Devan terkejut dengan ucapan istrinya yang memaafkan segala kesalahan dan kekhilafannya. Bahkan Aleta mengajaknya untuk melupakan semua yang sudah terjadi hari ini. Walaupun masih tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Aneta, namun dia berusaha untuk berpikir jernih. Aleta begitu mencintainya sehingga juga tak mau melepaskannya pada wanita lain. Devan menganggap ucapan Aleta yang menginginkan dirinya menalaknya itu hanyalah emosi sesaat.
"Aleta..."
"Tak perlu membahas lagi tentang kejadian tadi. Lupakan semuanya dan aku sudah memaafkanmu atas kekhilafanmu itu. Tapi aku mohon untuk kita pindah kamar, aku tak ingin ada bekas wanita lain di kamar pribadi kita" ucap Aleta memotong ucapan dari Devan.
Tanpa mengalihkan pandangannya kearah Devan dan terus menatap lurus kedepan, Aleta masih menikmati semilir angin yang menerpa rambutnya. Sedari tadi tanpa diketahui oleh Devan, dia tengah menyembunyikan emosi dan air mata yang tiba-tiba akan keluar. Ia tak ingin terlihat lemah didepan orang yang sudah mengkhianatinya itu.
Devan menganggukkan kepalanya paham. Dia akan mengganti semua perlengkapan, perabotan, bahkan cat dinding yang ada di kamar pribadi miliknya dan Aleta agar tak ada bekas Seina disana. Untuk sementara waktu, dia dan Aleta akan tidur di kamar tamu lantai bawah.
"Hari sudah mulai malam, ayo kita membersihkan diri dulu" ajak Devan dengan lembut.
Aleta tak menjawab apapun, ia hanya langsung berdiri dari duduknya kemudian berjalan berlalu meninggalkan Devan yang menatap kepergiannya dengan sendu. Devan yakin walaupun Aleta sudah mengucapkan kalau dia memaafkan dirinya namun tetap saja istrinya itu masih memendam sakit hati dan kecewa pada dirinya.
"Maafkan aku yang sudah menodai pernikahan kita" gumamnya sambil terus menatap tubuh istrinya yang sudah menghilang dari balik pintu.
Devan segera saja berdiri kemudian menyusul istrinya untuk membersihkan diri. Tak terasa hari sudah hampir maghrib, padahal Devan merasa kalau dirinya baru sebentar saja berbincang dengan istrinya itu.
***
Setelah membersihkan diri, Aleta segera menyiapkan makan malam untuk suaminya. Dia masih menyiapkan juga segala keperluan Devan seperti biasanya. Tak ada yang berubah dengan Aleta setelah kejadian tadi sore, hal itu membuat perasaan Devan menjadi sedikit tenang. Devan tak perlu mengkhawatirkan kalau Aleta akan meninggalkannya.
"Malam sayang" sapa Devan saat melihat istrinya sudah duduk di ruang makan.
"Malam juga" jawab Aleta dengan senyuman manisnya.
Senyuman yang benar-benar menghangatkan hatinya sejak dulu. Senyuman itu begitu menenangkan dan Aleta sangat cantik dengan senyum manis itu. Keduanya segera melakukan makan malam dengan Aleta melayani Devan dengan telaten.
***
Keduanya kini tengah berada di kamar tamu, dengan Devan yang masih menatap istrinya yang tengah mengaplikasikan skincare malam ke wajahnya. Setelah selesai dengan urusan skincare, Aleta segera mendekat kearah Devan yang masih menatapnya tak berkedip.
"Kamu cantik sekali, sayang" puji Devan sambil membelai pipi Aleta dengan lembut.
"Terimakasih" ucap Aleta dengan senyuman manisnya.
"Kita bikin baby yuk, sayang" ajak Devan dan Aleta hanya menganggukkan kepalanya.
"Didalam perutku sudah ada baby, Dev. Tapi aku tak berniat untuk memberitahumu sekarang karena aku tak ingin anakku mempunyai saudara tiri dari rahim wanita lain" batin Aleta tersenyum miris.
Devan pun mendekatkan tubuhnya pada istrinya dan mulai mencumbu Aleta dengan lembut. Akhirnya malam itu keduanya melakukan ritual suami istri hingga waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Devan langsung terlelap dalam tidurnya setelah melakukan kegiatan suami istri itu.
"Anggap saja ini sebagai kenang-kenangan terakhir dariku sebelum aku pergi meninggalkanmu, Dev" batin Aleta sambil menatap wajah suaminya yang tampak tenang dalam tidurnya.
Setelah memastikan suaminya tidur dengan lelap, Aleta segera beranjak dengan pelan-pelan turun dari kasurnya. Ia segera mengenakan baju tidurnya kembali kemudian duduk di meja riasnya. Ia mengambil bolpoint dan kertas putih untuk menulis sebuah surat. Setelah beberapa menit menulis, akhirnya surat yang ia inginkan telah selesai ia tulis. Ia segera melipat kertas itu kemudian meletakkannya didekat nakas tempat tidur.
Aleta segera saja mengemasi semua pakaian dan barang berharganya kedalam sebuah koper besar dan tasnya. Ia melakukannya dengan pelan-pelan agar tak mengganggu tidur Devan.
Setelah satu jam lamanya berkutat dengan koper, akhirnya semua baju dan barang-barang penting lainnya sudah tertata rapi didalam tas dan kopernya itu. Aleta yang melihat koper dan tas dipojok kamar pun menghela nafasnya lelah, beruntung tadi barang-barang pentingnya sudah dipindahkan Devan ke kamar tamu. Kalau tidak, dia harus keluar kamar dan naik tangga dulu untuk packing.
Menyelesaikan packing, Aleta segera mengganti bajunya dengan pakaian santai di kamar mandi. Setelah beberapa menit dan ia merasa siap, Aleta segera saja keluar dari kamar tamu itu.
"Maafkan aku, Dev. Aku memang mencintaimu dan memaafkan semua kesalahanmu kecuali tentang pengkhianatanmu. Semoga kamu mendapatkan seseorang yang lebih baik dan sempurna untukku. Aku akan jaga bayi dalam kandunganku ini sampai dia besar dan sukses sepertimu kelak. Selamat tinggal Devan" gumam Aleta didepan pintu sambil menatap wajah suaminya untuk yang terakhir kalinya.
Aleta segera saja melangkahkan kakinya keluar pintu kamar tamu dengan sebelah tangannya menarik koper besar. Ia menghapus kasar air matanya, langkahnya berat meninggalkan seseorang yang begitu dia cintai. Namun apa boleh buat, kesalahan Devan begitu fatal.
Dia memang memaafkan semua kesalahan Devan padanya kecuali pengkhianatan yang dilakukan oleh laki-laki itu. Dia bersikap biasa didepan Devan hanya demi melancarkan aksinya untuk pergi dari kehidupan laki-laki itu.
Aleta juga sudah menghubungi pengacaranya untuk mengurus surat perceraiannya dengan Devan. Untuk sementara waktu, dia akan menghilang dari pandangan Devan dan orang-orang yang mengenalnya.
Aleta melangkahkan kakinya keluar dari rumah berlantai dua itu, ia berjalan kearah depan gerbang. Disana sudah ada sebuah taksi online yang dipesannya untuk mengantarkan dia ke suatu tempat. Dibantu sopir taksi, koper dimasukkan kedalam bagasi kemudian ia masuk kedalam mobil itu.
Perlahan taksi berjalan meninggalkan rumah berlantai dua itu, Aleta menatap sejenak saksi dari perjuangan hidupnya selama ini bersama Devan sambil mengelus perutnya yang masih datar.
"Aku pergi, selamat tinggal Devan" gumamnya sambil menatap rumah yang perlahan hilang dari pandangannya.
"Kita berjuang bersama ya, nak" lanjutnya sambil mengusap perutnya.
Mulai hari ini, Aleta akan memulai hidup barunya bersama sang buah hatinya nanti. Bahkan Aleta juga membuang SIM Cardnya di halaman rumahnya agar tak ada yang bisa melacak keberadaannya kali ini.
Dengan langkah pasti, Aleta akan mengubah takdir hidupnya jauh lebih baik dari sekarang. Suatu saat nanti dia akan kembali dengan Aleta yang baru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
alsemangat sayang kuh
2023-06-26
0
վմղíα | HV💕
semangat thor 💪
2023-03-28
0