Garra duduk dengan kesalnya, moodnya seketika hancur saat anak baru sudah berani melawan kepada Garra.
"Wah, tuh anak berani banget sama Lo," seru Ghani.
"Dia belum tahu siapa gue?" sahut Garra.
"Sudahlah, masa sama cewek aja Lo mau balas dendam sih," seru Gaza dengan santainya.
Diantara kedua saudara kembarnya, Gaza lah anak yang paling santai dan tidak mau mempunyai masalah dengan siapa pun. Selain kutu buku, Gaza juga paling anti berkelahi tidak seperti kedua saudara kembarnya itu yang gampang terpancing emosi.
Gavin dan para sahabatnya sudah selesai makan, mereka tertawa dengan menatap sinis ke arah Garra bahkan Putra mengacungkan jari tengah ke arah mereka.
"Kurang ajar," geram Garra.
Garra hendak bangkit dan ingin menghampiri mereka tapi Ghani dan Gaza menahannya.
"Sudah sabar dulu, jangan emosi kita jangan terpancing sama kelakuan mereka, gue yakin mereka hanya berani di dalam sekolah saja karena si Langit anak pemilik sekolah. Kalau diluar sekolah belum tentu mereka berani sama kita," seru Ghani.
Gavin dan ketiga sahabatnya kembali ke lapangan, kali ini mereka memberikan tugas membuat denah sekolah yang sudah tadi mereka eksplor.
Semuanya fokus dengan tugas yang diberikan dan pengurus OSIS membebaskan semua siswa dan siswi baru untuk menggambar di mana saja.
Geng Gabby seperti biasa duduk di pinggiran lapangan di bawah pohon besar yang rindang, mereka menggambar sembari bercanda dan tertawa bersama hanya Vira yang memisahkan diri tidak mau bergabung dengan yang lainnya.
"Mudah-mudahan, nanti kita jadi teman sekelas ya? jangan sampai pisah kelas soalnya kita sudah klop banget ini," seru Alexa.
"Heem, kecuali sama dia," bisik Vina dengan mendelikan matanya ke arah Vira.
Vira yang sedang fokus menggambar, selalu curi-curi pandang kepada Arsya si bule konyol yang kelakuannya tidak ada duanya. Tapi Vira kesal saat melihat Dira yang secara terang-terangan selalu memperhatikan Arsya juga.
"Si cupu ngapain sih lihatin Kak Arsya? jangan-jangan si cupu itu suka juga lagi sama Kak Arsya?" batin Vira dengan geramnya.
Dira memang dibesarkan bersama Arsya, dari kecil Dira sangat mengagumi Arsya karena Arsya selalu menjaga dan menyayangi Dira. Hanya saja bedanya, kalau Dira mempunyai perasaan layaknya seorang perempuan kepada laki-laki, berbeda dengan Arsya yang hanya menganggap Dira sebagai adiknya sendiri.
Arsya melihat ke arah Dira, dia lupa tadi waktunya makan siang dia tidak menanyakan apa dia bawa bekal atau tidak. Akhirnya Arsya pun menghampiri Dira dan berjongkok di samping Dira.
"Ra, tadi siang kamu makan tidak?" tanya Arsya.
"Iya Kak, Dira makan kok. Tadi dikasih sama Gabby, karena Bunda tidak membuatkan bekal soalnya Bunda sedang sakit," sahut Dira dengan menundukkan kepalanya.
"Astaga, tadi aku lupa. Kenapa kamu gak bilang, kalau kamu gak bawa bekal?"
"Dira malu, Kak."
Arsya hanya geleng-geleng kepala sembari mengusap kepala Dira, sedangkan Alexa dan Vina justru malah melongo melihat Arsya.
"Kak Arsya turunan bule ya?" tanya Vina.
"Tidak."
"Tapi kok, wajah Kak Arsya bule banget," seru Alexa.
"Entahlah, mungkin nenek moyang aku dulu nikah sama orang bule. Tapi Mommy aku sempat cerita kalau waktu dia hamil aku, dia suka nonton BTS makanya wajah aku bule," sahut Arsya dengan santainya.
"Lah, kok gak nyambung? BTS itu K-Pop Kak, bukan bule," seru Alexa.
"Hah, iyakah?"
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Kamu dari mana?" tanya Arsya.
"Maaf Kak, aku habis shalat Dzuhur," sahut Aleena dengan menundukkan kepalanya.
"Kamu gak sopan ya, diajak bicara bukannya lihat sama orang yang ngajak bicara, malah menundukkan kepala," kesal Arsya.
"Maaf Kak, kata Abi aku jangan saling pandang-pandangan apalagi kalau bukan mahram nanti jatuhnya jadi zina mata," sahut Aleena.
"Memang ada zina mata? bukanya zina itu, kalau kita melakukan anu-anu ya?" tanya Arsya.
"Kata Abi aku, zina mata itu kalau kita saling pandang sama yang bukan mahram, soalnya dari pandang-pandangan biasanya akan timbul hal-hal yang mengundang kita kepada kemaksiatan," sahut Aleena.
Seketika Arsya dan yang lainnya bungkam. "Oh begitu Bu Ustadzah, wah lumayan dapat tausyiah. Ra, aku kembali ke sana dulu ya, kalau ada masalah, kamu bilang saja sama aku."
"Iya Kak."
Arsya pun akhirnya pergi meninggalkan semuanya.
"Kalian tidak shalat?" tanya Aleena.
Gabby, Vina, Alexa, dan juga Dira langsung bungkam dan menundukkan kepalanya karena mereka merasa malu dan tidak tahu harus menjawab apa.
Aleena mengerutkan keningnya melihat tingkah teman-temannya.
"Kata Abi aku, shalat itu tiangnya agama jadi mau sebanyak apa pun kalian berbuat baik, memberikan sadaqah, tapi kalau kalian tidak shalat itu akan sia-sia," seru Aleena.
Keempatnya masih bungkam dan pura-pura sibuk dengan tugas yang diberikan oleh pengurus OSIS membuat Aleena merasa tidak didengarkan, akhirnya Aleena pun memilih diam.
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, akhirnya kegiatan MOS pun ditutup dan semua siswa dan siswi baru diperbolehkan untuk pulang.
Satu persatu anak-anak pulang dengan dijemput oleh orangtua mereka masing-masing, kecuali Dira yang masih berdiri di depan sekolah menunggu Ayahnya jemput.
"Om Demir belum jemput kamu?" tanya Arsya.
"Belum Kak."
"Ya sudah, ayo masuk biar aku antar kamu pulang."
"Memangnya tidak apa-apa, Kak?"
"Sudah buruan masuk."
Akhirnya Dira pun masuk ke dalam mobil Arsya, sementara itu dari kejauhan Vira tampak mengepalkan tangan di dalam mobilnya.
"Kurang ajar, kenapa si cupu itu selalu beruntung sih? awas saja, aku tidak akan membiarkan si cupu merebut Kak Arsya dariku," geram Vira.
Entah apa yang terjadi dengan Vira, Mommynya dulu memang sombong dan angkuh tapi ia tidak pernah jahat kepada siapa pun.
Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya mobil Arsya pun sampai di depan rumah kontrakan Dira.
"Lah, itu motor Ayah, kenapa Ayah tidak jemput aku?" seru Dira.
"Aku ikut turun ya, mau sekalian nengok Tante Safira."
"Boleh."
Dira dan Arsya pun keluar dari dalam mobil dan mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah kontrakan Dira.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, ya Allah Dira, maafkan Ayah karena tidak jemput kamu soalnya Bunda kamu badannya panas banget," seru Ayah Demir.
"Kenapa Om gak bawa Tante Safira ke rumah sakit? apa Mommy tahu tentang ini?" tanya Arsya.
"Tidak Arsya, Mommy kamu tidak tahu. Jadi lebih baik kamu jangan bilang sama Mommy kamu," sahut Ayah Demir.
"Kok gitu sih Om, Tante harus segera dibawa ke rumah sakit."
"Orangtua kamu sudah terlalu banyak membantu kami, Om malu kalau terus-terusan menyusahkan kalian."
"Sudah, malunya di simpan dulu, sekarang lebih baik kita bawa Tante Safira ke rumah sakit."
Akhirnya mau tidak mau Ayah Demir pun membawa Bunda Safira ke rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Bumi Hutan Lestari
🤣🤣🤣 ya kali BTS bule
2023-11-21
1
🍭ͪ ͩ🍌 ᷢ ͩ𝐀⃝🥀ѕαηтι🍒⃞⃟🦅
Hem Vira jangan gitu ih kamu belum tau aja kalo Dira sudah dekat dengan Arsya dari kecil
2023-03-29
1
🍭ͪ ͩ🍌 ᷢ ͩ𝐀⃝🥀ѕαηтι🍒⃞⃟🦅
dua Genk mau gelud kah jangan dong nanti ketampanan kalian ilang loh
2023-03-29
1