Bab 7 - Pertarungan di Antara Keajaiban

Lian dan Eris terus berjalan melewati labirin yang semakin rumit dan berbahaya. Mereka berusaha untuk menjaga kewaspadaan mereka dan menghindari setiap jebakan dan perangkap yang mungkin tersembunyi di sekitar mereka.

Namun, di tengah perjalanan mereka, mereka tiba-tiba diserang oleh sekelompok makhluk yang aneh dan ganas. Makhluk-makhluk itu menyerang dengan cepat dan hebat, membuat Lian dan Eris terdesak ke belakang.

Eris segera meraih tongkat sihirnya dan melancarkan serangan balik dengan sihirnya yang kuat. Dia melepaskan sihir api yang merusak dan membakar makhluk-makhluk itu satu per satu, tapi terlalu banyak dari mereka untuk dihadapi sendirian.

Lian juga segera mempersenjatai dirinya dan mengeluarkan pedangnya untuk membantu Eris. Dia melompat ke depan dan mulai membelah makhluk-makhluk itu dengan pedangnya. Dia bergerak dengan cepat dan lincah, menghindari serangan makhluk-makhluk itu dengan mudah.

Meskipun mereka berdua bertarung dengan hebat, mereka masih terus diserang oleh lebih banyak makhluk yang terus datang. Lian dan Eris menyadari bahwa mereka membutuhkan bantuan.

"Mereka terlalu banyak," kata Lian. "Kita perlu bantuan!"

Eris mengangguk. "Aku setuju. Aku punya ide!"

Dia mulai menyanyikan mantra sihir yang rumit dan mengepakkan sayapnya yang indah. Sayap itu memancarkan cahaya yang menyilaukan, memenuhi labirin itu dengan sinar terang.

Tiba-tiba, makhluk-makhluk itu mulai menghindar dan melarikan diri dari cahaya tersebut. Mereka tampak terbakar dan berubah menjadi debu ketika cahaya itu menyentuh mereka.

Lian dan Eris melihat bahwa makhluk-makhluk itu mulai menyingkir dan mulai merasa lega. Namun, mereka sadar bahwa ini hanya awal dari bahaya yang lebih besar.

"Mereka akan kembali," kata Eris. "Kita harus segera pergi dari sini!"

Lian dan Eris segera bergegas pergi, mengejar jalan keluar dari labirin itu. Mereka tahu bahwa mereka harus bergerak cepat sebelum makhluk-makhluk itu kembali menyerang mereka.

Setelah berlari sejauh beberapa ratus meter, Lian dan Eris akhirnya menemukan pintu yang terbuka dan keluar dari labirin itu. Mereka berdiri di sebuah ruangan yang luas dan kosong, dan merasa sedikit lega bahwa mereka telah lolos dari bahaya yang hampir merenggut nyawa mereka.

Namun, mereka juga tahu bahwa mereka masih jauh dari aman. Mereka harus terus bergerak dan menghadapi bahaya yang lebih besar lagi, dan mereka harus melakukannya bersama-sama jika ingin bertahan hidup di dunia bawah tanah yang misterius ini.

Eris mengambil posisi di depan dan Lian mengikuti di belakangnya, menyusuri lorong yang gelap dan berliku-liku. Mereka harus berhati-hati setiap saat, karena bahaya bisa mengintai dari sudut mana pun. Tiba-tiba, mereka berhenti di depan sebuah jalan buntu. Eris merenung sejenak dan tiba-tiba ia memutar tongkatnya di udara. Cahaya biru muncul dari ujung tongkatnya dan menyebar ke seluruh lorong. Mereka dapat melihat di kejauhan bahwa ada jalan kecil di sebelah kanan lorong.

"Mari kita pergi ke sana," kata Eris.

Mereka melanjutkan perjalanan dan memasuki lorong kecil yang lebih gelap dan sempit. Saat mereka berjalan, Lian merasa semakin takut dan kegelapan semakin mencekam. Ia merasakan tangan Eris yang memegang erat tangannya, memberinya rasa nyaman.

Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah ruangan yang luas. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar batu yang dihiasi oleh lilin-lilin kecil. Eris menunjuk ke altar itu dan berkata, "Kita harus memberikan sesuatu kepada para dewa bawah tanah sebagai tanda penghormatan."

Lian mengangguk, dan mereka mencari bahan yang bisa mereka gunakan sebagai tanda penghormatan. Mereka menemukan sebongkah batu yang cukup besar dan menempatkannya di atas altar. Eris memegang tongkatnya dan mengucapkan mantra yang aneh, dan kemudian api muncul di atas altar, menyala terang dan memancarkan cahaya ke seluruh ruangan.

Mereka duduk di depan altar itu selama beberapa saat, merenung dan memikirkan tujuan mereka di dunia bawah tanah ini. Lian merasakan kegelisahan di dalam dirinya, karena ia tidak tahu bagaimana mereka bisa keluar dari tempat ini dan apakah mereka akan selamat.

"Eris," katanya akhirnya, "Kita harus melanjutkan perjalanan kita. Kita tidak bisa terus di sini."

Eris mengangguk dan mereka berdiri. Mereka melanjutkan perjalanan mereka, menyusuri lorong-lorong yang semakin gelap dan berbahaya. Tiba-tiba, mereka terdengar suara gemuruh yang keras, dan tanah di bawah kaki mereka mulai bergetar.

"Mari kita pergi!" teriak Eris, dan mereka berlari secepat mungkin.

Mereka mengejar ke jalan buntu dan memasuki lorong yang sempit. Tiba-tiba, sebuah batu besar jatuh tepat di belakang mereka, menutupi jalan mereka. Mereka saling menatap dalam kegelapan, merenungkan nasib mereka yang hampir saja terjebak di jalan buntu itu. Namun, mereka tidak berhenti di sana. Mereka tahu bahwa mereka harus terus maju jika ingin bertahan hidup dan menemukan jalan keluar dari labirin ini.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka akhirnya tiba di sebuah lorong yang lebih besar dari yang sebelumnya. Di ujung lorong terdapat pintu besar yang terlihat sangat kuat dan berat. Lian dan Eris saling pandang, mereka tahu ini adalah pintu kedua yang terkunci yang mereka cari.

Lian melangkah maju dan mencoba membuka pintu dengan kekuatannya, tapi pintu tersebut terlalu kuat untuk dibuka dengan kekuatan fisik. Eris melihat pemandangan tersebut dan berkata, "Lian, izinkan aku mencoba." Dengan tenang, Eris mengeluarkan tongkat kayu yang tersembunyi di dalam jubahnya dan memegangnya dengan erat. Dia menutup matanya dan berkonsentrasi, menciptakan energi sihir di sekitarnya.

Energi sihir Eris memenuhi seluruh ruangan dan menerobos ke dalam pintu. Lian merasa aura sihir Eris yang sangat kuat dan tidak pernah dia alami sebelumnya. Setelah beberapa saat, pintu terbuka dengan sendirinya. Mereka melihat cahaya terang yang memancar dari balik pintu tersebut.

Mereka memasuki pintu kedua dan melihat sebuah tempat yang sangat indah dan menakjubkan. Di dalam tempat tersebut terdapat taman yang luas dan pemandangan yang menakjubkan. Pohon-pohon besar dan hijau berdiri kokoh di sekelilingnya, dan di tengah-tengah taman terdapat air terjun yang mengalir dengan indah.

Lian dan Eris mengagumi pemandangan tersebut sambil merasa lega karena berhasil melewati pintu kedua yang terkunci. Namun, tiba-tiba mereka merasakan getaran dan merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Mereka melihat ke langit dan melihat bahwa langit menjadi gelap dan awan hitam menutupi matahari. Mereka tahu ada sesuatu yang tidak beres dan siap menghadapi bahaya yang lebih besar lagi.

Mereka berdua meneruskan perjalanan mereka ke dalam labirin yang lebih dalam, menghindari jebakan-jebakan dan menjelajahi lorong-lorong yang berliku. Setelah beberapa jam berjalan, mereka akhirnya sampai di sebuah ruangan yang lebih besar dari yang mereka temui sebelumnya.

Ruangan itu penuh dengan kristal-kristal berwarna-warni yang bersinar terang di bawah cahaya lilin yang ditempatkan di sekeliling ruangan. Ada sebuah kolam di tengah ruangan yang memancarkan cahaya biru muda yang menenangkan, dan di atasnya terdapat sebuah batu kristal raksasa.

Eris mengalihkan perhatiannya ke batu kristal itu. "Itu adalah batu portal," katanya. "Jika kita berhasil mengaktifkannya, itu akan membawa kita ke lokasi lain di dunia bawah tanah ini."

Lian melihat batu kristal itu dengan takjub. "Bagaimana kita bisa mengaktifkannya?" tanyanya.

Eris tersenyum. "Dengan menggunakan sihir, tentu saja," jawabnya. "Aku bisa mengeluarkan energi sihirku ke dalam batu kristal itu dan mengaktifkannya. Tetapi kita perlu hati-hati, karena ketika kita memasuki portal, kita tidak tahu di mana kita akan tiba."

Lian mengangguk, mengambil napas dalam-dalam, dan siap untuk melanjutkan petualangan mereka. Eris melepaskan energi sihirnya ke dalam batu kristal, dan tiba-tiba portal itu terbuka lebar.

Mereka berdua memandang ke dalam, merasa sedikit gugup tentang apa yang mungkin menunggu mereka di sisi lain. Namun, mereka juga merasa bersemangat untuk melanjutkan petualangan mereka dan menemukan jalan keluar dari dunia bawah tanah itu.

"Kita melakukannya bersama-sama," kata Lian dengan mantap.

Eris tersenyum dan mengangguk, dan mereka berdua melangkah ke dalam portal itu, siap menghadapi apa pun yang mungkin menunggu mereka di sisi lain.

Setelah beristirahat sejenak, Lian dan Eris melanjutkan perjalanan mereka ke dalam labirin yang lebih dalam. Mereka memasuki ruang berikutnya dan segera merasakan atmosfer yang berbeda. Ruangan itu lebih besar dari yang sebelumnya, dengan langit-langit yang jauh di atas mereka, dan udara terasa lebih dingin dan lembab. Mereka juga merasa adanya energi sihir yang sangat kuat di dalam ruangan tersebut.

"Terasa berbeda di sini," kata Lian.

"Ya, aku juga merasakannya," jawab Eris. "Aku merasa ada sihir yang sangat kuat di sekitar kita. Kita harus waspada."

Lian mengangguk dan mereka berjalan lebih jauh ke dalam ruangan. Mereka melihat sebuah pintu besar di ujung ruangan tersebut. Tidak seperti pintu sebelumnya, pintu ini tidak terlihat terkunci.

"Mungkin ini jalan keluar?" kata Lian.

"Mungkin saja," jawab Eris. "Tapi kita harus berhati-hati. Jangan sampai terjebak dalam jebakan."

Mereka mendekati pintu itu dengan hati-hati. Namun, tiba-tiba, sebuah cahaya terang muncul dari balik pintu itu dan membuat mereka terkejut. Mereka mundur dan menutup matanya untuk melindungi diri mereka dari cahaya yang terlalu terang itu.

Ketika cahaya itu memudar, mereka membuka matanya dan melihat pemandangan yang menakjubkan. Mereka berada di luar labirin, di sebuah tempat yang indah di mana sinar matahari bersinar cerah di atas mereka.

"Ini… ini benar-benar luar biasa," kata Lian terkesima.

"Kita berhasil," kata Eris tersenyum. "Kita berhasil keluar dari dunia bawah tanah."

Mereka berdua menikmati momen itu dan merasa lega karena berhasil keluar dari labirin yang mematikan itu. Namun, kegembiraan mereka tidak berlangsung lama.

Tiba-tiba, tanah di sekitar mereka mulai bergetar dan suara besar terdengar dari kejauhan. Mereka berdua mengambil posisi bertahan dan siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Dari kejauhan, muncul sosok besar yang menghampiri mereka. Itu adalah makhluk besar yang memiliki tubuh yang kuat dan berbulu. Matanya yang merah menyala dan tanduknya yang tajam membuat mereka ketakutan.

"Makhluk apa itu?" Lian bertanya.

"Itu adalah Minotaur, makhluk mitologi Yunani yang sangat kuat," kata Eris. "Kita harus berjuang dengan segala kekuatan kita jika ingin bertahan hidup."

Lian dan Eris mengeluarkan senjata mereka dan bersiap untuk melawan Minotaur yang mendekati mereka dengan kecepatan tinggi. Mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi pertarungan yang sangat sulit, tetapi mereka tidak memiliki pilihan lain selain bertarung untuk bertahan hidup.

Pertarungan pun dimulai, dengan kedua belah pihak saling serang dengan sihir mereka. Eris terus menggunakan sihir anginnya untuk menyerang Zane, sementara Lian menghindari serangan musuh dan mencoba mencari celah untuk menyerang.

Namun, Zane bukanlah lawan yang mudah. Dia juga memiliki kemampuan sihir yang sangat kuat, dan serangannya dapat dengan mudah membunuh Lian dan Eris jika mereka tidak berhati-hati. Lian dan Eris harus bekerja sama dan saling menutupi kelemahan satu sama lain untuk dapat mengalahkan Zane.

Setelah beberapa saat pertarungan yang sengit, Lian dan Eris berhasil menemukan kelemahan Zane dan menyerangnya dengan serangan gabungan. Zane terluka parah dan terjatuh ke tanah, memohon pengampunan mereka.

Eris dan Lian mengetahui bahwa Zane adalah bagian dari kelompok yang menculik mereka dan membawa mereka ke dunia bawah tanah ini. Mereka memutuskan untuk menginterogasinya dan mencari tahu lebih banyak tentang alasan mereka diculik.

Zane akhirnya memberitahu mereka bahwa kelompoknya menculik orang-orang untuk melakukan eksperimen dengan sihir dan mencari cara untuk meningkatkan kekuatan mereka. Mereka juga sedang mencari artefak ajaib yang mereka percaya tersembunyi di dalam labirin ini.

Setelah mengetahui kebenaran dari Zane, Eris dan Lian memutuskan untuk membebaskannya dengan syarat Zane membantu mereka untuk menemukan jalan keluar dari labirin dan menemukan artefak yang mereka butuhkan untuk kembali ke permukaan.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka bersama, sambil berhati-hati untuk menghindari musuh dan mencari cara untuk keluar dari labirin yang rumit ini. Perjalanan mereka dipenuhi dengan bahaya dan rintangan, tetapi mereka saling mendukung dan bekerja sama untuk dapat bertahan hidup dan menyelesaikan misi mereka.

Lian dan Eris saling bertatapan sejenak, kemudian saling menganggukkan kepala. Mereka melompat dan menghindari serangan para golem, bergerak dengan cepat dan tangkas.

Lian melompat ke udara dan mengayunkan pedangnya dengan gesit, menciptakan semacam barisan pelindung yang melindungi mereka dari serangan golem. Sementara itu, Eris bergerak di sekitar golem dan mengeluarkan mantra sihir yang kuat, menciptakan kilatan cahaya yang melumpuhkan beberapa golem.

Namun, golem-golem itu terus menyerang, dan Lian dan Eris harus terus bergerak dan menghindari serangan mereka. Mereka saling berbalas pandangan, saling mengerti bahwa mereka harus bekerja sama dan saling melindungi.

Setelah beberapa menit bertarung, Lian dan Eris berhasil melumpuhkan semua golem, dan suasana menjadi tenang lagi. Mereka saling menatap dengan nafas tersengal-sengal, menyerap kemenangan mereka dengan rasa lega.

Tiba-tiba, tanah di depan mereka mulai bergetar dan bergemuruh, dan beberapa golem baru muncul dari dalam tanah. Lian dan Eris saling bertatapan sejenak, mengetahui bahwa pertarungan baru saja dimulai. Mereka siap untuk menghadapi bahaya dan tantangan yang lebih besar lagi, karena mereka tahu bahwa mereka harus terus melangkah dan mencari jalan keluar dari dunia bawah tanah yang misterius dan berbahaya itu.

Lian dan Eris saling menatap, saling memberikan semangat satu sama lain untuk melanjutkan perjalanan mereka. Mereka tahu bahwa masih banyak rintangan yang harus mereka hadapi di labirin yang rumit ini, tetapi mereka juga yakin bahwa mereka akan berhasil melewati semuanya jika mereka bersatu dan saling mendukung.

Mereka melangkah maju, melalui lorong gelap yang penuh dengan bahaya. Setiap sudut di labirin ini mungkin saja menjadi jebakan atau tempat persembunyian makhluk yang ganas. Mereka harus waspada dan tetap fokus jika tidak ingin terperangkap dan diserang.

Lian memimpin jalan, sementara Eris mengikuti di belakangnya. Mereka berjalan cepat dan memperhatikan setiap gerakan yang ada di sekitar mereka. Tiba-tiba, mereka mendengar suara aneh dari depan.

"Mereka datang!" teriak seseorang dengan suara panik.

Lian dan Eris segera melihat dua orang yang berlari ke arah mereka dari belakang sudut yang gelap. Mereka terlihat ketakutan dan terengah-engah.

"Mereka siapa?" tanya Lian, sambil menghentikan langkahnya.

"Mereka adalah warga desa yang sama seperti kita, tetapi mereka diserang oleh makhluk-makhluk yang ganas dan terpaksa melarikan diri ke labirin ini," jawab Eris dengan serius.

Mendengar penjelasan Eris, Lian dan Eris merasa bahwa mereka harus membantu warga desa tersebut. Mereka segera mengikuti kedua orang tersebut, mencari tempat yang aman untuk bersembunyi dari makhluk-makhluk yang ganas.

Namun, perjalanan mereka tidaklah mudah. Mereka harus melewati beberapa jebakan dan menghindari beberapa serangan makhluk yang ganas. Beruntung, mereka berhasil sampai di tempat yang aman dan bersama-sama mencari cara untuk keluar dari labirin ini.

Selama beberapa jam berikutnya, Lian, Eris, dan warga desa tersebut bekerja sama untuk menavigasi labirin dan menghindari bahaya. Mereka saling membantu dan berusaha untuk bertahan hidup di dunia bawah tanah yang penuh dengan kegelapan dan bahaya.

Akhirnya, setelah berjuang selama berjam-jam, mereka berhasil menemukan jalan keluar dari labirin dan kembali ke permukaan. Warga desa tersebut bersyukur kepada Lian dan Eris, karena berhasil membantu mereka keluar dari labirin dan menyelamatkan mereka dari serangan makhluk-makhluk yang ganas.

Setelah itu, Lian dan Eris melanjutkan perjalanan mereka ke tempat yang lebih jauh, menghadapi bahaya dan mengatasi rintangan demi rintangan. Namun, mereka juga menyadari bahwa mereka memiliki satu sama lain, dan bahwa persahabatan dan kepercayaan yang mereka bangun selama perjalanan ini akan menjadi kunci untuk bertahan hidup di dunia bawah tanah yang penuh dengan kegelapan dan bahaya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!