Seina mendekati Devan yang kini tengah terduduk di lantai ruang tamu. Tanpa basa-basi, dia segera memeluk Devan membuat laki-laki itu tersentak kaget namun perlahan dirinya mulai tenang. Apalagi kini Seina mengelus punggungnya dengan lembut tanpa berkata apa-apa.
"Aleta, aku mohon jangan tinggalkan aku" ucap Devan sambil memegang sebelah tangan Seina tanpa menegakkan kepalanya.
Ternyata Devan berpikir bahwa kini yang memeluk dan menenangkannya adalah Aleta. Saking frustasi dengan Aleta yang meninggalkan dirinya membuat Devan berhalusinasi kalau istrinya itu sekarang ada di rumah. Seina yang mendengar hal itu tentunya kesal bukan main, namun dirinya mencoba bersabar dan menahan gejolak emosinya. Perlahan-lahan dia akan membuat Devan melupakan Aleta dengan semua rencana yang telah disusunnya.
Setelah Devan sedikit tenang, ia segera menegakkan tubuh dan kepalanya serta menatap kearah Seina. Matanya terbelalak kaget saat melihat yang ada didepannya ini ternyata adalah Seina bukan Aleta. Dengan gerakan refleks, Devan segera mendorong tubuh Seina hingga wanita itu terjungkal ke belakang. Seina memekik kesakitan sambil mengelus punggungnya yang tak sengaja terantuk kursi sofa.
"Devan, jangan kasar dong. Aku kan lagi hamil anak kamu" ucap Seina dengan nada manjanya.
Mendengar nada manja dari Seina membuat laki-laki itu menatap jijik kearah wanita itu. Dirinya juga sih yang bodoh, mau-maunya mengkhianati Aleta dengan wanita yang bahkan secara etika saja dibawah istrinya. Kemudian Devan berdiri dan menatap Seina dari atas ke bawah. Dia masih curiga kalau dirinya dipelet atau diguna-guna oleh perempuan didepannya ini.
Pasalnya dari segi kecantikan saja, Seina jauh sungguh sangat jauh jika dibandingkan dengan Aleta. Dia masih berpikir apa yang dia suka dari wanita didepannya ini sehingga bisa mengkhianati Aleta dengan mudah. Setelah dilihat-lihat dengan benar, ternyata tak ada yang menarik dari perempuan yang kini terduduk di lantai itu. Hanya servicenya saja yang memuaskan diatas ranjang seperti orang yang sudah profesional. Devan bergidik ngeri saat sekelebatan pikiran itu muncul didalam otaknya.
"Kau tadi bilang apa? Hamil anak aku? Mimpi" sentak Devan dengan terkekeh sinis.
Tentunya dia takkan termakan oleh drama murahan yang dibuat oleh Seina. Tak mungkin juga anak yang ada didalam kandungannya itu adalah darah dagingnya. Seina saja sudah tak suci lagi saat dia melakukan hubungan dengannya yang berarti wanita itu sudah pernah melakukannya dengan orang lain. Entah berapa banyak laki-laki yang menjalin hubungan tak sehat dengannya, dirinya tak peduli.
Dulunya memang dia menjalin hubungan persahabatan dengan wanita itu saat kuliah, namun semenjak lulus dia mulai membatasi diri untuk tak dekat dengan teman wanitanya. Namun disaat dirinya kesepian karena Aleta sering keluar kota, tiba-tiba saja dia bertemu dengan Seina yang waktu itu menawarkan sebagai teman kencannya disaat istrinya tidak ada.
"Aku akan bilang pada kedua orangtuamu tentang kehamilanku ini dan kau yang berselingkuh dibelakang Aleta" seru Seina sambil tersenyum licik.
Nafas Devan tak beraturan saat Seina mengancamnya dengan memberitahu kedua orangtuanya tentang kelakuannya. Ternyata Seina sudah menunjukkan wajahnya, dia adalah seorang wanita licik dan Devan baru mengetahuinya sekarang.
Devan tak takut dengan ancaman dari Seina, bahkan orangtuanya pun ia yakin kalau akan lebih mempercayainya daripada wanita didepannya ini. Terlebih orangtuanya tak mengenal Seina sama sekali. Teman perempuan yang Devan perkenalkan kepada kedua orangtuanya hanyalah Aleta seorang.
"Silahkan saja kau bilang pada orangtuaku. Namun jangan salahkan aku jika nanti saat kau pulang hanya tinggal nama saja" ucap Devan sambil tersenyum layaknya psikopat.
Seina yang melihat sisi lain dari Devan pun bergidik ngeri. Melihat senyuman Devan yang berbeda dari biasanya pun sudah membuatnya ketakutan. Seina pun dengan segera bangkit dari lantai dan langsung berlari keluar dari rumah milik Devan. Sedangkan Devan hanya bisa terkekeh pelan melihat Seina berlari terbirit-birit.
Seina berlari keluar rumah dengan mengepalkan kedua tangannya. Walaupun diperlakukan tak baik oleh Devan, namun dia takkan menyerah. Rasa cintanya terhadap Devan sudah sangat melebihi batas kewarasannya. Apalagi kini Aleta telah pergi, saingan terberatnya sudah hilang maka dia takkan menyia-nyiakan kesempatan itu.
Padahal dia tadi hanya berakting saja dengan menampakkan raut wajah layaknya psikopat yang sering ia tonton di laptopnya. Walaupun saat ini Seina ketakutan melihatnya, namun ia yakin kalau wanita itu takkan pernah menyerah untuk mendapatkannya.
"Bodo amat sama wanita itu, yang terpenting saat ini aku harus fokus mencari keberadaan Aleta" gumam Devan menyemangati dirinya.
Devan segera masuk kedalam ruang tamu kemudian mengganti pakaiannya. Setelah bersiap dengan pakaian santainya, Devan segera pergi ke rumah temannya agar bisa membantunya mencari keberadaan Aleta. Temannya itu adalah seorang hacker yang bekerja di sebuah perusahaan berbasis teknologi.
***
Sedangkan kini Aleta tengah berada di suatu negara yang ia yakini takkan ada yang bisa menemukannya. Aleta memutuskan pergi ke luar negeri untuk menenangkan diri dan menjauh dari suaminya. Di sebuah apartemen kecil yang sengaja dibelinya ini, ia akan memulai hidup barunya bersama dengan calon anaknya.
Seharian ini dirinya sudah membeli banyak peralatan rumah dan bahan makanan untuk stoknya selama satu minggu ke depan. Ia memutuskan untuk tak selalu keluar apartemen dahulu selama beberapa waktu, pasalnya ia yakin kalau saat ini Devan tengah mencari keberadaannya. Beruntungnya dia masih mempunyai tabungan yang ia yakini cukup sampai beberapa bulan ke depan.
"Aku akan menjaga kamu walaupun nyawaku menjadi taruhannya. Bantu mama bertahan ya, nak" gumam Aleta sambil mengelus perutnya yang masih datar.
Dulunya ia selalu membayangkan jika suatu saat nanti hamil, ia ingin sekali perutnya dielus oleh suaminya. Dimanjakan bahkan selalu dituruti kalau mau minta apapun. Namun sepertinya ekspektasi tak seindah realita, dirinya harus melewati masa kehamilan ini sendirian tanpa seorang suami.
"Kita berjuang bersama ya, nak" lanjutnya sambil tersenyum miris.
Aleta menatap langit-langit kamarnya sambil melamunkan tentang suaminya. Bahkan ia mengingat bagaimana dulunya ia menjalin kasih begitu indah bersama seseorang yang kini masih berstatus sebagai suaminya itu. Dia juga memikirkan bagaimana reaksi Devan setelah membaca surat yang ia tulis. Ia yakin Devan akan marah besar padanya karena dengan beraninya meninggalkan laki-laki itu.
"Bagaimana kabar kamu disana, sayang? Semoga kamu baik-baik disana Devan. Kamu harus bahagia dengan pilihanmu begitupun dengan aku" ucapnya.
Karena terlalu lelah memikirkan keadaan suaminya di Indonesia, tanpa sadar Aleta tertidur sambil terus mengelus perutnya. Dalam tidurnya, Aleta hanya berharap kalau kebahagiaan akan selalu menyertai kehidupannya dimanapun ia berada. Ia juga berharap setelah bangun nanti akan ada keajaiban yang menyertai setiap langkahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
semangat aleta kamu pasti bisa
2023-06-26
0
amalia gati subagio
bajigur tengik pembual pejinah munafikun, belahan jiwa konon? dibelai jalang langsung melayang, gak bisa bedakan yg syah & purel pengejar belalai sekilan bawah pusat!!
2023-03-14
2