jawab Ahra.
"Alasan saja itu Bu." sahut Zeyan.
"Sungguh, aku sudah mengerjakannya." jawab Ahra.
"Ibu tidak percaya, kamu pasti bohong. Pada pelajaran Ibu Indri tadi, kamu sudah dihukum 'kan?" tanya ibu Thanti.
"Tolong percaya sama aku Bu." Ahra memohon.
"Silakan kamu keluar, dan jangan mengikuti pelajaran Ibu. Pokoknya, sampai orangtua kamu dipanggil ke sekolahan." jelas ibu Thanti.
Zeyan menginjak tali sepatu Ahra, hingga gadis itu hampir terjatuh. Cukup lama, baru dilepaskan olehnya.
Ahra yang sedang berada di luar, melihat ke arah tong sampah. Ada karya seninya di sana, namun sudah robek halus.
"Kalian jahat, kalian benar-benar berhati iblis. Mengapa kalian lakukan ini padaku." Ahra menangis tersedu-sedu, sambil terduduk di lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Tati Suwarsih
ko gurunya aneh g cari tahu masalahnya...
2023-10-16
1